1. Gadis Pembawa Petaka

90 8 0
                                    

Derap langkah kaki memenuhi koridor sekolah yang bernuansa klasik itu. Sekolah megah yang tersohor karena banyaknya murid yang bermobil dan terkenal pendidikan yang lumayan baik.

Derap langkah kaki itu berasal dari kaki seorang gadis oriental berkucir kuda rupanya. Ia semakin mempercepat langkahnya dengan pasti, disela itu ia sembari melirik jam yang terlingkar dipergelangan tangan kanannya. 

Gadis itu terus berjalan melewati siswa penghuni sekolah itu satu per satu. Namun, beberapa langkah yang ia hentakkan itu melambat perlahan bahkan nyaris berhenti. Tatapan tajam yang banyak ia dapatkan dari teman-teman seangkatannya rupanya. Namun, ia mencoba menguatkan hati dan berpikir jernih agar dapat jalan kembali ke kelasnya tanpa menghiraukan  mereka.

          “Awas minggir-minggir! Jangan dekat-dekat Yume, si gadis pembawa petaka”

          “Dia yang udah ngebuat Nay koma ”

          “Nay kan sahabatnya”

          “Jahat banget ya”

          “Dia ngebuat Kak Titan putus juga ”

          “Gue kayaknya pengen mati ajah deh kalo jadi dia”

Suara-suara itu hampir saja meruntuhkan hati Yume, baru saja ia mendapat masalah baru tadi pagi, sekarang dirinya harus menguatkan hatinya dari nol lagi.

Disisi lain, siswa yang berbadan besar yang berambut cepak menghadangi teman seangkatan Yume agar mereka menjauh dari jarak Yume kini.

        
              “Pergi lo dari sini! Dasar Pembawa Sial!” sentak gadis berambut ombre cokelat dengan mata melototnya, ia melontarkan kata-kata itu tepat didepan muka Yume.

          
Datar, ya, itulah reaksi Yume kini. Hal itu tetap membuat dirinya untuk tegak berdiri tanpa membungkukkan badan sekalipun.

Perkataan kasar yang telah keluar itu membuat segerombolan anak perempuan yang sepertinya adalah teman-teman gadis berambut ombre itu menahan gadis itu untuk tidak mencari masalah pada Yume. Karena mereka tahu ini akan mencelakakan gadis ombre tersebut, jika ia mencari masalah dengan seorang Yume.
    

Tidak peduli dengan hal itu, Yume membelokkan satu langkahnya kearah kiri melewati gadis itu, ia tak mau memperpanjang masalah. Langkahnya yang melamban kini ia gantikan dengan larian kecil yang tegas.

Dan kelas yang menjadi tujuannya dari tadi terlihat juga, pintu  yang masih terbuka menunjukkan bahwa keterlambatannya kali ini masih diselamatkan oleh sang dewa waktu.
    
 
Tak perlu menunggu waktu lama, Yume mempercepat langkahnya untuk masuk kelasnya sebelum bel berbunyi. Kelas 1 M, ya...,tak sesuai dengan namanya. Kiranya ia harus melangkah sepanjang seratus meter dari gerbang sekolah untuk mencapai kelasnya itu.

Yume pun masuk ke dalam kelas. Sudah banyak teman-teman yang datang di kelasnya itu. Kelas yang semula gaduh seketika senyap. Yume langsung bergegas ke bangkunya. Di pojok kanan belakang. Namun, sebuah kaki nakal membuatnya terjerembab jatuh rupanya.

Brukk…

           “Whahahahaha!!!”

Yume jatuh tersungkur, namun gelak tawa yang malah ia dapatkan. Tawaan yang sangat familiar di kupingnya. “Brian” teriak Yume dalam hatinya, nama dari orang yang membuat ia harus menahan amarah selama tiga minggu ini.

Kemudian Yume dengan cepatnya bangkit dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah pemilik kaki yang membuatnya jatuh itu. Yume terus mengerenyitkan dahinya menunjukan tanda ia sudah kecewa dengan Brian.

The Rainbow RingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang