06

9.7K 1.3K 1.4K
                                    


Hari terus berganti hingga berhenti di hari Senin. Tak terasa akhir pekan telah berakhir. Mengharuskan orang-orang untuk terbangun di pagi hari dan bersiap untuk kembali menjalani rutinitas sehari-hari.

Pada hari yang cerah ini Nara bangun tidur dengan senyum lebar yang menghiasi bibir cerinya. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang cukup menyenangkan bagi gadis itu sebab Sehun dan Sora akan berangkat ke Jeju untuk berbulan madu setelah sempat menundanya selama seminggu karena kesibukan Sora di kantor. Itu artinya tak ada lagi sikap jahil dan berbagai macam godaan yang akan Nara dapatkan dari Sehun.

Selama seminggu ini—terhitung sejak Sehun resmi menikahi Sora— Nara harus selalu bersabar menghadapi segala tingkah laku ajaib suami ibunya. Sehun selalu saja menganggunya, baik secara lisan maupun berupa tindakan. Bahkan di depan Sora sekalipun, Sehun masih mampu melancarkan segala macam aksi jahilnya. Alasannya agar mereka dekat—sebagai ayah dan anak, tentunya— begitu ungkapnya pada Sora.

Cih! Dekat? Nara benar-benar tidak sudi dekat dengan pemuda setan itu. Yeah, Nara tahu sebenarnya bukan itu tujuan Sehun. Nara juga tidak terlalu mengerti alasan di balik kejahilan pemuda itu pada dirinya, tapi yang pasti bukan untuk mendekatkan mereka. Sungguh mengesalkan!

“Akhirnya aku bebas juga dari Sehun,” gumam Nara ceria sambil merapikan seragam sekolahnya di depan cermin. Gadis itu menguncir rambut panjangnya dengan gaya ponytail kemudian segera beranjak dari kamar menuju ruang makan.

Saat Nara sampai di ruang makan, rupanya Sehun dan Sora sudah lebih dulu berada di sana. Mereka sedang asyik bercanda tawa dengan begitu mesra. Jika dilihat dari pakaian mereka, sepertinya Sehun dan Sora belum bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Tidak, mereka bukannya masih memakai piyama. Sehun dan Sora sudah memakai pakaian kasual sekarang. Namun, bukan pakaian kasual untuk bepergian. Hanya pakaian kasual rumahan.

“Selamat pagi!” sapa Nara pelan seraya duduk di kursi kebesarannya. Sebisa mungkin gadis itu menghindari pandangannya dari Sora dan Sehun, enggan melihat kemesraan yang sedang ditampilkan di seberang meja.

“Selamat pagi, Sayang!” balas Sora lembut.

“Selamat pagi!” Giliran Sehun yang membalas sapaan Nara. Sejatinya ia yakin bahwa sapaan itu bukan untuknya, melainkan untuk Sora semata. Akan tetapi ia berusaha tak acuh dengan sikap tak bersahabat yang Nara tunjukkan pada dirinya. Alih-alih tersinggung, kilat mata jahil kini justru terpancar dari netranya saat menatap gadis itu.

Setelah Nara datang, kemesraan Sehun dan Sora menjadi tak seintens sebelumnya. Mereka sarapan dengan lebih tenang, berusaha menghormati Nara yang kini sudah mulai menyantap roti berselai cokelat kesukaannya. Nara menyadari perubahan perilaku mereka dan ia hanya bisa menahan diri untuk tidak mendengus saat ini. Namun dalam hati Nara tak henti-hentinya mendumal. Kenapa berhenti? Bermesraanlah sesuka kalian di hadapanku!

“Kenapa kalian belum berangkat?” tanya Nara sambil berusaha menjaga intonasi suaranya agar tidak terdengar jika ia sedang kesal saat ini. Gadis itu sibuk mengunyah rotinya.

Sora terkesiap. “Kami mengambil penerbangan siang, Sayang.” Sora tersenyum lebar. Binar bahagia terpancar jelas dari wajah cantiknya, membuat Nara senang sekaligus sesak.

Nara menggumamkan ‘oh’ pelan kemudian kembali sibuk dengan rotinya. Tatapan gadis itu masih enggan terpaku lama-lama pada pasangan suami istri di seberang ia duduk walaupun ia baru saja bicara dengan salah satu dari mereka. Sungguh, ia merasa risih dan kesal jika melihat Sehun dan Sora bersama. Alasannya lagi-lagi karena ia masih merasa tak rela dengan status baru yang sekarang disandang oleh Sehun.

Padahal sudah seminggu berjalan, tapi Nara masih saja belum bisa menerima semua yang telah terjadi. Gadis itu masih belum rela sepenuhnya jika Sora dan Sehun bersama. Argh!

C R U E L [EXO] (Publish Juga Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang