5.3 : Susan

329 25 3
                                    

Januari 2010

Bocah laki-laki berpenampilan rapi kugandeng dia dengan erat, aku bawa ke sebuah tempat yang tak pernah disangka orang banyak. Sebuah ruangan serba putih, harus bersih dari segala virus dan bakteri. Seorang anak laki-laki berumur lima tahun, sudah kubawa ke tempat seperti ini. Mungkin banyak yang beranggapan bahwa aku ini ibu yang kejam. Langkahku berhenti, di sebuah depan pintu tertulis nama Dr. Arnold dia seorang psikolog handal, dialah orang kelima yang dapat mengatasi masalah ini. Aku harap dia dapat membantuku.

Aku sangat lelah hari ini, banyak sekali orang yang meminaku menyelesaikan permasalahannya di persidangan. Aku seorang pengacara, ini bukan cita-citaku. Ini cita-cita ibuku, dia menginginkan aku menjadi orang yang sukses. Pasti seluruh orang tua di dunia menginginkan anaknya menjadi yang lebih baik dan sukses untuk masa depannya. Dengan meraih cita-cita ibuku, aku kehilangan orang yang kucintai.

Bocah itu menghampiriku, "Bunda."

"Hmm...." sahutku yang sedang tidur di sofa empuk kesayanganku.

"Besok akan ada perlombaan cerdas cermat ."

"Lalu?" tanyaku yang masih memejamkan mata.

"Bunda, bisa datang untuk melihatku, kan?"

Lima menit berlalu aku diam sejenak dan lalu membukakan mataku, melihat bocah itu yang ada di depankudia mengingatkanku pada orang yang kucintai. Anak laki-laki ini sangat mirip dengannya.

"Tentu saja bunda akan datang," ucapku dengan tersenyum padanya, bocah itu senyum sumringah bahagia keluar dari ruang kerjaku.

Februari 2010

Inilah tanggal yang dinanti banyak orang di seluruh dunia, hari Valentine--hari kasih sayang. Tapi kenapa aku begitu benci dengan kata cinta, kini aku tidak mengerti apa arti cinta? Sesuatu yang awalnya bahagia dan diakhiri dengan kisah menyedihkan juga sakit hati, menurutku itulah arti cinta.

Aku terkejut ada sesuatu benda seperti surat berbentuk love berwarna merah dan disampingnya cokelat bulat berisi enam biji di bungkus secara cantik.

"Mickey," panggilku dari dalam ruang kerjaku.

"Ya, nyonya?"

"Bisa kau buang makanan ini? Aku tidak suka ruang kerjaku menjadi berantakan karena makanan ini."

"Ah- tapi nyonya ini...."

"Kenapa? Kau ingin kupecat?" Mickey menggelengkan kepalanya, "Kalau begitu lakukan." Di saat aku keluar dari ruang kerjaku, aku di cegah oleh bocah berumur lima tahun.

"Bunda," ucapnya.

"Ya sayang." Aku jongkok meratakan tinggiku dengannya.

"Bunda akan datang kesekola, kan? Hari ini ada acara menyambut Valentine Day." Dengan imutnya dan polosnya dia mengucapkan itu.

"Maaf sayang bunda tidak bisa."

"Hari ini bunda tidak bisa."

"Hari ini bunda tidak kerjakan?" Akupun terkejut dia bisa mengetahui hari ini aku sedang tidak ada jadwal bekerja, karena hari ini aku ada kencan buta bertemu dengan seseorang.

"Bunda akan menemui Mr Josh," ucapku.

"Jangan percaya padanya, dia laki-laki jahat."

"Sudah cukup!" Aku berdiri tegak memandangnya kesal.

"Mickey!" Aku memanggil Mickey asistenku.

"Ya, nyonya?"

"Hari ini Kevin tidak boleh ke sekolah, dia harus menemui Mr. Arnold. Hubungi sekolahnya, katakan Kevin hari ini ini tidak bisa masuk sekolah karena sakit."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRODIGY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang