Chaper 7

129 19 3
                                    

Aku memegang buku bersampul biru itu dengan erat, haruskah aku memberikannya? Haruskah? Semua hal tentangnya, ingatan Jungkook dan ingatanku tertuang dalam buku ini.

Aku tidak tahu apakah ini keputusan tepat?

Aku menyentuh kembali keloid luka di lenganku. Mencoba mengubur dalam-dalam harapanku bahwa Jungkook yang ku kenal akan kembali lagi. Itu salah, bukan? Joey sudah memiliki kehidupan barunya. Walaupun sekarang dia ingin mengetahui kehidupan nya yang terlupakan, aku tetap bukan lagi bagian dari kehidupannya.

Aku hanya ingin membantunya. Mungkin setelah ini, dia tidak mendapat mimpi buruknya lagi, kan?

"Maaf! Aku bangun kesiangan," aku mengangkat wajahku dan melihat Joey memasang wajah tidak enak. Menggaruk belakang kepalanya dengan tangan penuh tatonya itu.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Jungkook selalu menjadi orang yang menungguku, dia beda.



***


Di sebuah kafe pinggir kota Melbourne, kami berdua duduk dalam keheningan beberapa saat. Sebelum akhirnya dengan berat aku mengeluarkan buku itu dari dalam tas ku. Dengan berat hati pula, aku menggesernya ke arah Joey.

"Ini, tolong baca dan jaga baik-baik. Buku itu.." aku menarik nafasku. "Buku itu satu-satunya yang aku punya tentangnya, satu-satunya yang membuatku bertahan. Itu berarti banyak hal untukku, jangan sampai rusak apalagi hilang"

Joey menatap buku itu beberapa saat, sebelum kemudian ia mengangguk dengan yakin.

"Tentang mimpiku.. aku tidak akan bertanya apapun sekarang. Kamu bilang tahan selama seminggu, kan?" Joey menatapku dan aku mengangguk.

"Aku tidak akan bertanya. Tapi dengarkan sedikit, kumohon." matanya menatapku dengan sedih. Aku kembali mengangguk.

"Mimpi itu selalu aku dapatkan sejak tujuh tahun lalu, setelah terakhir aku terbangun di rumah sakit yang bukan di negara ini." Joey sedikit menurunkan pandangannya, seolah mengingat sesuatu yang berat.

Aku diam, membiarkannya bercerita. Tanganku tertaut erat dibawah meja.

"Aku selalu memimpikan seorang wanita yang kupanggil 'ibu'."

Sialan. Itu pasti sangat buruk.

"Dalam mimpiku, dia selalu memukuliku, wajahnya tidak jelas. Dia selalu mengatakan bahwa aku tidak boleh berteman dengan siapapun." Joey menautkan erat tangannya. Aku bisa melihat kilatan emosi di matanya.

Itu pasti berat. Dihantui mimpi buruk bertahun-tahun tidaklah mudah. Bahkan dokter dan obat pun tidak ada yang mempan untukku.

"Tapi di mimpi itu, selalu ada satu nama yang aku panggil di setiap aku merasa ketakutan oleh wanita itu.." kali ini matanya kembali melihat ke arahku.

"Chaeyoung."

Aku bahkan tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini, hatiku sakit sekali. Ternyata kehidupannya sebagai Jungkook masih menghantuinya selama ini lewat mimpinya.

"Sosok itu tidak pernah jelas terlihat. Tapi selalu ada disetiap mimpiku. Dia selalu mengulurkan tangannya, mengatakan bahwa aku baik-baik saja jika bersama dia. Dia selalu mengobati lukaku dan entah bagaimana aku selalu merasa tenang setelah sosok itu muncul di mimpiku," Joey kembali memalingkan pandangannya.

"Tapi setiap terbangun, perasaan tidak nyaman muncul," Joey memegang dada kirinya.

"Aku merasa sakit disini, aku.. mulai merindukan sosok yang entah siapa itu. Lama-lama, aku benci mimpi itu. Aku merasa takut dengan sosok wanita yang selalu memukuliku dalam mimpi. Lalu ketika bangun aku rindu sosok yang kupanggil Chaeyoung itu," Joey menghela nafasnya. "Aku bahkan tidak tahu kenapa aku merindukan sosok itu"

Just One Day, Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang