"Jadilah temanku". " Teman" . "Hai Teman". Tiga kalimat yang sering aku dengar dari Chaeyoung ketika pertama kali bertemu dengannya. Saat itu aku benci mendengarnya, lebih tepatnya aku tidak terbiasa dengan seseorang yang ingin berada di sekitarku. Teman adalah hal tabu untukku.
Bahkan ketika dia mengulurkan tangannya sebagai tanda pertemanan kami. Aku mengatakan hal-hal kasar padanya. Anehnya, Chaeyoung tetap menganggapku temannya. Memangnya apa yang spesial dari sebuah pertemanan?
Awalnya aku berpikir seperti itu, bahkan aku berpikir dia ingin menjadi temanku hanya agar bisa mengalahkan ranking ku dengan mudah.
Seperti kata ibuku selama ini. Teman hanyalah musuh yang berkedok baik, melemahkan dan secara tidak sadar mengalahkan.
Aku tumbuh dengan pola pikir seperti itu. Bahkan ketika aku berumur delapan tahun, ketika seorang gadis kecil menolongku karena aku di jahili teman-temanku, ibuku menyuruhku menjauhinya. Dia bilang bahwa gadis itu penyebab semua orang menggangguku. Saat itu, aku percaya.
Tapi bagaimana bisa seorang gadis kecil memikirkan itu? Ternyata selama ini aku hidup dalam kandang buatan ibuku. Tidak lebih tidak kurang, hidupku harus mengikuti aturan kandang yang dia buat. Aku tidak mampu berbuat apapun.
Lalu Chaeyoung. Entah bagaimana perlahan dia seperti menawarkan kunci agar aku bisa keluar, tentu.. aku ingin keluar dari lingkaran kehidupanku.
Sedikit banyak aku berharap dia bisa membawaku dari jeratan ibuku. Aku percaya bahwa dunia yang dia kenalkan padaku adalah dunia yang ingin aku tinggali selama ini.
Musik, makanan, pertemanan, ucapan ulang tahun, sup rumput laut. Semua hal yang bisa aku lakukan dengannya tanpa khawatir tentang pipiku yang akan menjadi sasaran kemurkaan ibuku.
Bersama Chaeyoung, aku bisa melakukan semua hal. Tanpa khawatir dengan hal lainnya.
"Namaku Park Chaeyoung. Ingat-ingat mulai sekarang, karena aku temanmu".
Aku masih ingat ucapannya.
Mulai sekarang aku berjanji, bahkan jika aku harus lahir berkali-kali, aku tidak akan dan tidak boleh lupa akan nama itu. Aku tidak akan melupakan arti Park Chaeyoung dalam hidupku. Bahkan jika aku terlahir kembali, aku ingin Chaeyoung sebagai temanku lagi.
oOo
"Jadilah temanku, Park Chaeyoung."
Langkah kakiku tiba-tiba terasa berat. Suara, kalimat dan orang ini.. benar-benar membuat usahaku selama ini sia-sia.
Hantaman kenangan tentang Jungkook yang mati-matian aku kubur sedalam mungkin, seolah kembali ke permukaan begitu saja.
"Apa kamu bilang?" Aku tidak sanggup membalikan tubuhku.
"Kamu bilang namamu Park Chaeyoung, kan? Maka jadilah temanku." Suaranya masih terdengar jelas, baik dia ataupun aku tidak ada yang bergerak lebih jauh.
Bohong Jungkook. Kamu bilang tidak akan lupa aku dan namaku, lihat sekarang? Jika tahu se menyakitkan ini, kenapa tidak aku saja yang lupa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Day, Remember Me
Fiksi Penggemar[ JUST ONE DAY SEASON 2 ] Kehilangan, kenangan, ingatan, memori indah, memori buruk, rasa sakit dan rasa cinta. Tidak pernah terpikirkan jika semua itu ternyata bisa menjadi satu kesatuan yang sulit Di pisah kan dari satu rasa yang paling kuat, yait...