BAB 1.

816 11 0
                                    

Bunyi bel menandakan bahwa seluruh siswa sudah harus memasuki kelas sekarang. Guru-guru sudah mulai berjalan menuju ke kelas masing-masing. Kantin yang tadinya ramai dan sesak sekarang mulai kosong dan dingin.

"Sial!" pekik Ulfa masih sibuk dengan tas sekolahnya.

"Kenapa?" Nindy yang duduk di sebelahnya menoleh karena terkejut.

"Oh My God!" Masih dengan suara cempreng khas Ulfa disambut dengan wajah kesal Nindy.

"Ada apa sih sampai teriak gitu?" Nindy menghadapkan tubuhnya ke arah Ulfa.

"Palingan buku PR dia ketinggalan, Nin." Sekilas Nindy menoleh ke arah Dara yang duduk di belakang Ulfa dan kembali menolehkan wajah terkejutnya ke arah Ulfa. "Serius kamu?"

Ulfa mengacak rambutnya kesal sambil berteriak tanpa suara karena ia takut menganggu temannya yang lain.

"Aku lupa naro bukunya dimana. Seingat aku udah dimasuyun tadi pagi." Ulfa memegang kepalanya sambil berpikir keras.

"Perasaan tadi aku udah masuyun ke dalam tas, sumpah."

"Jangan main perasaan, nggak baik."

Sahut Dara santai dibalas dengan kekehan Nindy, membuat Ulfa mendengus. Tiba-tiba saja Ulfa bangkit dari tempat duduknya dan menghasilkan suara decitan bangku dengan lantai yang sangat keras.

"Jangan bilang bukuku diambil Yuna, lagi." seru Ulfa menggebu.

"Tadi dia bilang mau nyontek PR tapi aku nggak ngasih,"

Seakan sadar sesuatu, Nindy menjentikkan jarinya. "Oh iya tadi pas istirahat Yuna bilang mau minjem buku kamu, Fah. Tapi aku nggak nanyain dia mau minjem buku apa."

Ulfa menoleh secepat kilat ke arah Nindy dengan mata yang hampir memercikkan api, membuat Nindy agak takut.

"Kenapa kamu nggak bilang?" sahut Ulfa lemas sembari duduk di tempat duduknya.

"Duh, gimana aku mau ngambil bukunya kalo misalnya guru mereka udah masuk?" Tubuh Ulfa melemas.

Dia memang tipe orang yang sangat takut akan perhatian banyak dari orang sekitar, tapi kenapa dia selalu menempatkan dirinya menjadi orang yang selalu diperhatikan karena kecerobohannya?

"Tenang, Brother. Ada aku, sang superhero kamu." Dara bangkit dari tempat duduknya, menyentuh bahu Ulfa dan mengarahkan kepalanya ke atas dengan memasang wajah bangga seakan-akan dia adalah seorang pahlawan. Ulfa menatap jijik ke arahnya.

"Brother matamu! Superhero apaan kamu?" Ulfa menyentakkan tangan Dara kesal. Dara memang sangat suka mengusili Ulfa, mungkin karena Ulfa orangnya sangat ceroboh dan sangat gampang dipermainkan.

"Yaelah, kamu mau aku bantuin apa nggak nih? Biar aku ambilin buku kamu di Yuna."

Ulfa menoleh dengan semangat sambil memegang kedua tangan Dara penuh harapan, raut wajah yang sedari tadi merengut berubah menjadi wajah memelas layaknya seekor anjing yang meminta makanan pada majikannya.

"Bantu aku, plis?" ucap Ulfa. Matanya mengedip dengan imut yang dibuat-buat disambut dengan jitakan di kepala dari Nindy.

"Tenang, anakku. Pahlawanmu ini selalu ada untukmu. Izinkan aku pergi untuk melaksanakan tugasku sebagai pahlawanmu." Dara beranjak dari tempatnya dan berjalan keluar kelas bak Arjuno. Nindy dan Ulfa mengiringi kepergian Dara dengan tatapan jijik.

"Tuh anak kenapa, dah?" tanya Ulfa masih dengan ekspresi jijik. Nindy hanya mengangkat bahu.

Seperti itulah hiburan-hiburan yang didapatkan Nindy dari sahabat-sahabatnya disaat jadwal yang sangat padat ini. Mereka sudah bersahabat sejak SD, mungkin sudah sekitar 5 tahun lamanya. SMA memang memiliki pelajaran yang sangat banyak, ditambah dengan jadwal kelas sore dan kegiatan akademik dan non-akademik lainnya seperti ekstrakulikuler.

Mr. RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang