"Jadi gimana? Kamu mulai Ujian Nasional kapan?" Keynal merangkul bahu Gracia sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit menuju kantin.
"Mulai Minggu depan." Jawab Gracia datar. Ia masih sedikit enggan bersikap hangat pada papinya itu.
Mendengar jawaban Gracia, Keynal tak banyak bicara. Ia tahu bahwa putri bungsunya masih melancarkan aksi ngambeknya. Tapi, Keynal tak bisa berlama-lama mendapat sikap dingin Gracia maka dari itu hari ini ia akan memberikan keputusan atas permintaan Gracia tempo hari untuk tidak menikah muda.
Kini Keynal dan Gracia telah berada di salah satu meja kantin rumah sakit. Kantin masih terlihat ramai di jam sembilan seperti sekarang ini, karena memang kantin akan tutup di jam sepuluh malam. Keynal duduk berhadapan dengan Gracia menatap manik mata Gracia yang sebenarnya tidak menatap balik pada Keynal melainkan menunduk menatap meja kantin. Tak ada yang berani untuk membuka pembicaraan lebih dulu, sampai akhirnya Keynal mengalah dan mulai membuka obrolan.
"Kamu masih nunggu keputusan papi buat masalah tradisi itu?" Keynal masih terus menatap Gracia yang kini tengah sibuk memainkan handphonenya, atau pura-pura memainkan handphone?
"Tergantung. Kalau papi masih tetap kekeh pada tradisi itu, Gre gak butuh keputusannya. Gre bakalan tetap lanjutin kuliah dan gak akan nikah muda." Kini Gracia berani menatap balik mata Keynal dengan tatapan tegas "Dan Gre juga bakalan lanjutin kuliah dan menetap di London bareng sama Tante Imel."
Keynal menatap kaget pada Gracia, ia tidak pernah berpikir bahwa Gracia akan senekat ini. Tinggal bersama Melody kakak dari Veranda yang kini telah tinggal menetap di London semenjak dua tahun yang lalu, dan tentu saja Keynal tidak akan mengizinkan hal itu terjadi.
"Gre, kamu tau 'kan kalau papi gak akan pernah ngizinin kamu buat lanjutin kuliah di luar negeri. Mau kamu nanti disana tinggal sama sodara atau enggak, papi tetap gak akan ngizinin."
"Yaudah kalau gitu izinin Gre buat gak ngikutin tradisi papa itu."
Keynal menghela napas lelah tidak ada lagi jalan keluarnya selain mengizinkan Gre untuk tidak mengikuti tradisi keluarganya itu. Tidak melihat Gre menikah muda atau tidak melihat Gre dalam jangkauannya. "Baik, papi gak akan maksa kamu buat ikutin tradisi itu."
Sorot mata Gracia berbinar walaupun ia sedikit melihat kesedihan di raut wajah Keynal tapi ia percaya bahwa suatu saat nanti Keynal akan menjadi wali di hari pernikahan yang ia Idamkan sendiri. Tanpa buang waktu Gracia langsung melangkah mendekat ke arah Keynal dan memeluk laki-laki yang paling dibanggakan dicintainya itu.
"Makasih, pi. Gre janji Gre bakal kuliah yang bener biar bisa banggain papi." Bisik Gracia disela-sela pelukannya. Keynal tersenyum mendengar ucapan putri bungsunya itu ia mengusap lembut rambut sampai punggung Gracia
"Sama-sama, sayang."
***
Suasana Jum'at pagi di SD Harapan Bangsa 46 telah ramai oleh siswa-siswi yang berlalu lalang, mulai dari yang baru datang sampai hanya berjalan-jalan sambil menunggu bel masuk berbunyi. Begitu pun dengan Okta yang baru saja turun dari mobil Boby yang mengantarkannya dari rumah sampai sekolah tengah berjalan santai menuju ruang kelasnya. Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sosok seorang Desy yang berada beberapa meter di depannya.
"Ci Desy."
Desy yang tengah berjalan menghentikan langkahnya dan menengok ke arah sumber suara dimana Okta tengah berlari kecil untuk dapat menghampirinya.
"Hai Okta." Balas Desy dengan senyum manisnya
"Hai Ci. Oh iya, gimana? Ci Desy semalam tidurnya nyenyak?"