"Aah...kau sudah datang. Kita harus menemui Ayah dan Ibumu sekarang. Mereka ada di hotel, jadi bisa kita pergi sekarang?", ujar Ben sambil menyambar kunci mobilnya.
Lydia yang baru masuk ke kamar terlihat bingung dan mengikuti Ben yang keluar cepat dari apartemennya.
Selama dalam perjalanan Ben diam membisu. Lydia berulangkali menatap Ben yang terlihat tenang.
"Kenapa harus buru-buru, Ben? Apa ada sesuatu yang penting?", tanya Lydia akhirnya.
Ben tetap diam. Lydia akhirnya menyerah dan menatap ke depan. Perasaannya tidak nyaman tapi dia tidak mengerti karna apa.
Mobil berbelok ke sebuah hotel berbintang, dan Ben bergegas memasuki hotel saat sudah menyerahkan kunci mobilnya pada seorang front man.
Ben mengetuk pintu begitu sampai di depan kamar mertuanya, sementara itu Lydia terengah mengikuti di belakangnya.
Pintu terbuka dan Ibu Lydia menyambut Ben dengan senyuman.
"Duduklah Ben", ujar Ayah mertua Ben.
Lydia sendiri akhirnya duduk di sofa dengan pandangan menyelidik pada Ben yang duduk dengan tenang.
"Ada apa ini?", tanya Ayah Lydia, Duke of Winchester.
"Kita tunggu Mom dan pengacaraku, Dad", ujar Ben.
Lydia tersentak. Perasaannya semakin tidak karuan.
Selang beberapa menit kemudian pengacara dan ibu Ben tiba di kamar hotel itu. Ibu Ben, seperti biasa terlihat begitu angkuh.
Pengacara Ben berdeham dan semua mata memandang ke arahnya.
"Baiklah...kita bisa mulai sekarang. Tuan Benjamin Devonshire memerintahkan saya untuk menyerahkan surat cerai ini dengan berbagai bukti", ujar pengacara Ben.
Semua orang tersentak. Ibu Ben bahkan berteriak histeris dan mulai meracau.
"Ben...", ujar Duke of Winchester.
"Aku harus mengembalikan Lydia kepadamu, Your Grace. Dengan semua bukti yang akan kita dengarkan bersama", ujar Ben sambil mengangkat ponselnya.
Hasil rekaman Mike terpampang jelas, membuat Duke dan Duchess of Winchester menatap Lydia dengan wajah murka.
Ben memasukkan ponselnya kembali ke kantung celananya setelah rekaman itu selesai.
Lydia terlihat menatap Ben dengan wajah yang sangat pias. Sementara ibu Ben terduduk di kursi dan memijit pelipisnya gelisah.
"Tidak ada gunanya ini di teruskan Lydia. Aku harus menceraikanmu. Pengacaraku akan mengurus semuanya. Aku tidak memaafkan sebuah kebohongan Lydia", ujar Ben.
"Ben...", ujar Lydia parau.
"Tidak ada gunanya membantah Lydia. Terimalah, karena kau yang bersalah", ujar Ayah Lydia.
"Tapi, Dad...itu rekayasa seseorang. Pasti...itu rekayasa", pekik Lydia.
"Aku bukan orang yang pandai membuat sebuah kebohongan ataupun sebuah rekayasa Lydia. Tidak...ini bukan sebuah rekayasa seperti kalian...kau dan ibuku, merekayasa pernikahan kita", ujar Ben sambil menatap Lydia dan Ibunya yang terdiam.
"Aku permisi. Dan Mom...bersikaplah layaknya seorang lady yang menghargai kebenaran Mom. Dan berhenti menilai seseorang dari luarnya saja. Aku permisi", ujar Ben sambil melangkah keluar dari kamar hotel mewah itu.
Pengacara Ben masih berada di dalam. Menunggu Lydia menanda tangani surat cerai yang di ajukan oleh Benjamin.
"Tanda tangani Lydia. Kau benar-benar membuatku malu. Kau benar-benar tidak beradab", ujar Duke of Winchester sambil mengulurkan sebuah pulpen.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELINA (SUDAH TERBIT)
RomanceWARNING : 21++ NASKAH INI MENGANDUNG UNSUR SEX DETIL. YANG BELUM CUKUP UMUR SILAHKAN KEMBALI LAGI LAIN WAKTU. Aku, penyimpan sedih yang handal. Aku topeng yang sempurna. Tapi aku juga punya lara yang rapat kututupi. Hanya dia...yang tahu. Celina Hea...