A/N :
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan hasil dari imajinasi fangirl dg bumbu unsur dramatis di sana sini..
.
.
Happy reading~ ^^
.
.
.
.
.
Seokjin tidak kunjung menemukan alasannya mengapa Taehyung memilih menyerah dan mengapa Taehyung lari dari semuanya. Yang diketahuinya, ada sekian banyak alasan, sedangkan dia hanya perlu memberikan satu saja alasan untuk membuat Taehyung bertahan.
Dunia memang menjauh dan mengambil jarak semenjak Taehyung menciptakan batasan di balik kelopak matanya.
Semua kebahagiaan Taehyung sirna, direnggut oleh bayangannya sendiri. Jika cinta saja fana, apalagi Taehyung. Dia merasa tidak berguna. Dia gagal menemukan cinta, dan sebaliknya malah mendapati kegelapan. Begitu kelam sampai-sampai saat dia membuka kelopak mata, kegelapan masih menyertainya.
Seokjin tidak tahu itu.
Terkadang Seokjin berpikir, seharusnya dia menyadarinya lebih awal. Sebab, raut wajah Taehyung aneh sekali sore itu. Kala ketika Taehyung berdiri di depan loker dengan catatan-catatan kecil di tangannya, hati Taehyung sebetulnya telah melebur menjadi serpihan-serpihan yang lebih kecil.
Seandainya saja Seokjin langsung tahu saat itu. Seandainya Seokjin menghampiri Taehyung, mungkin Taehyung tidak harus sampai seputus asa ini hingga menginginkan hidupnya berakhir.
Taehyung memang tidak seharusnya mengalami ini semua, dan Seokjin menyesal pemuda tersebut harus merasakan ini semua.
Akan tetapi Seokjin percaya akan kesalahannya. Semua kerusakan memiliki sebab akibat dan reaksi beruntun lainnya. Menurutnya hal-hal yang hancur ada sebagai pengingat, untuk memberinya kekuatan dan mengajarkan supaya tidak membuat kesalahan yang sama di lain hari. Dia sungguh berharap semoga Taehyung juga memahaminya.
Seusai percobaan bunuh dirinya digagalkan Seokjin, Taehyung pulang dan cuma tidur karena kelelahan.
Di siang hari Seokjin memandang Taehyung yang duduk diam di depan jendela kamarnya, dan memutuskan bahwa—kali ini—dia tidak akan lagi bergeming. Dia memutuskan untuk mengambil langkah dan menghampiri Taehyung.
“Taehyung.”
Seokjin bersimpuh di depan Taehyung dan meletakkan kedua tangannya di atas lutut pemuda tersebut. Tatapannya sendu, menatap iris lain yang jauh lebih sendu lagi.
Namun Seokjin mencoba tersenyum. “Bagaimana perasaanmu?” Dia berusaha tak terlihat sedih sekalipun wajahnya sudah kentara pedih.
Seokjin sungguh berharap dirinya bisa memberikan kehangatan pada Taehyung, sekecil apapun itu, tapi Taehyung membisu.
Dan Seokjin tidak mempersalahkannya. Tentu Taehyung berhak merasa seperti sekarang. Sulit untuk percaya pada hidup saat harapan sudah terlepas dari sela-sela rengkuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Already | BTS JinV - NamV - MinV [COMPLETE]
FanfictionTaehyung terlalu dingin. Seluruh hatinya beku hingga perasaannya mati. Dia tidak pernah menyadari apa arti dirinya bagi dunia dan apa tujuannya lahir di dunia ini. Di saat-saat terakhir, dia tersadar bahwa dirinya tersesat. Tapi sebelum semua bera...