BF 13

1.5K 186 34
                                    

Selesai mengantarkan Gracia Vino melesat menjalankan mobilnya menuju kantor tempat ia bekerja. Namun, ketika ia melihat jadwal hari ini ternyata cukup free maka Vino memutuskan untuk kembali ke rumah untuk bisa menghabiskan waktu bersama sang buah hati. Baby Yupi.

Vino melangkahkan kaki menuju kamarnya. Namun, sebelum menuju kamarnya Vino menyempatkan diri menuju dapur untuk menghilangkan rasa dahaganya itu. Vino menghentikan langkahnya saat masih berada di ruang keluarga, ruangan yang menghubungkan dengan dapur. Di sana terlihat Boby tengah berdiri menatap lurus ke arah dapur, Vino yang penasaran dengan apa yang dilihat Boby sedikit menggeser kan tubuhnya sehingga dapat melihat apa yang tengah di perhatikan Boby, sampai ia tahu bahwa Boby tengah memperhatikan asisten rumah tangganya itu yang tengah mencuci piring.

Dengan niat jahil Vino melangkah mendekati Boby. "Ekhem. Mbak Naomi Body 'nya kayak gitar spanyol, ya. Mama Shania mah kalah sama mbak Naomi. Iya gak, Pa?"

"Iya lah, gila saja Shania dibandingkan sam–"

"Sam apa, Pa?"

"Vino." Boby memasang wajah kagetnya saat menemukan anak sulungnya telah berdiri di sampingnya.

"Kaget ya, Pa? Makanya kalau mau ngintip itu ajak ajak." Vino mengalihkan pandangannya pada Naomi yang tengah mencuci piring sambil sedikit bergoyang karena musik yang menemaninya mencuci.

"Ma–maksud kamu?"

"Udah gak usah bawel. Tuh liat, goyangan mbak Naomi makin lihai."

Boby tersenyum menatap Vino. Pribahasa mengatakan bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya ternyata benar. Sikap dan sifat Vino mirip sekali dengan Boby, suka lirik perempuan sana sini tapi tipikal cowok yang setia, apalagi terhadap sang istri. Lirik sana sini itu hanyalah bercandaan semata saja.

Anak dan ayah itu pun kini tengah asik dengan dunianya sendiri melihat Naomi yang masih mencuci piring dengan gaya khasnya. Entah lah, padahal Naomi hanya mencuci piring tapi godaannya itu seperti Naomi tengah pemanasan untuk melakukan hubungan intim. Astagfirullah! buang pikiran seperti itu wahai Boby dan Vino yang beriman.

Disaat anak sulung dan ayahnya tengah asik dengan dunianya, Okta yang merupakan anak bungsu Boby baru saja memasuki rumah dari pulang sekolah. Hari ini Okta pulang dengan di jemput oleh supir rumahnya. Okta berjalan menuju dapur berniat untuk mengambil minum, dan saat sebentar lagi akan sampai dapur Okta menghentikan langkahnya ketika melihat kakak dan ayahnya tengah berdiri di depan pintu menuju dapur. Tanpa pikir panjang Okta sudah tau apa yang membuat kakak dan ayahnya itu betah berdiri di depan sana.

"Okta kerjain enak kali, ya."

"MAMA, CI SHANI. PAPA SAMA KAK VINO LAGI NGINTIPIN MBAK NAO–" teriakan Okta langsung terpotong saat tangan kekar milik Vino membungkam mulutnya.

"Lo gila, ya. Kenapa mesti ngadu sih. Hah!" Sentak Vino.

"Mmpptt..."

"Vin udah, mending kita amankan Okta dulu. Ayok papa angkat kakinya kamu angkat badannya. Tangan kamu jangan sampe lepas dari mulutnya, bisa berabe nanti." Perintah Boby dan langsung mengangkat kedua kaki Okta.

"Siap, pa."

Dengan posisi di angkat oleh kakak dan ayahnya Okta tidak bisa diam, ia terus mencoba berontak untuk dapat bebas dari sergapan kakak dan ayahnya itu. Sedangkan Boby dan Vino yang kewalahan menggotong Okta masih terus berjuang menaiki tangga menuju kamar Okta, niat hati Boby dan Vino akan memberi Okta peringatan di kamarnya nanti.

"Mmpptt..." Dengan sisa-sisa tenaga akhirnya Boby dan vino bisa membawa Okta menuju kamarnya. Namun, Okta masih belum turun dalam gendongan dan bekapan tangan Vino. Okta marah, ia tidak bisa di perlakukan seperti ini oleh Kakak dan ayah kandungnya sendiri, maka dari itu Okta mengambil cara melepaskan diri dengan....




Big FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang