7

39.8K 4.5K 228
                                    

"Tolonglah, Sayang. Aku ada meeting sebentar lagi."

Diva cemberut mendengar suara kakaknya yang begitu memelas.

Dave memintanya mengantarkan dokumen yang tertinggal di kantor mereka ke kantor tempatnya dan tiga sahabatnya. Dua hal yang membuat Diva malas ke sana adalah, satu, karena cuaca diluar yang begitu terik, yang tetap saja terasa meskipun dia menyalakan AC mobilnya di nomor yang paling dingin. Dan dua, karena dia tahu si brengsek itu ada di sana.

Entah sudah berapa lama peristiwa itu berlalu dan dia masih tidak bisa melupakannya. Bahkan dia masih ingat dengan jelas suara pria itu meminta maaf padanya. Terdengar begitu tersiksa.

"Apa si brengsek itu ada di sana?"

"Daniel? Tidak, Sayang. Aku menyuruhnya meeting keluar."

Dia senang namun juga kecewa. Apa pria itu benar hanya meeting saja atau bertemu jalang lainnya? Sudah berapa banyak wanita yang ditidurinya sejak malam itu?

"Diva? Little baby? Bisa menolongku kan?"

"Belikan aku Louboutin yang kemarin kita lihat di mall."

"Oh, Lord! Sepatumu sudah tiga lemari!"

"Yay or nay?"

Dave mendesah kalah dan akhirnya menyanggupi permintaan Diva. Diva memekik riang dan meraih tasnya, bersiap pergi ke kantor. Dia akan melakukan apa saja demi sebuah sepatu. Yeah, dia penggemar berat sepatu.

Diva hampir menyesali keputusannya mengantar dokumen itu jika saja tidak ingat sepatu baru yang menantinya. Jalanan begitu macet walaupun hari masih siang. Jakarta benar-benar gila. Macet, panas, dan semrawut. Dia benar-benar berharap pindah ke Mars sekarang juga!

Jarak dari kantor Cromwell ke kantor Dave yang satunya itu sebenarnya tidak jauh, namun karena macet parah, Diva sampai di sana empat puluh lima menit kemudian. Segera setelah menyerahkan kunci mobilnya pada petugas vallet, dia langsung naik ke tempat kakaknya berkantor.

Diva jarang pergi ke kantor ini. Dave berada di kantor ini dua kali dalam satu minggu dan jika Dave di sini, sudah jelas pekerjaannya akan menumpuk. Diva mendesah saat pintu lift terbuka di lantai tiga puluh. Dia merindukan liburan.

Seorang wanita muda berdiri menyambutnya dan langsung menyuruhnya masuk ke ruangan Dave. Tadi Dave berpesan untuk menunggunya. Kakaknya itu akan mengajaknya makan siang bersama.

Diva sangat menyayangi Dave. Dave adalah kakak yang luar biasa. Dave selalu melindunginya sejak dirinya masih kecil. Dia bahkan akan melotot marah pada orang yang terang-terangan menengok pada mereka jika mereka berjalan bersama.

Dulu, Diva sangat menghindari ruang publik apapun. Dia malu jika keluar bersama kakaknya atau orang tuanya. Orang-orang tidak akan percaya jika dia bagian dari keluarga Cromwell karena dia gemuk. Tapi Dave yang keras kepala selalu memaksanya untuk keluar bersamanya. Dan Dave akan memperlakukannya seperti seorang ratu meskipun dia sangat gendut dan jelek.

Diva menjatuhkan diri di sofa empuk yang ada di ruangan kakaknya. Ruangan Dave di sini, sama persis dengan ruangan pria itu di kantor mereka. Membuatnya merasa di 'rumah'. Diva menaikkan kakinya ke sofa dan berbaring nyaman di sana, sampai ....

"Dave, aku... "

Diva menoleh mendengar suara itu dan sesaat mereka berdua mematung. Dunia seolah berhenti saat tatapan mereka bertemu. Mata itu menghipnotisnya. Diva masih ingat dengan jelas bagaimana wajah pria itu saat mereka bertemu pertama kalinya. Ada perbedaan besar antara hari itu dan hari ini. Wajah pria itu nampak lelah.

Mata Diva menangkap mata Daniel yang turun ke pahanya dan dia dengan sigap menurunkan kakinya. Dia kembali duduk seolah-olah Daniel tidak ada.

"Maaf, aku kira... "

THE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang