Pagi ini Nara bangun lebih awal dari biasanya. Padahal ini akhir pekan dan Nara terbiasa untuk bangun siang. Namun hari ini sepertinya menjadi hari yang cukup spesial bagi gadis itu sebab kini ia sudah sibuk mematut diri di cermin dengan memakai kaos tanpa lengan bermotif garis yang ia padukan dengan rok putih di atas lutut.
Sungguh, Nara terlihat begitu cantik dan feminin mengenakan pakaian itu. Akan tetapi rautnya menunjukkan kalau ia sama sekali tidak puas dengan penampilannya kini. Nara merasa kalau gadis yang kini sedang balik menatapnya itu bukanlah dirinya. Ini bukan gayaku!
"Argh! Aku bisa gila!" Nara mengacak surainya frustrasi sambil menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Kemudian gadis itu berguling-guling disana sambil merengek pelan.
Astaga, gadis itu begitu gemas dengan dirinya sendiri! Ia ingin tampil cantik di depan Mingyu, tapi ia juga tidak tahu harus berpakaian dan berdandan seperti apa untuk kencannya nanti dengan pemuda itu. Ia tidak mungkin berpenampilan cuek seperti biasanya, tapi ia juga tidak nyaman dengan pakaiannya saat ini. Ia tidak nyaman berpenampilan feminin, lebih tepatnya.
Tiba-tiba pintu kamarnya berderit terbuka menampilkan sosok Sora dengan balutan celemek di tubuhnya. Setiap akhir pekan, Sora selalu menyempatkan diri untuk kembali ke kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Ia akan mengerjakan segala macam pekerjaan rumah yang tidak sempat ia lakukan selama ia bekerja. Padahal ia bisa saja menyuruh Bibi Jung-asisten rumah tangga mereka- untuk melakukannya, tapi ia tidak mau. Ia ingin melakukannya sendiri. Akhir pekan adalah waktunya untuk jadi ibu rumah tangga dan tidak ada yang boleh menentangnya.
Wanita itu hampir saja berseru untuk membangunkan anak gadisnya, tapi terkejut saat mendapati bahwa Nara sudah berpakaian rapi dan terbaring lesu di atas ranjang.
Perlahan, ia masuk ke kamar bernuansa biru muda itu lalu menjatuhkan pantatnya di samping Nara berbaring. Rautnya tampak heran sekaligus geli melihat kondisi terkini anak gadisnya itu.
Sambil tersenyum lembut Sora mengusap kepala Nara sayang. "Nara, tidak biasanya kau bangun sepagi ini? Ingin pergi, ya?"
Nara menghembuskan napas lesu kemudian mengangguk. "Aku ingin pergi dengan teman, tapi tidak tahu harus berpakaian seperti apa."
"Pakai saja pakaianmu yang seperti biasa, Sayang."
Nara bangkit dari posisi berbaringnya. Ia menatap ibunya lesu. "Aku juga maunya seperti itu, Bu. Tapi ...." Nara menggelengkan kepalanya, enggan melanjutkan deretan kalimat yang hendak ia muntahkan.
Sora menaikkan sebelah alisnya, tampak tak mengerti dengan apa yang menjadi masalah bagi anak gadisnya itu. Namun, beberapa detik setelahnya sepertinya ia mulai sadar akan sesuatu. Bibirnya menyunggingkan senyum jahil.
"Nara mau berkencan, ya?"
Seketika raut lesu Nara berubah. Gadis itu tampak gugup. Rona merah menghiasi pipi pualamnya. "E-eh, i-itu ...." Nara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sora masih setia menatap gadis itu penasaran.
Akhirnya, setelah sekian lama menimbang-nimbang Nara pun mengangguk. Gadis itu mengulas senyum malu-malu. Sora terkejut.
"Jadi benar anak gadis Ibu akan berkencan?!" Sora takjub. Ia terkekeh sambil menarik Nara ke dalam pelukannya. Setelah memeluk putrinya singkat, Sora merangkum wajah sang putri tercinta.
"Ya ampun, Ibu tidak menyangka bahwa anak gadis Ibu sudah dewasa. Akhirnya Nara yang tomboy bisa jatuh cinta juga, ya?"
"Ibu!" Nara mengerucutkan bibirnya kesal karena godaan sang ibu. Ia menjauhkan wajahnya dari Sora, merengut.
Sora kembali terkekeh melihat tingkah lahu anaknya yang sudah beranjak dewasa itu.
"Dengan siapa? Jaehyun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)
FanfictionKesalahan terbesar Kim Nara adalah mengagumi sosok Oh Sehun. Setelah tahu betapa buruk kelakuan Sehun, Nara menjadi muak dan memutuskan untuk tidak lagi memuja sosok rupawan itu. Namun, takdir seolah kejam mempermainkan kehidupan Nara. Beberapa tahu...