Mistakes

18.9K 1K 59
                                    


Sepasang bola mata beririskan permata sapphire jernih memandang aktifitas di sekelilingnya dengan pandangan tertarik. Sesekeli senyuman tersungging di bibir plum miliknya membalas sapaan dari orang-orang yang di kenalnya maupun tidak ia kenali.

Sesekali pemuda bersurai pirang ini merapatkan coatnya dan membenarkan letak syalnya, menghindari udara dingin bulan Desember yang menusuk hingga ke tulang. Terlintas pertanyaan di pikirannya mengapa masih banyak orang yang melakukan aktifitas di musim dingin.

Langkah kakinya terhenti di depan kedai yang telah buka sejak pagi buta, kedai ini memang khusus menyiapkan sarapan pagi untuk orang-orang yang tidak sempat sarapan di rumah atau terlalu malas untuk membuat sarapan.

Konohagakure. Kota metropolitan yang menjadi titik pusat negara HI. Konoha sendiri merupakan negara pertama terbanyak penduduknya diantara lima negara besar lainnya—meliputi Sunagakure, Kumogakure, Kirigakure, dan Iwagakure. Dikarenakan Konoha sendiri merupakan pusat dari perdagangan industri dari negara-negara lain, tidak heran banyak perantau yang berdatangan kemari.

"Pagi, Naruto-kun." Sapa seorang wanita bermata merah ramah dengan senyuman terpatri di bibirnya. "Seperti biasa, eh?"

Pemuda yang disapa—Naruto—menunjukkan cengirannya, sepertinya wanita yang akan menginjak kepala tiga ini sudah tahu kebiasaannya. "Hehe, tolong bungkuskan seperti biasa ya, Kurenai-san. Oh, dan tolong juga, satu porsi omusubi dengan okaka ya."

Kurenai mengangguk mencatat pesanan Naruto, "Aku ulang pesananmu, Naruto-kun. Satu Morning Breakfast seperti biasanya, dan satu porsi omusubi dengan okaka. Mohon tunggu pesanannya." Kemudian wanita cantik dengan mata rubby itu beranjak meninggalkan Naruto menuju bilik dapur.

Naruto melipat tangannya di atas meja, melihat ke sekeliling kedai yang notabene milik Kurenai dan suaminya—Asuma—dengan senyuman tipis. Melihat cukup banyaknya orang yang memilih sarapan di kedai ini walaupun seudah memasuki pertengahan Desember yang dingin—dan membuat malas—orang untuk keluar di pagi hari, bukan hanya anak sekolahan—yang sekarang tidak ada di sini karena libur musim dingin—atau pegawai kantor, bahkan ada satu spot Naruto menangkap satu keluarga memilih sarapan di sini.

Yah, bagaimana tidak. Kedai milik Asuma dan Kurenai ini terkenal akan makanannya yang memang lezat, di samping itu harganya yang memang bersahabat dengan kantong. Di kedai ini juga, tidak hanya sarapan khas Jepang yang bisa kita dapatkan. Sarapan a la restoran cepat saji yang terkenal dengan harga tinggipun ada di sini.

Naruto tersentak ketika mendengar suara benda di taruh di meja tempat ia duduk. Naruto bisa tahu bahwa itu adalah ocha—dari aromanya—panas, dan juga waffle. Segelas ocha panas dan sepiring waffle dengan saus apel. "Untuk apa ini, Kurenai-san?"

Kurenai tersenyum pada Naruto. "Belum sarapan lagi kan, Naruto-kun." Wanita cantik ini sangat mengetahui kebiasaan Naruto yang selalu melewatkan sarapan. Yah, Kurenai tahu sejak pemuda berparas ayu ini sering datang ketempatnya membelikan sarapan untuk seseorang sejak lima bulan lalu. Naruto lebih memilih mengeluarkan uangnya yang pas-pasan demi membelikan sarapan untuk orang lain, tanpa peduli akan dirinya sendiri. "Sarapan terlebih dulu. Gratis, untuk pelanggan setia kami."

"Kurenai-san—" Naruto berusaha menolak dengan halus. "Maaf, tapi aku harus mengantarkan sarapan dengan segera."

"Tidak ada penolakan, Naruto-kun." Sanggah Kurenai. "Makanlah. Kau juga harus memperhatikan dirimu. Setelah habis baru aku akan mengantarkan pesananmu tadi."

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang