08

9.7K 1.3K 1.2K
                                    


Fajar telah menyingsing, menggantikan tugas rembulan menguasai langit. Udara pagi hari ini terasa lebih sejuk bila dibandingkan dengan biasanya. Hujan lebat disertai badai yang terjadi hampir semalaman menjadi penyebab utamanya.

Netra berbulu mata lentik yang terpejam itu mulai mengernyit lalu mengerjap secara perlahan. Menandai bahwa sebentar lagi netra itu akan sepenuhnya terbuka. Nara sedikit mengalami disorientasi saat hazelnya berpendar pada langit-langit kamar. Sejenak merasa kebingungan saat mendapati diri sendiri sudah terbaring di kamar dengan sprei biru kesayangan. Padahal seingatnya ia belum sempat menapaki lantai rumah—bahkan kamar.

“Kenapa aku bisa ada di sini?" gumam Nara tak mengerti sambil mengusap wajahnya. Bahkan ia juga tidak ingat dengan apa yang telah terjadi padanya semalam.

Sekali lagi, Nara memendarkan fokusnya ke sekeliling kamar. Gadis Kim itu tak dapat menahan keterkejutannya saat melihat sosok familiar baginya yang saat ini sedang terbaring lelap di ranjangnya. Lebih tepatnya, di sampingnya berbaring.

“Aaa! Oh Sehun, apa yang kaulakukan disini?!”

Nara segera bangun dari posisinya dan mendorong tubuh Sehun menjauh. Sesekali ia memukuli tubuh kekar berbalut kaos hitam itu agar bangun dari tidur lelapnya, khususnya dari ranjangnya.

“Dasar mesum! Bangun kau, Pedofil!” Nara kembali berteriak sambil memukuli tubuh Sehun lebih keras dari sebelumnya.

Kali ini, Sehun bereaksi dengan terkesiap pelan lalu mengangkat kedua tangannya sebagai tanda proteksi diri. Sehun membulatkan mata terkejut mendapati Nara memukulinya secara brutal.

“Hei, hei, Kim Nara! Tenanglah sebentar!” Dengan susah payah Sehun berusaha menenangkan Nara yang kini mulai semakin brutal memukulinya. Pemuda itu menangkap kedua tangan Nara agar berhenti memukulinya dan mau mendengarkan penjelasannya.

“Kim Nara, dengarkan aku dulu!” Sehun membentak.

Hal itu membuat Nara menghentikan aksinya seketika. Dada gadis itu naik turun dan napasnya terengah. Tatapan yang ia hujamkan pada Sehun menunjukkan betapa terlukanya ia dengan situasi yang sedang dihadapinya bersama pemuda itu sekarang.

Nara berusaha menghempaskan tangan Sehun dari pergelangan tangannya. Namun Sehun justru semakin mengeratkan cengkeramannya sambil menggeram kesal. “Bisakah kau tenang dan dengarkan dulu penjelasanku?” Sehun mangkel. Tatapan tajam yang belum pernah ia tunjukkan pada Nara kini terpancar jelas dari netranya.

Nara bergeming, tapi tatapan penuh luka dan amarah masih terlihat jelas dari hazelnya.

Sehun menghembuskan napas secara perlahan kemudian berujar, “Kita berdua tidak melakukan apa pun yang kaupikirkan, Nara. Kita hanya tidur di ranjang yang sama. Aku sama sekali tidak menyentuhmu—“

“Bohong!” Nara menukas tajam. Nada suaranya bergetar. Air mata meleleh perlahan dari hazelnya saat ia melanjutkan, “Mana mungkin laki-laki mesum sepertimu tidak melakukan apa pun kepadaku—“

“Tapi aku memang tidak melakukan apa pun! Demi Tuhan, Kim Nara aku tidak menodaimu!” Napas Sehun terdengar tak beraturan. Pemuda itu terbawa emosi dan panik rupanya. Sehun panik mendapat tuduhan dari Nara.

“Lalu kenapa kau tidur di ranjangku? Apa yang tejadi? Kenapa aku bisa ada di kamarku padahal semalam seingatku aku belum sempat sampai rumah? Bukankah seharusnya kau sedang bulan madu dengan Ibu? Kenapa kau justru ada di sini?”

Sehun memejamkan mata dan menghembuskan napas lelahnya. Pertanyaan Nara yang bertubi membuatnya pusing harus menjawab yang mana lebih dulu. Namun sebisa mungkin Sehun mencoba bersabar saat menjelaskan, “Bulan madu kami terpaksa berakhir lebih cepat karena Sora ada urusan mendadak di Tokyo. Alhasil aku harus pulang sendiri. Maaf karena kami tidak sempat memberitahumu karena itu benar-benar mendadak. Semalam saat hendak ke minimarket aku menemukanmu pingsan di jalan. Kau kehujanan dan pakaianmu basah. Aku yang membawamu pulang.”

C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang