Sudah berapa harikah aku tak menulis? Entahlah. Maaf ya teman-teman. Aku tau kok kalian kangen banget sama aku. Ya ginilah nasibnya orang sibuk. (edisi ngayal!!) Yasudah sekarang takterusin lagi mumpung ada waktu luang J
Pagi ini dan hari ini aku piket. Hari kamis. Hari horor. (kok bisa?) Soalnya biasanya hari Kamis identik dengan malam Jum'at (apasih??)
Riwayat piketku : > Al-Mubarok : Rabu, Senin
Ø An-Najah : Minggu, Rabu
Ø At-Thoyyibah : Kamis
(Sudahlah, nggak usah pamer, nanti yang lain pada iri!!)
Jam pertama waktunya Pak Andi (guru Geografi yang dulunya kepala sekolah MA tapi sekarang sudah tidak). Kita disuruh mempresentasikan karakteristik pulau Indonesia sesuai yang ditentukan. Kelompok kita mendapat jatah Pulau Sumatra. Seharusnya sih kita menjelaskan sisi-sisi geografisnya seperti luas daerah, perbatasan, garis khatulistiwa, ibukota, provinsi, hasil bumi, mata pencaharian, dan lain-lain. Tapi, jika Nias yang ngerjain, deskripsinya jadi kayak novel. (Ish. Ish. Ini nih akibatnya keseringan baca novel.)
Sewaktu sesi pertanyaan, si Udair yang sekarang sudah nggak beken lagi langsung mengajukan pertanyaan. Tau kan kebiasaannya si Udair? Kalo bertanya pasti seakar-akarnya. Pertanyaannya juga nggak jelas lagi. (Bagaimana cara memajukan pertambangan di daerah Sumatra???) Untung ada Nias yang senantiasa membalas pertanyaan Udair dengan jawaban-jawaban yang (kadang) masuk akal. Dengan ini, ronde pertama antara Udair dan Nias resmi dibuka... (Teng... teng... teng... ) (Suara gong).
Setelah itu kita melaksanakan Sholat Dhuha berjamaah yang diadakan rutinan setiap hari Kamis. Aku dan Nias memang berniat berangkat akhiran. Fani dan Dita sudah berangkat duluan. Nesa lagi ada sesuatu, jadi dia nggak ke masjid. Aku memutuskan untuk memakan bekalku yang tadi kubeli di pondok, yaituuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu............................. singkong goreng dan rollade. (wenakk...)
Aku dan Nias pun berangkat ke Masjid, sedang Nesa bersama Nurfi ada di kelas. Di perjalanan, aku bertanya pada Nias, "Si Udair kenapa sih? Dulu njengkelin, sekarang tambah njengkelin. Jadinya njengkelin kuadrat deh.
Nias terlihat linglung. Mungkin sedang berusaha mencerna perkataanku yang cukup njelimet.
"Oh, itu..."
Nias pun bercerita bahwa bukan hanya aku dan dia yang menyimpan perasaan jengkel kepada Udair, ternyata banyak anak lain yang memiliki perasaan yang sama kepada Udair (perasaan jengkel maksudnyaa..) Contohnya Fia, yang dulu sempet difitnah sama Udair. Juga ada Fien, Fira, serta Mawa yang notabene alim dan berbudi baik.
Ck. Ck. Ck. Keren ya Udair, ternyata banyak oknum yang sudah dibikin sakit hati sama dia.
Setelah itu, aku dan Nias pergi ke masjid untuk melaksanakan Sholat Dhuha. Setelah Sholat, waktunya wiridan. Kalian sudah tau kan kebiasaanku saat wiridan? Cuma satu kata. Tidur. Yah, tidur. Turu. Sleep. Take a nap. Nggak di pondok, nggak di sekolah, tetap saja.
Hari itu bisa dibilang hari bersejarah dimana aku dan Nias ketiduran di masjid mulai dari wiridan sampai masjid sepi sunyi.
Beri applause yang mewah!! (kok mewah, meriah kelless...)
YOU ARE READING
This Is My Life
Casualecerita ini lanjutan dari This Is My Story. Kalo sempet, tinggalin jejak yaa, entah komentar, kritik, apapun itu. Pasti bermanfaat. Semoga kalian sukaaa. Terima kasih atas kesediannya! (y)