Terimakasih

15 1 0
                                    

Rana duduk termenung di ruang tamu,dipangkuannya semangkuk bubur  belum ia makan dan sedari tadi hanya dia aduk aduk tanpa ia makan sedikitpun.Entahlah,nafsu makannya sedang pergi kemana saat ini.

"Rana"

Seorang wanita paruh baya duduk disampingnya tetapi tak ia hiraukan.Dia masih sibuk dengan dunia diamnya.

"Kirana!"suara wanita itu semakin tegas,kesal tidak mendapat tanggapan dari anaknya.Tetapi usahanya tetap sia-sia.Rana masih diam dan tatapannya kosong.Wanita itu mulai takut dan ber-spekulasi yg tidak tidak.

"Rana,buburnya jangan dimainin kaya gitu" ucap ibunya pelan."Mau ibu suapin?" lanjut ibunya,mangkuk dipangkuan Rana pun berpindah tangan dan gadis itupun sadar ada ibunya disampingnya sekarang.

"Mau ibu suapi?'' ulang  wanita berkerudung yg sudah mengasuh,merawat,mendidik dan menyayanginya sedari ia kecil.Rana tersenyum lalu menggeleng,bukan menggeleng karena tidak mau disuapi,tetapi dia tidak nafsu makan untuk saat ini.

"Kenapa?mau sakit terus?mau seperti ini terus?"
Rana tercekat mendapat pertanyaan itu,dia hanya menggeleng kecil dan diambilnya lagi mangkuk bubur itu dari ibunya.Dia tidak pernah bisa membantah,karena sosok ibunya yg tegas.Rana tahu,itu karena ibunya sangat menyayangi dirinya.

"Kamu jangan sepelekan sakit kamu"kata ibunya,sepasang matanya menatap Rana penuh iba.

"Sakit itu jangan dimanja bu,nanti tambah sakit" kata Rana pelan,karena yg ia rasakan sekarang hanyalah bosan.Bosan dengan bubur yg setiap hari jadi menu makanannya.

"Udah gak usah banyak mengeluh,makanya cepat sembuh biar gak makan bubur tiap hari" kata Ibunya sambil mengusap lembut pipi anaknya
"Kamu habisin,jangan dibuat mainan lagi,obatnya jangan lupa diminum" lanjut ibunya lalu berdiri dan berjalan pergi.

Rana hanya menatap kepergian ibunya.Hanya bersama ibunya dia tidak banyak berulah dan banyak bicara seperti biasanya.Ibunyalah yg mampu membuatnya luluh,ketegaran dan ketegasannya membuat Rana bangga.

***
"Tumben lo gak kerja" kata Rana sembari duduk disamping Bima setelah meletakkan secangkir kopi di meja.Rana tahu,laki laki itu pecinta kopi meski sehari harinya berhadapan dengan kopi.

"Gue kan bukan robot Ran,gue juga butuh istirahat" Bima tersenyum dan membenarkan duduknya menghadap Rana."Oh ya,lo apa kabar?" lanjut Bima.

Rana mengangkat bahu "seperti yg lo lihat"

"Masih bawel ya?" ledek Bima

Spontan Rana memukul lengan Bima,meski tak sekeras biasanya."iya gue masih bawel,kenapa? Gue pengen bakso"

Bima tertawa karena berhasil meledek gadis itu,tetapi dia juga terkejut tidak percaya Rana masih sempat sempatnya memikirkan bakso.

"Kapan lo masuk sekolah lagi?" Bima mengalihkan pembicaraan.Rana mengangkat satu alis heran "kenapa?sepi ya gak ada gue"selidik Rana.Tetapi Bima tidak menjawab,dia hanya tersenyum memandang Rana yg membuat gadis itu menunggu jawaban Bima dengan perasaan bingung.Beberapa detik berlalu dan Bima belum juga bicara,dia hanya tersenyum menatap gadis itu."Iya sepi,sekolah terasa damai.Jadi lo lebih lama lagi ya izinnya" Kata Bima dengan sangat tenang dan ketenangannya ternyata mendapat pukulan keras dilengannya,lebih keras dari yg sebelumnya.

"Lo seneng gue sakit?" mata Rana melotot tajam,setajam pisau.Dengan cepat Bima menutup mata gadis itu."Serem" kata Bima sambil bergidik ngeri layaknya melihat hantu.

"Lo sakit aja masih bawel ya,,,oh ya Sam gak kesini?" tanya Bima setelah menyesap kopinya.Mendengar pertanyaan itu Rana menoleh bingung,matanya mengisyaratkan agar Bima mengulangi pertanyaannya.

Selembar CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang