Masa Lalu

7K 764 131
                                    

Naruto tidak pernah mengerti kenapa ia tinggal di tempat seperti ini.

Orang-orang menyebut tempat tinggalnya dengan nama Panti Asuhan. Menurut Bapak Kepala, ini adalah tempat di mana malaikat-malaikat berkumpul, anak-anak yang disayangi oleh Tuhan.

Nyatanya, semakin dewasa dirinya, semakin ia mengerti. Ini adalah tempat di mana orangtuaーatau entahlah siapapun ituーmembuang anak mereka.

Ia tidak mengerti, teman-teman sekolahnya memiliki ayah dan ibu, atau mungkin saudara juga hewan peliharaan di tempat yang mereka sebut rumah.

Namun ia berada di sini, dengan banyak anak yang bernasib sama dengannya, berbagi kehidupan, berbagi segalanya, hidup dengan mengandalkan uluran tangan orang lain,

Kenapa ia harus berada di sini?

Ia tidak mengenal orangtuanya, mengingat mereka saja tidak. Bapak dan Suster di sini tidak ada yang memberitahu tentang orang yang menaruhya di sini, karena mereka pun tidak mengetahuinya.

Bukan berarti ia benci tinggal di sini. Bapak Kepala yang bernama Iruka itu sangatlah baik padanya, menyayanginya. Begitupun para Suster yang sangat ramah dan hangat.

Ketika melihat saudara-saudaranya diadopsiーmereka bilang itu adalah ketika ia menemukan keluarga yang baru, dan kau hanya duduk menunggu agar ia diambil oleh keluarga baru itu sangatlah menyakitkan.

Tidak ada yang menginginkan dirinya.

Hingga dewasa, ia tetap berada di panti tempat ia dibesarkan hingga usianua dianggap cukup matang oleh Negara agar hidup sendiri.

Dengan kata lain, ia keluar dari panti tempat selama ini ia bernaung. Menghidupi dirinya sendiri, tanpa keluarga, tanpa siapapun untuk menjadi tumpuannya.

Sebenarnya apa yang ia nantikan dan ia akan jalani untuk ke depannya? Naruto bahkan tidak mengerti dengan apa yang ia jalani selama ini. Semua mengalir begitu saja seiring berjalannya waktu.

Sejak kecil ia belajar, bahwa hidup itu tidak akan seindah apa yang ia harapkan, namun setidaknya ia tahu bahwa ia berhak untuk menikmati hidupnya.

Tidak.

Ia masih mengingat kala ia menangis seusai kelulusan SMA, ia mengingatnya kala Bapak Kepala mengantarnya untuk mencari tempat tinggal baru. Adik-adik di panti asuhan kala itu menangis memeluk kakinya, menolak Naruto pergi dari tempat itu.

Ia mengingat tiap kejadian dalam hidupnya. Juga pertemuannya dengan Utakata, ia tidak dapat melupakannya.

Utakata bukanlah orang yang baik, sejak awal pertemuan mereka Naruto sudah tahu itu. Jika bisa dibilang ia bertemu dengan orang yang tidak tepat di saat yang tidak tepat pula.

Kala itu ia sedang mengambil kerja hariannya, mimpinya untuk menginjak pendidikan di universitas harus ia urungkan, setidaknya ia bisa mengumpulkan uang untuk nanti.

Utakata menawarkan pekerjaan yang menggiurkan bagi bocah bodoh sepertinya. Ia menjadi pekerja lepas di tempat hiburan malam dengan bayaran yang lebih tinggi dari pekerjaannya saat itu.

Tugasnya hanya menemani tamu yang menyewanya. Naruto pikir itu tidaklah masalah, apa yang salah dari menemani pelanggan. Toh, tidak akan ada yang terjadi padanya.

Wanita berusia di atas tiga puluh, atau pria tua yang melepas penat sepulang kerja mereka, semua pernah ia temani. Mendengar keluh kesah mereka hingga membiarkan tubuhnya disentuh.

Ia merasa geli akan dirinya sendiri.

Utakata menepati janjinya, dengan senyum penuh harga dirinya, pria itu memberikan uang yang cukup banyak untuk bocah seperti Naruto. Setidaknya itu membuat hidupnya lebih baik.

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang