Dahi Daniel berkerut saat membaca sebuah pesan di ponselnya. Lagi-lagi Molly. Wanita itu mengajaknya bertemu untuk makan siang. Bukan hanya makan siang kalau Daniel membaca pesannya yang bernada sangat jalang itu.
Daniel memandangi ponselnya lama tanpa membalasnya. Dua sisi hatinya berperang. Sisi merah ingin dia menemui Molly dan mendapatkan sedikit kesenangan. Sisi putih mencegah niat buruknya itu. Mengingatkannya bahwa dia ingin berubah.
Tapi apa yang akan dilakukannya sambil menunggu waktu nanti sore?
Devan sudah asyik dengan gamesnya sejak tadi. Biasanya jika libur mereka memang sering menghabiskan waktu mereka untuk bermain games. Yeah, lelaki dan games sama seperti wanita dan shopping. Kodrat alam."An?"
"Hmm?" Jawab Devan tanpa menoleh dari layar televisi.
"Ayo kita makan di luar."
"Bukannya nanti sore kita makan besar di rumah Dave?"
Daniel memutar bola matanya. Dari mereka berempat, Devan yang paling bisa menahan lapar. Pria itu malah bisa dikatakan sangat susah makan.
"Kita belum sarapan. Kau tidak punya apa-apa untuk dimakan," Daniel menggerutu.
Daniel selalu bangun tidur dalam keadaan lapar, dan saat dia pergi ke dapur milik Devan, dia tidak menemukan apapun yang bisa dimakan. Hanya berkaleng-kaleng minuman bersoda, air putih, dan beberapa karton susu. Bagaimana Devan bisa bertahan hidup dengan itu semua?
"Aku keluar. Kau mau apa?"
Devan menggeleng tanpa menoleh. Daniel berdecak dan bangkit dari duduknya. Dia meraih ponselnya dan mengetikkan balasan untuk Molly. Walaupun tidak ingin bersama Molly, namun Daniel tidak suka makan sendirian. Apalagi di hari libur seperti ini. Restoran pasti penuh oleh para keluarga atau sepasang kekasih.
Tiga puluh menit kemudian, Daniel sampai restoran milik ayah Dave. Begitu Daniel setuju untuk bertemu, Molly langsung menentukan tujuannya. Wanita itu sangat suka makanan di restoran ini. Tidak banyak restoran yang menyajikan menu Skotlandia di kota ini.
"Daniel!" Molly melambai dengan riang dan bangkit dari duduknya. Wanita itu berlari kecil padanya dan memeluknya.
Daniel melepas pelukannya dengan canggung. "Ini tempat umum, Molly. Jaga mannermu."
Molly terkikik dan meraih tangannya menuju meja tempatnya tadi duduk.
Dari sekian banyak wanita yang 'berhubungan' dengannya, bisa dibilang Molly adalah yang paling beruntung. Daniel memutuskan untuk 'mempertahankannya'. Walau tetap saja Daniel mempertahankannya hanya untuk kepuasan seksualnya. Tidak lebih dan tidak akan pernah lebih.
"Dan, aku harus ke kamar kecil. Pesankan aku seperti biasa ya?" Molly bangkit dan kembali berlari kecil ke kamar mandi.
Daniel tersenyum pelan dan memanggil pelayan. Matanya menyusuri buku menu, mencari apa yang ingin dimakannya siang ini.
"Selamat siang, Anda mau memesan apa, Sir?"
Daniel tertegun mendengar suara riang itu. Dia mendongak dan mendapati seorang gadis yang sangat cantik berdiri di hadapannya.
Rambut gadis itu tergerai dan tampak sangat halus. Matanya bersinar bagai mentari pagi. Dan senyum yang terukir dari bibirnya, membuat Daniel ingin meraih ponselnya dan mengabadikan senyum itu.
Mata Daniel turun ke dada gadis itu yang sangat seksi. Bukan tipikal payudara yang besar dan penuh seperti milik Molly, tapi payudara mungil yang pasti sangat pas di tangannya. Selama Daniel ke sini, dia belum pernah menemukan pegawai ini. Gadis ini pastilah pegawai baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ONE
General FictionPDF TERSEDIA DI KARYAKARSA DELICIOUS D SERIES (DDS) - 1 Daniel Armando de Castillo, pria kaya yang tak percaya cinta. Baginya, wanita hanyalah objek untuk bersenang-senang. Sampai akhirnya jalan hidup membawanya bertemu dengan adik dari sahabatnya...