BAB 4.

382 7 3
                                    

Beberapa hari ini memang selalu menghadirkan kejutan untuk Nindy. Pasalnya, dua hari yang lalu sebuah pesan yang masuk membuat hati Nindy bergejolak dan bimbang. Memang, bukan pertama kalinya gadis itu mendapat pertanyaan semacam itu, tetapi yang membuat hatinya lebih bergejolak lagi adalah pesan yang masuk hari ini.

Sa, kamu udah makan belum?

Isi pesan yang sama yang Nindy terima setiap hari, tapi dengan nama yang berbeda. Sa? Dia siapa? Kalau pesan ini memang ditujukan untuk seseorang yang Fatur panggil dengan 'Sa', lantas mengapa ia mengirim pesan ke Nindy?

Tanda tanya yang cukup banyak sibuk berputar di kepala Nindy sekarang.

"Ini maksudnya apa coba?" tanya Ulfa bingung sesaat setelah membaca pesan yang ditunjukkan Nindy. Nindy mengangkat bahu.

"Kalo aku tahu maksudnya, ngapain aku nanya kamu." balas Nindy malas.

Ia menutup aplikasi LINE dan membuka permainan Cookie Run di ponselnya. Ulfa berpikir keras lalu teringat akan sesuatu.

"Wah... Jangan-jangan si Fatur udah nggak bener lagi, nih?" Nindy melirik sekilas ke arah Ulfa lalu kembali fokus pada permainannya.

"Nggak bener gimana?"

"Ya masa dia nembak kamu, tapi dia malah pdkt juga sama cewe lain."

"Emang yang namanya 'Sa' itu udah pasti cewe?"

"Yaiyalah. Masa Fatur nanya 'udah makan belum' ke cowo sih. Itu nggak normal namanya." gerutu Ulfa.

Nindy menekan tombol pause kemudian bangkit dari sandaran kursinya.

"Emangnya siapa?" tanyanya sambil menoleh ke arah Ulfa.

"Aku yakin dia itu Risa, kelas 10-4." Nindy mengerutkan dahinya.

"Kenapa dia?" tanya Nindy. Ulfa memutar bola matanya.

"Ahh... Kamu tuh emang apatis banget, ya, sama sekitar." Nindy mengangkat bahunya tanda tak peduli. Ulfa menghela nafas.

"Aku pernah denger dari Dara kalo si Fatur itu deket sama Risa. Jadi kemungkinan besar panggilan 'Sa' yang si Fatur kirim ke kamu itu ya Risa."

"Terus? Kenapa Fatur ngirim pesan itu ke aku?" tanya Nindy. Ulfa berpikir sejenak.

"Ya pasti pengen bikin kamu cemburu, lah." jawab Ulfa yang sudah sangat geregetan karena menghadapi bocah polos seperti Nindy.

"Lah, ngapain coba? Kurang kerjaan banget."

"Ya kamu, sih, pake ngegantungin segala. Fatur tuh nanya ke kamu dan cuma butuh jawaban Yes or No, eh kamu malah ngejawab 'nggak tau'," Ulfa menirukan cara Nindy mengucapkan 'nggak tau' dengan nada mengejek. Nindy melempar tatapan kesal ke arah Ulfa.

"Aku kan bingung, Fa. Kalo aku jawab Yes, aku nggak ada perasaan apa-apa sama dia. Tapi kalo aku jawab No, ntar dia ngejauhin aku. Aku kan masih pengen berteman." kata Nindy beralasan.

Ulfa menepuk jidatnya keras kemudian mengelus-elusnya karena kesakitan akibat kelakuannya sendiri.

"Kalo kamu nggak suka sama dia ya langsung bilang No aja, sih. Nggak usah mikir yang ribet-ribet, lah!"

Ulfa jelas kesal, terhadap sikap Fatur yang playboy dan sifat Nindy yang lugu. Ulfa berpikiran kalau Fatur memang bisa dikatakan playboy. Mengapa ia harus menembak Nindy sedangkan dia juga sedang proses pendekatan dengan Risa?

Sejak SD, Nindy memang termasuk gadis yang banyak digemari oleh anak laki-laki. Bukan karena tampangnya yang enak dilihat ataupun fisiknya yang kurus tinggi, tetapi karena sifatnya yang polos dan easy going membuat teman lelakinya banyak yang mengaguminya.

Mr. RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang