Chapter 5 (REVISI)

106 18 0
                                    


Datang memberikan kebahagiaan lalu pergi meninggalkan sejuta luka dan sekarang datang kambali, apa dia mau memberikan luka yang sama seperti dahulu?

Gue seperti orang bego ketika mendapati ternyata gadis baru di kelas gue ini adalah dia, gadis yang bernama lengkap 'Agatha Maharani Rahardjo' yang notabene-nya sebagai mantan kekasih gue, mungkin kalau dia tidak pernah membuat luka yang cukup dalam di hati gue, gue bakal senang karena dia satu sekolah sama gue.

Tidak dengan sekarang, gue merasa de javu karena kejadian gue melihatnya itu sama seperti kejadian awal pertama gue dan Agatha bertemu saat duduk di bangku kelas sembilan SMP dulu, kejadiannya sama sepersis seperti tadi. Dalam posisi tidur dan dia ada disamping gue. Itulah juga awal pertemuan gue dan dia hingga kami berlanjut menjadi teman saling mengenal satu sama lain hingga kami merasa nyaman dan kemudian kami merubah status pertemanan tersebut menjadi sepasang kekasih setelah kami lulus SMP.

Setelah kejadian bertemu lagi dengan gadis itu di dalam kelas gue, tanpa basa basi busuk gue langsung keluar kelas meninggalkan dia, gue nggak mau khilaf marah-marah sama dia karena setiap melihat wajahnya membuat gue teringat lagi akan segala luka yang pernah dia torehkan di hati gue ini.

Prang...

Gue menepuk jidat sendiri, benar-benar kacau dan sangat kacau karena terus-terusan memikirkan Agatha bola yang gue tendang tadi terlalu kencang hingga membuat kaca ruang BK pecah, sontak semua murid yang berlalu lalang kompak menoleh ke arah gue yang tampak kicep di tempat.

Sebentar lagi pasti ada yang meneriaki nama gue dengan volume suara sebesar delapan oktaf, tuh guru BK kalau udah marah gue aja nggak bisa apa-apa.

"AZKA!" Tuh kan, si botak udah meneriaki nama gue dari ruang BK.

Heran kenapa si botak tau gue yang nendang tuh bola? Ya tempo hari sih pas gue lagi kesal sama Bokap-Nyokap gue selalu ngelampiasinnya ke bola dan tepat juga mengenai jendela kaca ruang BK. Dan gue rasa kaca yang barusan gue pecahin itu adalah kaca yang baru diganti beberapa hari yang lalu, dan si botak hapal banget siapa yang sering mecahin kaca ruang BK.

Murid-murid yang berlalu lalang pada banyak yang menahan tawanya melihat gue diteriaki si botak. Sekarang gue sudah bersiap-siap mengambil ancang-ancang ingin berlari dari sini kalau tidak segera pergi pasti akan dapat bencana besar, gue lirik sekilas ke arah ruang BK itu mumpung belum ada tanda-tanda si botak keluar dari sarangnya, gue memutuskan untuk segera melesat menuju ke arah kelas.

Gue langsung mendudukan diri di kursi gue, dan beruntung gadis itu tidak ada di kelas ini, suasana kelas masih sepi tidak ada orang sama sekali kecuali gue sendirian, namun detik berikutnya gue menyesali karena gue telah masuk ke kelas ini, gadis itu dengan anggunnya berjalan memasuki kelas dan duduk kembali di samping gue dan... tersenyum.

"Sebegitu menjijikkannya ya gue dimata lo, Raz? sampe-sampe lo lari liat gue yang tiba-tiba ada di samping lo?"

Raz? Kenapa dia kembali menggunakan panggilan itu untuk gue, gue benar-benar muak, gadis ini seperti tidak pernah berbuat kesalahan apapun kepada gue. kenapa dari sekian banyak sekolah, sekolah ini yang dipilihnya?

"Gue seneng banget, ternyata kita satu kelas." Ujarnya dengan mata yang berbinar, gue mengalihkan pandangan dari gadis itu. sungguh benar-benar memuakan ia berlagak seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

"Apalagi, ternyata gue satu bangku sama lo, gue berasa de javu pas pertama kali kita ketemu waktu SMP dulu... Persis sama banget."

Iya persis banget, sangking persisnya gue pengen nampol muka lo sekarang. Lanjut gue dalam hati.

Dear BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang