Meski Berbeda

65 1 0
                                    

Lapangan Bulutangkis kini telah sepi,anak anak yg sedari tadi berkumpul sudah membubarkan diri.Setelah pertandingan antar kelas yg seharusnya diadakan tidak terlaksana karena guru pembimbing yg mendadak ada janji.

"Udah kenapa gak usah manyun tuh muka"

Rana yg merasa diajak berbicara hanya memalingkan muka.

"Jelek tauk,lebih cakepan badut ketimbang elu kalo lagi manyun gitu" Sam tak hentinya menggoda.

"Eh lu ngeselin deh lama lama,gue tuh sebel masa cuma gara gara guru pembimbing mendadak ada urusan pertandingan dibatalin" bentak Rana dengan tatapan tajam,setajam pisau dapur milik Ibu nya.

"Ihhhh serem,udah ah ayo pulang percuma juga lo disini"Sam masih berusaha membujuk.

"Gak mau" Rana kekeh dengan pendiriannya bertahan disana meskipun dia tau itu percuma.

"Sekolah mau tutup"

"Bodo"

"Lo mau nginep disini?"

"Kalo perlu iya,kenapa?"

"Baso yuk,laper nih gue nungguin lu.Mau gak tempat biasa?"

Mendengar tawaran Sam,Rana berpikir sejenak.Dia merasakan bunyi diperutnya.Dibayangkan nya semangkuk baso dengan kuah panasnya.Pasti nikmat apalagi ketika pikiran tengah penat.

"Mau gak?"Sam memberi tawaran terakhir.

''Boleh deh kalo gitu"Rana akhirnya luluh.

"Elo kalo denger kata Baso matanya langsung ijo''

"Biarin,kenapa lu gak suka punya cewek mata baso'an?" protes Rana sembari mengikuti langkah Sam menuju parkiran.

"Ih nakutin masa punya mata baso,gimana cara liatnya"

"Bukan itu maksudnya,dasar kunyuk" Rana meninju pelan bahu Sam,yg hanya mendapat senyuman dari laki laki itu.

"Udah pake helm nya,gue cuma bisa jaga keselamatan lo tapi gak bisa jaga nyawa lo" Sam memakaikan helm kekepala Rana dengan lembut.

''Nakutin kata kata lo"

"Udah gak usah bawel"

Merekapun melaju dengan Vespa yg mereka kendarai bersama.Menerjang jalanan ketempat tujuan yg sama.

Samudra alias Sam bukan seseorang yg lahir dari keluarga tak mampu.Bahkan disekolahnya tergolong anak paling berada.Bukan juga sosok cupu berkacamata,melainkan dia sosok idaman yg paling dikagumi disekolah.Dia memang sosok anak yg sederhana,meski dia punya segala yg dia punya bukan berarti harus dia pertontonkan.

**

"Bang baso kosongan dua ya,biasa"teriak Sam setibanya ditempat yg mereka tuju.Letaknya berada di tepi jalan,tidak mewah memang.
Karena bagi mereka mewah bukan jaminan yg terpenting rasa menyatu dilidah.

"Siap"jawab si penjual Baso.

Beberapa menit menunggu Baso idaman akhirnya tiba.

"Wihhh mantep nih,apalagi kalo pedes" gumam Rana

"Eittt jangan banyak banyak sambelnya" cegah Sam lebih dulu

"Tapi gak enak kalo gak pedes" Rana memasang wajah memelas.

"Pake aturan tapi,,"

''Iya iya,,,"Rana hanya bisa menuruti kemauan Sam meski terpaksa.

Sam menikmati Baso miliknya tapi berbeda dengan Rana,dia hanya mengaduk aduknya sambil sesekali melirik sambal yg tepat ada di hadapannya.Pelan pelan dia menyendoknya meski ragu.Beruntung Sam tak melihatnya,tapi tertanyata rasa pedasnya masih kurang.Untuk kedua kalinya Rana diam diam menyendok sambalnya kembali.

Selembar CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang