Fall a Sleep

21.9K 2.1K 175
                                    


Celina tertawa tertahan sambil melemparkan tubuhnya ke samping Ben.

Ben terengah mengatur napasnya.

"Ini luar biasa...", ujar Ben sambil terkekeh. Matanya menatap langit-langit kamar sambil menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lakukan. Celina bisa sangat liar dan mendominasi nya seperti tadi? Ben rasanya melayang karena terlampau bahagia.

Celina terdiam.

"Setelah semua kesedihan yang membuatku terluka, kau dan Louisa adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada hidupku Ben", ujar Celina lirih.

Ben menoleh dan berbaring menghadap Celina.

Celina menatap Ben dengan pandangan sayu. Entah rasa apa yang tengah di rasakan oleh Celina saat ini.

"Aku banyak kehilangan moment berharga bersamamu dan Louisa. Aku bahkan tidak pernah tahu kau mengandung anakku, hingga aku membiarkanmu berjuang sendiri. Apapun itu, Celina...itu adalah kesalahan terbesarku dan aku tidak akan mengulanginya di masa depan. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu...hingga aku tidak akan sanggup melihatmu terluka oleh orang lain. Nyatanya, aku bahkan menorehkan luka yang begitu menyakitkan di hatimu. Untuk semuanya Celina...aku meminta maaf padamu", ujar Ben sambil meraih Celina dalam rengkuhannya.

Celina menatap Ben. Manik mata mereka bertemu. Banyak harapan dan semangat terlihat di mata mereka.

"Aku sudah memaafkanmu", bisik Celina lirih.

"Aku tahu. Aku akan menebus semua kesalahanku mulai detik ini. Apa kau mau sesuatu Nyonya Devonshire? ", tanya Ben menggoda membuat Celina tertawa.

"Aku lapar...dan sebentar lagi Louisa harus menyusu", bisik Celina sambil mengusap pipi Ben lembut.

"Hmm...baiklah. Kita mandi sebentar lalu makan", ujar Ben sambil beranjak.

Celina menjerit tertahan saat Ben mengangkatnya ke arah kamar mandi.

Mandi yang hanya membutuhkan waktu sebentar nyatanya menjadi sangat lama.

Katakan mereka berdua gila, tapi...mereka memang saling tergila-gila.

*

Sylvia Devonshire memangku Louisa yang terlelap. Tak henti dia tersenyum menatap Louisa yang tidur nyenyak dalam buaiannya.

"Biar aku membawa Louisa ke kamarnya Mom. Istirahatlah. Kau sudah menjaga Louisa seharian", ujar Ben sambil mengambil Louisa dari pangkuan Mommynya.

Sylvia  tersenyum lembut dan menyerahkan Louisa pada Ben.

Celina yang tengah duduk menatap interaksi antara ibu dan anak yang semakin membaik.

Ben menggendong Louisa dengan hati-hati ke kamarnya.

"Aku harus memintamu secara langsung pada kedua orang tuamu sayang", ujar Sylvia.

Celina menoleh. Matanya beradu pandang dengan Sylvia.

Dulu sekali...pernah terjadi saat seperti ini. Waktu itu pandangan mata Sylvia tidak seperti sekarang ini. Dulu...tatapan Sylvia adalah tatapan mata paling sombong dan paling merendahkan menurut Celina.

Tapi sekarang semuanya menghilang tak bersisa. Menguap entah ke mana.

Celina hanya mampu mengangguk. Tak di pungkiri rasa canggung masih membalut. Sedikit saja. Dan Celina sangat menghargai usaha Sylvia untuk membuatnya nyaman.

"Setelah semua yang terjadi padamu karena ulahku, apakah keluargamu masih mau menerimaku sayang?", tanya Sylvia dengan nada tidak yakin.

"Keluargaku, Dad dan Mom terutama...akan sangat senang menerimamu di rumah Mom", ujar Celina sambil meraih tangan Sylvia dan mengusapnya lembut.

CELINA (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang