Bryn menutupi mukanya dengan tudung jubah panjang miliknya.
"Aku akan masuk ke dalam.." kata Brayn, lalu melangkahkan kaki nya ke arah gerbang besar tersebut.
Brayn semakin dekat dengan gerbang itu. Dan sekarang muka Brayn pun hampir bersentuhan dengan pintu tua itu. Dan seketika mata Brayn terbelalak dan jantungnya berdetak kuat.
"Apa—Apa—yang—tee—terjadi?!" Tanya Brayn bingung bercampur dengan rasa cemas.
Ia memutar balikkan badannya kembali ke arah teman-temannya, lalu ia menatap teman-temannya dengan panik.Teman-teman nya itu hanya diam membeku. Mereka pun tak tahu apa yang telah terjadi pada gerbang itu.
"BUKAAA!!!!" Teriak Brayn memukul pintu gerbang itu sekuat tenaganya.
"Aaghhh!!! Bukaa pintunya!!!"
Ia berniat mendobrak pintu nya, namun sayang pintu itu terlalu besar untuk ia robohkan.Tak lama kemudian, udara di tempat itu semakin mendingin. Terlihat sosok berjubah gelap mendatangi mereka, dengan membawa buku di tangan kirinya.
"Quenyra..?!" Gumam casya kecil
"Apa yang sedang kalian lakukan di sini?" Tanya Quenyra dingin
"Eemm–kii–kitaa.." kata Brandon gugup, ia sesekali melirik Brayn yang sedang tertunduk, dengan posisi kepalanya bersentuhan dengan pintu gerbang tua itu.
"Bray—"
"Kenapa pintu gerbang ini tidak bisa terbuka!!!!" Teriak Brayn kuat
Seketika kata Quenyra tadi terhenti. Teman nya yang lain pun terhentak terkejut saat Brayn melontarkan kata dengan nada yang sangat tinggi kepada pemimpinnya.
Quenyra membuka tudung kepalanya, menatap tajam Brayn yang sepertinya sedang marah.
"Tidak sembarang orang bisa masuk!" kata Quenyra"Kenapa!? Apakah kita tadi masuk bersama mu? Kenapa sekarang pintu itu tidak membiarkan aku masuk lagi kedalamnya?!" Tanya Brayn heran, mukanya mulai membiru karena sedih.
"Pintu itu hanya terbuka 4 kali dalam satu hari" jawab Quenyra
"Tapi Ratu, pintu ini baru menerima tamu 2 kali tadi? Yang pertama saat Ratu dan pemimpin lain masuk, Dan kedua saat ratu mengajak kami melihat kondisi di dalam sana? " Tanya Marv kepada Quenyra
"Aku kembali memasuki gerbang itu saat kalian pergi menemui Meisya tadi sore" ujar Quenyra menatap Marv
Brayn sangat merasa sangat sedih saat ia mendengar kata-kata yang terucap dari Quenyra tersebut.
Quenyra mendekati Brayn dengan menatapnya tajam.
"Apakah ada yang memasuki gerbang tanpa sepengetahuan ku?!" Tanya Quenyra melirik Brayn dengan tajam.Brayn hanya diam, ia seolah-olah tidak mendengar Quenyra. Brayn hanya tertunduk diam dengan muka yang sangat sedih, lalu ia melangkah pergi menjauh.
"Brayn..." Bisik Casya memanggil brayn.
"Siapa pun yang menyuruh seseorang masuk ke dalam sana, Ia akan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada orang tersebut. Dan aku membawa kalian tadi ke dalam, karena aku.. aku bertanggung jawab atas keselamatan kalian semua!!" Ujar Quenyra senyum miring.
Langkah Brayn terhenti, ia berusaha menahan air matanya, Ia sangat merasa bersalah kepada Meisya. Brayn dan Meisya itu sangat dekat sekali, mereka sudah seperti saudara di dunia gaib ini. Brayn selalu ada untuk Meisya, pun sebaliknya.
"Ratu.. mengapa kita begitu susah untuk masuk kedalam gerbang tua itu?" Tanya Brandon bingung
Quenyra menghela nafasnya dan kembali menutup tudung kepalanya.
"Ikut aku" ucapnya singkat.
Ia pergi meninggalkan tempat yang penuh misteri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rencana Petaka
ParanormalAku adalah seorang gadis kecil berusia 14 tahun. Tapi jangan pernah kau meremehkan ku! Karena akulah... ~ akulah yang akan merencanakan nasib buruk yang akan terjadi pada diri mu besok, lusa, atau juga sekarang ~ Ps: cerita ini agak ga jelas, soaln...