Demi pernikahan Stephanie akhirnya Celina mengalah dengan egonya. Setelah berkonsultasi banyak dengan dokter kandungannya Celina memutuskan untuk kembali ke mansion untuk selanjutnya ke rumah pantai di Main Beach, tempat Stephanie dan Daniel akan melangsungkan pernikahan mereka. Otomatis ada Ben di sana. Melihat Ben membuat Celina menahan tangis. Mendengar suara Ben di telpon saja sudah membuat Celina menangis, apalagi melihat sosoknya langsung. Celina rasanya ingin segera memeluknya. Berbagi semua dukanya, semua bahagia dan gelisahnya...berbagi berita kehamilannya. Dan hal itu tidak mungkin di lakukannya. Tidak. Atau Ibu Ben akan bertindak lebih gila lagi.
Dan sekarang, situasi yang hendak dia hindari ini, semua demi Stephanie dan Daniel. Demi keluarga besarnya. Demi mereka yang menyayanginya.
Dan Celina bersyukur karena Ben tidak sedikitpun curiga. Ben juga terlihat lebih sibuk karena harus memenuhi janjinya pada Stephanie, membuatkan dokumentasi foto khusus untuk Stephanie dan Daniel dengan tangannya sendiri.
Celina bahkan tidak bertemu Ben selama dua hari penuh. Ben tetap menghubunginya dan Celina berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.
Hingga tiba saat pernikahan Stephanie dan Daniel. Celina berusaha sebisa mungkin bersikap biasa. Celina sangat berhati - hati, bahkan ketika harus berjalan dan memilih makanan. Hal itu membuat Ibunya sedikit curiga dan menanyakan apakah Celina baik - baik saja. Celina menyembunyikan semua dalam tawa dan mengatakan bahwa dia sedang menjalankan program diet agar semakin sehat. Akhirnya setelah sedikit berdebat terlihat sang Ibu merasa lega.
Akhirnya semua sibuk dengan kegiatannya sendiri. Ben mencium kening Celina saat berpapasan di depan pintu rumah pantai, lalu bergegas menuju spot di mana pernikahan akan di langsungkan. Demi apapun yang di miliki nya di dunia, Celina yakin dia selalu merasa jatuh cinta pada seorang Benjamin Devonshire. Lalu ketika tersadar dari lamunan saat menatap punggung Ben, Celina kembali terhempas pada kenyataan bahwa hidupnya tidak akan berisi Ben di dalamnya.
Celina berbalik. Memilih untuk melihat keadaan Stephanie daripada harus tetap memandangi punggung Ben. Karena sebentar lagi hal itu pasti akan membuatnya menangis.
Celina tertawa geli saat melihat Stephanie begitu gelisah. Para penata rias sedang merias wajahnya. Parvatti Nawaz sedang sibuk membenahi perhiasan yang akan di kenakan oleh Stephanie.
Kalau saja Stephanie tidak dalam keadaan gugup pasti dia akan curiga pada Celina yang bertingkah terlalu berhati - hati dengan gerakannya.
Lalu semua berjalan lancar seperti harapan keluarga. Celina menatap Stephanie dan Daniel yang begitu bahagia setelah sah menjadi suami istri.
Saat semua selesai, Celina berulangkali menatap Ben yang tengah sibuk dengan seorang pekerjanya. Mereka terlihat serius membenahi kamera dan peralatan lainnya.
"Apa kau merindukan aku, seperti aku merindukanmu?", tanya Ben yang sudah berdiri di samping Celina.
"Aah...kau mengagetkan aku saja. Aku...tentu saja aku merindukanmu", ujar Celina. Tangannya merengkuh pinggang Ben yang memeluknya erat.
"Kau baik-baik saja? Kau agak aneh hari ini, terlepas kau sangat cantik memakai baju ini", tanya Ben.
"Aku selalu cantik Ben ", canda Celina.
Ben tergelak dan mengusap perut Celina lembut.
Celina berdesir dalam hati. Gerakan sederhana itu nyatanya begitu bermakna. Ada kehidupan di sana, yang sejatinya membutuhkan belaian tangan Ben. Dan Ben telah melakukannya walau tanpa sengaja. Hal itu cukup membuat Celina sekuat tenaga menenangkan hatinya.
"Tentu saja kau selalu cantik. Dan itu membuatku tergila-gila", ujar Ben sambil menatap manik mata Celina lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELINA (SUDAH TERBIT)
RomanceWARNING : 21++ NASKAH INI MENGANDUNG UNSUR SEX DETIL. YANG BELUM CUKUP UMUR SILAHKAN KEMBALI LAGI LAIN WAKTU. Aku, penyimpan sedih yang handal. Aku topeng yang sempurna. Tapi aku juga punya lara yang rapat kututupi. Hanya dia...yang tahu. Celina Hea...