05

9.7K 1.3K 1.2K
                                    


"Aku menyetujui ... pernikahan kalian."

Sora dan Sehun sama-sama terkejut mendengar ucapan Nara. Mereka saling melirik. Sehun bertanya pada Sora soal persetujuan Nara yang terkesan tiba-tiba. Namun, Sora menggeleng dan mengangkat bahu tanda ia tak tahu apa pun soal hal itu.

Sora kembali memusatkan fokusnya pada sang buah hati. Sambil tertawa canggung ia bertanya, "Sayang, apa yang kaubicarakan itu? K-Kau yakin dengan keputusanmu?"

Nara mengangguk pelan. Gadis itu masih saja menyembunyikan wajah cantiknya.

Sora menelan saliva dengan susah payah kemudian kembali menatap Sehun. Sehun menyunggingkan senyum miring, tanda bahwa ia puas dengan jawaban yang diberikan oleh Nara. Berbeda dengan Sehun yang tengah bersukacita, Sora justru merasa tak nyaman. Entah kenapa jawaban Nara membuatnya tak enak hati. Harusnya ia merasa bahagia, tapi pada kenyataannya ia merasa ada sesuatu mengganjal di hatinya.

"Ayo, kita bicarakan di luar!" Sora menggiring Nara keluar dari kamar Sehun untuk bicara berdua.

Hal itu mengundang kerutan tajam di dahi Sehun. Akan tetapi Sehun tak berkata apa-apa melihat Sora dan Nara keluar dari ruangan itu. Oh, ia sedang tak ingin memusingkannya karena saat ini ia sedang berbahagia.

Sementara itu, Sora dan Nara kini sedang duduk di sofa luar kamar yang ditempati oleh Sehun. "Jadi, kau ... sudah benar-benar yakin dengan hal itu? Kau setuju jika Ibu ... menikah dengan Sehun?" Sora memastikan.

Nara menarik napas cukup panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan. Anggukan kepala ia berikan sebagai jawaban atas pertanyaan Sora.

Sora terkesiap. Wanita itu menatap Nara tak percaya. Setengah hatinya merasa bahagia karena akan segera menikah dengan Sehun, tapi setengah hatinya yang lain merasa berat melihat sang putri tercinta masih tampak terluka akan hal itu.

"Sayang ...." Sora menarik tubuh putri tercinta ke dalam pelukan hangatnya. Nara masih bertahan dengan keterdiamannya. Bahkan gadis itu juga tak membalas pelukan Sora.

"Sayang, jangan paksakan dirimu! Kalau kau tidak ikhlas Ibu menikah lagi tidak apa-apa, Sayang. Jangankan menikah, kalau kau juga tidak nyaman melihat Ibu menjalin hubungan dengannya maka Ibu akan mengakhirinya demi kebahagiaanmu."

Nara menggeleng dan menarik diri. "Aku ikhlas, Bu." Gadis itu menatap ibunya lekat. Tangannya terulur untuk menggenggam tangan kurus Sora sambil mengulas senyum terbaiknya. "Sehun adalah kebahagiaan Ibu. Aku hanya tidak ingin menghalangi kebahagiaan Ibu dengan tidak merestui pernikahan kalian—"

"Tapi kebahagiaanmu jauh lebih penting bagi Ibu, Sayang. Kalau pernikahan Ibu membuatmu tidak bahagia, untuk apa Ibu lanjutkan?"

Nara terdiam cukup lama. Gadis itu menatap Sora lalu menggeleng pelan. Ia tersenyum menenangkan. "Kebahagiaan Ibu juga merupakan kebahagiaan bagiku. Selama ini Ibu sudah merelakan semuanya untuk membahagiakanku. Kini giliran Ibu yang meraih kebahagiaan Ibu sendiri. Tidak apa-apa. Menikahlah dengan Sehun jika Ibu memang menginginkannya."

"Nara ...."

Sora menatap Nara dengan penuh rasa haru. Bulir air mata perlahan mulai mengumpul di pelupuk matanya. Sungguh, ia tak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Diusapnya pelan kepala sang putri tercinta. Seiring dengan meluncurnya kristal bening dari netra, Sora pun memeluk erat tubuh putri kesayangannya. Kali ini pelukannya dibalas oleh Nara dengan sama eratnya.

"Terima kasih, Sayang," lirih Sora seraya mengecup dahi Nara sayang. Nara mengangguk dalam dekapannya.

Tanpa Sora tahu, sebenarnya Nara sedang sibuk menata hatinya yang terasa sesak. Ya, ia memang telah mengatakan apa yang ia rasakan dalam hatinya kepada sang ibu. Namun, tidak sepenuhnya. Ia masih tidak rela jika posisi sang ayah digantikan oleh Sehun. Tetapi ia sudah bertekad bahwa status Sehun baginya nanti hanyalah sebagai suami kedua ibunya, bukan ayah tirinya. Apa pun sebutan Sehun nanti di mata orang lain, Nara tidak akan pernah mau memberikan embel-embel 'ayah' pada nama pemuda itu.

C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang