06

15 1 0
                                    


"Selamat pagi, dengan maxima design disini"
"Iya betul bu, kami membuka jasa iklan, bagaimana bu?"
"Lebih jelas nya ibu bisa ke kantor saja ya, nanti akan di arahkan"
"Kantor buka sampai jam 16:00 wib bu"
"Baik, kami tunggu"
"Terimakasih bu".
Reina mengakhiri percakapan nya dengan calon customer pertamanya pagi ini, menekan tombol 06 pada papan telfon, Reina menghubungi Kevin selaku marketing strategi. Meskipun mereka satu ruangan, hal tersebut bertujuan agar semua yang dilakukan terekam.
"Pak Kevin"
"Tadi ada customer yang nelfon, beliau minta bertemu di kantor setelah makan siang"
"Iya pak, tadi bilangnya masalah nya kemasan dia kurang menarik jadi barang yg dijual kurang diminati gitu pak"
"Iya itu saja pak"
"Oke pak"
Setelah menutup telfon, tiba-tiba Kevin menghampiri Reina. Dan duduk di depan meja kerja Reina.
"Gue agak geli nih Na, kalo elo panggil bapak".
"Hah.. maksud bapak Kevin? ".
Reina sengaja menjahili Kevin dengan menyebutnya bapak. Melihat sekarang wajah Kevin ditekuk masam. Lucu banget.
"Lu jahat ah na!!". Kevin menjawab dengan nada ngambek.
"Sorry sih Vin. Ya kan itu formalitas"
"Eh Na, loe udah punya pacar belom?"
"Belom Vin"
"Kalo gebetan?!"
"Belom juga Vin"
"Berarti gue.."
"Gue udah punya anak 2 dan suami yang sudah berada di alam enak"
Kevin melongo mendengar penuturan Reina.
"Maksud loe?!"
"Gue itu janda" .
Jawaban Reina seakan mengejek Kevin. Terang saja wajahnya seperti mengejek.
"Gue ga percaya"
"Udah ah Na, gue balik ke kubikel gue. Tadinya gue mau pedekate sama lo. Tapi kayanya loe ga ada tanda-tanda mau pedekate"
Dengan lunglai Kevin kembali ke kubikelnya. Reina menanggapi dengan gelengan. Ga heran dengan tingkah Kevin yang terkenal pede, dan tidak bisa dianggap serius.
******
Telfon berbunyi mengagetkan Reina. Dengan sigap dia mengambil gagang telfon.
"Iya betul bu"
Belom sempet mengucap salam, disebrang sana sudah duluan memberondong pertanyaan.
"Kebetulan bapak Kevin bu"
"Pak Bagus,  ada"
"Baik bu, silahkan ke ruangan saja".
Baru beberapa menit Reina menutup telfon lagi-lagi ada yang menginterupsi.
"Wah si molek, mau ketemu Bagus loe ya".
Kevin menyapa tamu tersebut lebih dulu. Yang di sapa tidak menjawab, malah mendekat ke meja Reina. 
"Mbak tadi saya yang nelfon, nanya pak Bagus "
"Oiya, bu. Jadi bagaimana bu?!"
"Saya mau konsultasi dengan Bagus saja bisa".
"Saya tau,  bagian strateginya itu si Kevin kan, saya ga mau mbak".
"Baik, akan saya buatkan janji".
Bagus masuk ke ruangan, ga tau juga dari mana tu orang tadi.
"Hai.. sayang. ". Sapa gadis yang di sebut molek oleh Kevin. 
Yang di sapa tidak mengubris dan kembali ke kubikelnya.
Gadis tersebut mengikuti Bagus dan duduk di depan mejanya, tanpa pamit dengan Reina.
"Aku udah bilang sama pak Toni dan dia udah tanda tangan surat persetujuan, kalo strategi usaha ku bakal di urus sama Maxima, jadi aku mau kamu yang urus".
Bagus mengerutkan keningnya. Tapi tetap tidak menjawab.
"Jadi mau ga mau kamu harus mau". Tegas gadis itu.
Sedikit berfikir, sepintas pikirannya melayang ke Reina.  Ide jahil muncul.
"Oke, tapi gue dengan patner"
"Terserah kamu sayang. Yang penting ada kamunya".
Bagus mengetik nomor 02 (kode telfon meja Reina).
Merasa telfon berbunyi Reina mengangkat telfon dengan tidak mengetahui siapa yang menelfon.
" selamat pagi, Maxima desain disini".
"Gue Bagus "
"Lah, kenapa Gus?!"
"Ibu Reina,  anda ditunjuk sebagai patner saya untuk mengurus strategi marketing dari perusahaan ibu Rara. Yang orangnya ada di depan saya ini".
Reina bingung ,apa yang maksudkan Bagus. 
Belum sempat menjawab Bagus menambahi di sebrang sana.
"Baik bu, nanti jam 15:00 wib, kita rapat di cafe. Nanti ibu berangkat sama saya". Tutup Bagus
"Udah, senengkan. Ya udah gue banyak pekerjaan, lu pulang sana". Usir Bagus. 
Mendapat tanggapan dari Bagus bukan membuat Rara jera. Sebaliknya dia mendekatkan dirinya ke Bagus.
"Gus, gue emang pinya salah sama elo, tapi kan salah gue karena gue ngilang bukan selingkuh. Yang penting sekarang gue udah balik. Kita baikan ya yang".
Rara mengungkapkannya dengan sepenuh hati dan penuh kelembutan. Tapi Bagus menanggapi dengan acuh.
"Ya udah aku balik dulu ya sayang. Jangan lupa ntar sore kita ketemu lagi".
Sebelum pergi Rara tidak lupa untuk mencium pipi Bagus, seperti yang dilakukannya dulu sebelum Rara memutuskan untuk pergi ntah kemana.
Sepeninggalan Rara.
Reina menghampiri kubikel Bagus.
"Gus, maksud loe tadi apa?!"
"Gue ga jadi kan ikut sama loe, tadi cuman pengalihan issue aja kan".
Bagus yang diberondong pertanyaan hanya diam saja, seolah tidak dengar. Reina yang geram dengan sikap Bagus yang acuh membuat Reina reflek menepuk bahu Bagus. Enak saja dia dikaitkan dengan clbk (Cinta lama belom kelar) tiada ujungnya.
"Apaan sih Rei, ya beneran gue patneran sama loe"
"Kan si Dimas sama Kevin ada customer,  lah masa gue sendirian".
Sebenernya iya juga, Reina tidak berfikir panjang sebelum bertanya.
"Oke deh kalau gitu"
Reina meninggalkan kubikel Bagus.
"Lah cuman gitu doang terus pergi". Bagus menggumam sepeninggalan Reina.
*******
Tepat pukul 13:30 wib, costumer Kevin tiba. Tinggalah Bagus dan Reina di dalam ruangan tersebut.
Karena tidak ada kerjaan Bagus menghampiri kubikel Reina.
"Sibuk Rei"
"Hah. Enggak Gus"
"Rei, gue mau minta tolong. Apapun yg bakal gue lakuin nanti lu jangan protes ya. Gue bakal jamin loe baik-baik aja"
"Apaa sih Gus ,gue ga ngerti"
"Yang tadi, yang bakal jadi klien kita, dia mantan gue. Sebenernya gue sayang sama dia (karena sifat dia mirip sama sifat loe)  tapi ya dia ninggalin gue Rei. Jadi gue kecewa gitu". Ujar Bagus.
"Jadi ntar pura-pura loe jadi patner spesial gue" tambahnya.
Reina semakin kesini, semakin mengerti apa maksud Bagus. Tapi tidak secepat iyu Reina mengiyakan permintaan Bagus, karena dia tidak mau ikut campur dalam urusan orang.
"Tapi gue ga mau ikut campur Gus".
"Gue ga mau nanti nya masalah semakin runyam, lo tau kan".

Sangking kalutnya Bagus sampai lupa kalau Reina sudah punya suami.
"Iya juga ya Rei, gue ga berfikir panjang. Ya udah lah". Setelah mengucapkan kata-kata itu Bagus meninggalkan meja Reina.

Tak ada gading yang tak retak,
Ya sama kaya tulisan ini.

Tak Lari Jodoh Ku KejarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang