Chapter 3 (REVISI)

137 46 37
                                    


Weekend yang cerah!

Mungkin hari ini gue akan menghabiskan waktu dengan berjogging, bermain game di ponsel, dan mengurung diri di dalam kamar. Sekarang gue sudah bersiap-siap dengan balutan sweeter berwarna abu-abu, celana training yang agak ketat serta sneakers Nike hitam putih kesayang gue ini dan tak lupa juga handuk kecil berwarna putih bertengger manis di pundak sebelah kanan gue, simple tapi mampu membuat para kaum hawa terpesona! jangan dibantah karena itu faktanya. Se-amburadul apapun penampilan gue para kaum hawa di sekolah gue langsung keleper-keleper di tempat saat gue melewati mereka, bahkan gue pernah ngedapetin seorang Siswi yang sepertinya adik kelas gue itu pas gue tolong dianya malah ngelihatin gue sampai illeran! Saat itu juga gue langsung pengen meledakan tawa tapi sebagai Siswa yang di cap tidak pernah sama sekali yang namanya ketawa atau memasang ekspresi yang menyenangkan gue lebih milih pergi ninggalin tuh adik kelas yang amat sangat gue yakini dia terus menatap kepergian gue dengan iller-nya itu.

Lupakan masalah penampilan gue dan adik kelas yang ileran itu! Intinya hari ini gue benar-benar pengin menyegarkan otak, otak gue terlalu penuh dengan ocehan Bokap saat gue ketahuan pulang malam, hari ini pokoknya otak gue harus dicuci, berharap sih semoga nggak ingat apa-apa lagi.

"Eh Aden udah rapi aja, mau kemana Den pagi-pagi begini?" Bi Surti langsung menghampiri gue yang tengah membuka kulkas untuk mencari minuman, entah kenapa akhir-akhir ini gue sering kali merasa kehausan padahal sama sekali tidak belum melakukan kegitan apapun, apakah ini efek samping gara-gara gue sering adu argumen setiap paginya? Aggh entahlah.

"Mau jogging Bi, mereka kemana?" Jawab gue sekaligus bertanya sembari membuka sebotol susu, ya gue bingung aja kenapa sepagi ini meja makan masih terlihat kosong biasanya keluarga sempurna itu sudah berkumpul di meja makan untuk melakukan ritual sarapan paginya.

"Tuan sama Nyonya subuh tadi sudah berangkat ke itu, apa ya namanya Bibi nggak tahu Den, yang Bibi inget kata Nyonya mau ke Nuyok gitu, Bibi mana tau atuh dimana itu Nuyok." Si Bibi berpikir keras.

"Maksud Bibi, New York?" Bi Surti mah emang gitu telinganya rada-rada konslet gimana gitu, tapi kenapa mereka pergi kesana? Apa urusan bisnis lagi? benar-benar orangtua yang gila kerja.

"Ha iya Den itu, maklum Bibi susah nyebutinnya." Gue hanya tersenyum mendengarnya. Lalu terlintas satu pikiran dibenak gue, apa si bocah tengik itu ditinggal di rumah? Kalau ia, pasti akan menghambat ketenteram gue di rumah ini, kalau mereka semua pergikan gue jadi bebas mau ngelakuin apapun di rumah terkutuk ini, setidaknya gue bisa bernapas lega karena Bokap-Nyokap pergi keluar negeri.

"Satria, mana Bi? Dia nggak ikut?" Tanya gue lagi lalu duduk di salah satu kursi tempat biasa Bi Surti memasak, Bi Surti kembali melakukan aktivitas mencuci piringnya.

"Den Satria kayanya masih tidur, Den." Hem dasar si bocah tengik kebo, bukannya olahraga supaya sehat malah ngebo dihari minggu ini. aggh bodoh banget gue mikirin kesehatan si bocah tengik itu, sepertinya gue melupakan sesuatu? Ahh ya gue kan mau jogging kenapa malah leyeh-leyeh duduk di dapur.

"Bi, saya jogging dulu ya."

Setelah pamit dengan Bi Surti gue langsung beranjak dari dapur menuju pintu keluar rumah ini, saat sudah di luar rumah gue berhenti sesaat di ambang pintu melihat kiri dan juga kanan ternyata masih tampak sepi, gue tarik napas panjang-panjang lalu menghembuskannya secara kasar, udara dipagi hari ini sungguh menyegarkan.

Seujauh kaki ini berlari dari rumah sampai ke taman kota yang tampak ramai ini, wajar saja ramai inikan hari libur. Dan lihatlah para gadis-gadis yang seusia dengan gue, ketika melihat gue mereka langsung menyapa, tersenyum, bahkan ada yang sengaja menabarak gue biar bisa mengobrol dengan gue dengan mengatakan kata 'maaf', benar-benar para gadis yang dapat merusak generasi bangsa. Bagaimana tidak? Baru juga lihat tampang ganteng kaya gue udah ada yang sampai nabrak pohon karena kepalanya terus menoleh kebelakang menoleh ke arah gue dan alhasil ya pohon jadi sasaran empuknya, benar-benar pemandangan yang menakjubkan.

Dear BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang