Chapter 6

148 24 2
                                    

"Cepat taruh tanganmu di meja" seorang wanita yang cukup berumur duduk di meja makan, dengan sebuah benda dalam genggamannya yang membuatku ketakutan.

Itu adalah tongkat kayu. Seolah tahu apa yang akan dilakukannya dengan tongkat kayu itu.

Aku berkeringat, melangkah ketakutan dengan kaki kecilku. Mendekat dan menaruh kedua telapak tanganku di depannya.

Tanpa basa basi ia memukulkan tongkat kayu itu berkali-kali di telapak tanganku. Membuatku kesakitan, menangis merasakan perih.

"Ampun ibu, ampun!"

"Sekalian saja mati kamu! Daripada memilih untuk bermain dengan teman-temanmu." Dua pukulan lagi ia layangkan di telapak tanganku yang sudah sangat memerah dan lebam.

"Aku melahirkanmu agar kamu jadi anak berguna! Belajar! Kamu harus sukses atau lebih baik mati saja!" Teriakannya memekakan telingaku, kebas terasa diseluruh tubuhku.

Wajahnya yang samar semakin samar dengan air mataku.

"A-ampun.."

"Anak sialan!" Diakhiri dengan dia yang melemparkan tongkat kayu itu, lalu berdiri.

Namun dia tidak menghentikan tindakannya. Sekarang dia melayangkan tamparan di pipiku yang membuat telingaku tuli untuk beberapa saat.

***


Aku hanya bisa menangis memegangi pipiku sampai aku merasa sebuah tangan menempelkan benda dingin di pipiku yang lebam.

"Diam saja, biar aku obati."

"Chaeyoung?" Aku memanggil pemilik tangan itu. Wajahnya yang samar perlahan semakin jelas. Dia tersenyum, dengan wajah yang aku kenali.

"Rosie?"

Wanita itu hanya tersenyum. "Sakalipun kamu henci aku, biarkan aku obati," ucapannya membuat perasaan ketakutanku lenyap.

"Bukannya kamu yang benci aku?" aku bertanya, namun dia tidak menjawabnya dan hanya tersenyum hangat.

Aku menyadari bahwa kami memakai seragam sekolah yang tidak aku kenali. Namun perasaan tenang ini tidak membiarkan aku sempat bertanya apapun.

Aku hanya memandanginya yang menunjukkan wajah teduhnya. Sangat berbeda dengan dia yang menatapku penuh emosi kemarin, dia yang menghindariku.

Namun tiba-tiba dia menghilang dari hadapanku.

"Jung..!!" Aku mendengar suara teriakannya yang membuat jantungku terkejut karena ketika aku membalikan tubuhku, aku melihat Rosie sedang dipukuli kakinya oleh wanita yang sama yang memukulku tadi.

"Tidak! Lepaskan dia!"

"Anak sialan! Tidak boleh ada siapapun yang jadi temanmu!" Dia berteriak dengan masih memukuli kaki Rosie sampai aku melihat darah merembes di kakinya.

"Tolong aku!" Rosie menangis kesakitan.

"Hentikan! Kumohon jangan!"



oOo





"Hentikan!!!!"

Joey terbangun dengan nafas memburu dan keringat di seluruh tubuhnya. Dia menoleh sekelilingnya, ini adalah kamarnya.

Joey beranjak dan duduk di sudut tempat tidurnya, mencoba mengatur nafasnya.

"Mimpi buruk lagi.." gumamnya. Ini adalah mimpi buruk kesekian kalinya dalam beberapa tahun terakhir. Mimpi yang hampir sama yang selalu menghantuinya.

Just One Day, Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang