Disaat para kepala keluarga telah berangkat ke kantor masing-masing biasanya para istri disibukkan dengan kegiatan rumah atau kegiatan lainnya. Seperti Veranda yang mempunyai kesibukan sendiri di butik yang telah ia dirikan sebelum ia menikah, ia biasanya akan pergi ke butik ketika telah selesai mengurus sang suami dan rumah.
"Mi, hari ini Mami ke butik lagi?" Tanya Shania yang tengah menonton tv di ruang keluarga
*Gue ganti jadi mami ya biar gak ketuker sama Shani kalau manggil Shania."Iya nih sayang, Mami lagi kebanjiran order." Veranda tengah memeriksa kembali isi tasnya takut ada yang tertinggal
"Syukur deh kalau gitu."
"Iya nih. Kamu gimana, mau di rumah aja. Gak pergi arisan?"
"Gak deh, Mi. Aku di rumah aja jagain Shani, takut dia pengen apa-apa." Jawab Shania sambil menoleh pada Veranda
"Ciiee, nenek yang siaga." Ledek Veranda
"Apa sih, Mami." Ledek 'kan Veranda berhasil membuat rona merah di pipi Shania
"Mami gak nyangka deh kalau anak mami yang satu ini bentar lagi bakalan jadi nenek." Veranda mengusap lembut kepala Shania ketika ia telah berdiri di samping Shania
"Aku juga gak nyangka loh, mi"
"Yaudah jagain baik-baik menantu 'nya, biar cucu 'nya juga baik-baik aja."
"Amiiinn."
"Yaudah mami berangkat dulu ya. Bye sayang." Setelah mencium puncak kepala putrinya Veranda berjalan keluar menuju mobil 'nya yang telah terparkir di halaman depan.
Walau pun Shania akan menjadi seorang nenek. Namun, kasih sayang Veranda terhdap putri-putrinya tidak pernah sedikit pun berubah. Veranda kadang selalu memperlakukan Shania layaknya Shania yang berumur sepuluh tahun. Di manja.
Dan Shania pun tak pernah keberatan jika sang mama masih saja memperlakukan 'nya seperti anak kecil. Justru ia senang. Jika Shania sedang tidak bisa bermanja-manjaan pada Boby, maka Shania akan bermanja-manjaan pada Veranda, sang mami.
"Ma, makan yuk. Shani udah masakin buat mama." Suara Shani terdengar dari arah belakang Shania.
"Loh, kamu masak Shan? Kan udah mama bilang, selama hamil kamu gak boleh masak." Shania menghampiri Shani yang tengah memegang semangkuk sup.
"Gak papa lah, ma. Kalau cuma masak doang mah aku gak bakalan kecapean."
"Kamu ini di bilangin kok bandel banget sih, ya sudah ayok kita makan."
Mertua dan menantu itu kini berjalan bersama menuju meja makan untuk menikmati masak 'kan sang menantu cantiknya itu. Keheningan menyelimuti acara makan mereka, sampai akhirnya Shania bersuara.
"Shan, mama punya ide deh."
"Ide apa, ma?" Tanya Shani melirik mama mertuanya
"Kamu kan lagi hamil, mama juga pagi-pagi suka sibuk ngurusin Okta sama papa 'nya. Oma juga sama sibuk ngurusin opa." Shania meghentikan bicaranya sambil sedikit berpikir "Gimana kalau kita cari asisten rumah tangga aja."
"Cari asisten rumah tangga, ma?" Tanya Shani memastikan.
"Iya. Gimana menurut kamu?"
"Ya ... Kalau aku sih ayok aja, ma. Karena aku 'kan emang gak bisa lagi kerja yang berat-berat."
"Nah bener 'kan, berarti kamu setuju ya sama usul mama. Nanti biar mama bilang sama oma."