Zito....

46 7 0
                                    

"Karena di dunia ini ada orang yang menyayangi diri kita dengan tulus, ada pula orang yang membenci diri kita dengan tulus."


..............

  "Lo cantik", puji Zito kepada Citra dengan senyum nya.

   Aku menatap Zito dengan bingung, sebenarnya dia mau menolong ku atau mau menjebak ku sih? kenapa dia sekarang berpihak kepada Citra setelah memberikan jas nya kepadaku.

   Aku bersiap untuk lari, takut-takut Zito malah menambahkan malu ku.

    "Iya cantik. TAPI HATI LO BUSUK"

Aku tergagap mendengar perkataan pedas itu keluar dari mulut Zito, dan aku pun merasakan tangan ku di tarik.

   Semua orang di buat melongo dengan kata pedas Zito tadi, bahkan mereka menatap ku yang di gandeng Zito.

   Aku menyesal sendiri, sudah nething kepadanya, padahal ia menyelamatkan ku dari kerebunan tikus-tikus jahat, huh!.

   Zito masih menarik tangan ku, dia mau bawa aku kemana?.

   Aku sudah tidak peduli sama Fraya dan Thalita mungkin mereka mengeram di toilet, dan aku juga tidak peduli dengan dia yang sedari tadi hanya menatap ku dengan kasihan.

  Tidak,Tidak. Aku tidak menyalah kan mereka bahkan aku menyalahkan diriku sendiri , seharusnya aku mengikuti omongan Fraya dan Thalita untuk tidak datang ke pesta ini. Tapi aku nya saja yang terlalu ambisi untuk  mengikuti pesta.

   Hari ini akan menjadi hari terpahit ku, yang akan selalu ku ingat. Pengalaman yang mengenaskan, entahlah aku akan trauma atau tidak dengan 'pesta'.

   Jas hitam nya masih bertenjer di bahu ku, dan baju pesta yang ku kenakan hanya utuh di bagian bawah, untunglah bagian bawahnya tidak disobek dan untungnya aku memakai ikat pinggang karna aku memakai daleman selutut.

 Angin dingin menerpa tubuhku. Aku tersadar dari pikiran ku saat kaki ku terhenti karna tertahan.Aku milirik kanan kiri, Ini taman.

  Zito memajukan dagunya memberi kode yang tak bisa aku mengerti.

   Aku masih menatapnya dengan bingung.

  "Duduk Shaki", Zito mendorong pelan bahuku untuk duduk.

   Aku pun duduk memandang ke depan, dan  hening menerpa kami beberapa saat, dan langsung berhambur pada pikiran masing-masing.

   "Lupain saja yang tadi", tuturnya yang membuat ku melongo. Mata ku menatapnya kesal.

   Memang nya dia kira dengan kata itu ,yang tadi terjadi padaku hari ini akan hilang begitu saja? bahkan untuk bertemu murid-murid sekolah saja aku masih bingung harus menaruh muka dimana.

  Tadi peristiwa terpahit ku , jadi ini akan membekas sampai aku dewasa nanti.

   "Shak".

Sebenarnya aku malas untuk menoleh, rasa kesalnya masih ada. Akhirnya kuputuskan untuk meliriknya

   "Kemana sepupu lo? harus nya tadi dia tolongin lo , lindungin lo.Bukan kah orang tua lo nitipin lo ke dia? itu tandanya Adit punya amanah untuk ngejaga lo, tapi kenapa tadi dia cuma ngeliatin lo doang?".

Aku diam.

Dari kata-katanya aku melihat ada semburat rasa marah ,kecewa, dan sedih.

   Dengan memberanikan diri aku membuka suara menyangkal kata-kata Zito. Ucapannya membuat ku sedikit miris.

   "Dia emang sepupu gue, tapi untuk kejadian tadi itu bukan kewajiban dia. Dia juga pasti punya hati yang harus di jaga. Lagi pula gue cuma sepupunya.", jelas ku merendam kesedihan.

IVENDER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang