Sudah dua hari Jungkook tersadar dari tidur panjangnya. Ia sekarang tengah makan ditemani oleh Hoseok. Sedari tadi kakaknya itu terus bercerita tentang ini dan itu tapi Jungkook tidak bisa fokus.
Kepalanya dipenuhi oleh bayangan yang hadir dikamarnya tadi malam.
Saat ia masih setengah sadar, ia melihat siluet yang amat dihapalnya. Sosok yang sudah setahun ini pergi, menghilang layaknya debu. Tidak pernah terdengar kabar apapun tentangnya.
Usia Jungkook sekarang sudah menginjak sembilan belas tahun dan orang itu dua puluh tiga tahun sama seperti Taehyung.
Jungkook merindukan sosok tersebut, bahkan dadanya terasa sesak karena memendam rindu. Seperti akan meledak.
"ㅡkook," Hoseok mengguncang tubuh yang lebih muda. Menghela nafas saat Jungkook lagi-lagi memberikan tatapan sendu. Ia menangkup wajah Jungkook hati-hati kemudian mengecupi wajahnya brutal. "Ughh, hyung!"
Hoseok tertawa lepas melihat wajah memberenggut Jungkook. Selalu menggemaskan dan menurutnya itu ilegal. Too cute to be true.
"Siapa suruh kau melamun? Habiskan makananmu dulu setelah itu kau boleh melamun sampai kapanpun." ucap Hoseok dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Ia paham betul apa yang ada dikepala Jungkook saat ini. Min Yoongi. Orang yang sudah melukai Jungkook begitu dalam, menghancurkan hatinya bahkan sebelum Jungkook benar-benar mengerti kalau ia sudah mempertaruhkan perasaannya pada pemuda itu selama ini.
Hoseok tidak akan memaksa Jungkook untuk melupakan orang itu.
Karena semakin dipaksakan kau akan semakin mengingatnya.
Jadi Hoseok menyerahkan semuanya pada Jungkook. Terserah padanya mau kapan ia akan melepaskan kepergian Yoongi tanpa harus menyimpan dendam.
Tanpa disadarinya, ia memperhatikan dengan taat wajah pucat dihadapannya. Tidak ada lagi semburat merah yang selalu menempel dipucuk pipi gembil Jungkook. Bahkan bibir yang terbiasa selalu merekah merah itu kini juga berubah pucat.
Kondisi Jungkook semakin lama semakin memburuk. Luka yang diakibatkan oleh Yoongi hampir merenggut nyawa Jungkook satu tahun lalu. Memaksa separuh kekuatan Jungkook;spiritnya untuk keluar dari inangnya.
Hoseok masih ingat saat Jungkook terbaring lemah dengan gumpalan spiritnya yang mengapung diudara, lalu layaknya bom waktu kumpulan spirit itu meledak. Hampir meratakan separuh wilayah dari distrik Utara.
Hoseok paham betul kalau itu bukanlah salah Yoongi. Itu murni atas ketidak sadarannya, karena bagian Iblis dari dirinya tengah melingkupi seluruh pikirannya begitu pekat.
Ia bahkan merinding setiap kali mengingatnya.
Setelah kejadian tersebut, Yoongi tidak pernah muncul barang seujung kuku pun. Tidak pernah terdengar kabar darinya.
Kala itu, Taehyung yang tengah berada di Ibukota tergopoh mengepakkan sayap besarnya dan terbang langsung menuju tempat Jungkook.
Taehyung langsung membawa Jungkook, membopongnya pergi untuk membawanya ke Pak Tua Jenggot.
Tapi yang Hoseok tidak mengerti adalah kengerian yang terus membekas dibenaknya bukanlah Yoongi yang mengamuk hampir membunuh Jungkook. Melainkan Taehyung yang membawa tubuh Jungkook dalam dekapannya.
Ada hal yang tidak dapat ia jelaskan dan pahami.
Ia juga tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Bahkan setiap kali ia ingin bercerita pada Jungkook, tenggorokannya terasa dicekik kuat.
Hoseok tidak mengerti, tidak paham, tidak tahu bagaimana perasaan yang ia alami sampai sekarang.
"Hyung? Hoseok hyung?"
"Huh?"
Jungkook menaruh mangkuk makanannya dinakas. Lalu memutar kedua bola matanya malas, "Lihat sekarang siapa yang melamun?" ujarnya.
"Akuㅡ"
"Oh, kau disini hyung?" suara berat milik Taehyung mengintrupsi perkataan Hoseok, ia langsung menoleh ke belakang menemukan Taehyung yang tengah bersandar pada pintu dengan kedua tangannya yang terlipat didepan dada.
"Tidak ada yang mengawasi anak ini makan. Jadi aku yang menemaninya." jawabnya santai.
"Seokjin hyung?"
"Tengah mengurusi pasien darurat. Ia juga yang menyuruhku menjaga Jungkook."
Taehyung hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian hening. Tidak ada yang berbicara lagi. Bahkan Jungkook membuang wajahnya saat Taehyung masuk.
Pikirannya berteriak kencang menyuruhnya pergi tapi hatinya berbisik terlalu pelan untuk menyuruhnya tetap menemani Jungkook. Alhasil Hoseok tanpa sepatah katapun segera keluar dari ruang rawat Jungkook.
Menyisakan pangeran negeri mereka berdua dengan Jungkook.
"Jungkook-ah,"
"Pergi. Aku sedang tidak ingin melihatmu, hyung."
Jungkook mengeratkan cengkramannya pada selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Tanpa perlu melihat wajah Taehyung, ia tahu betul pemuda itu tengah menahan emosinya.
Telinganya menangkap ketukan berat langkah Taehyung. Detik berikutnya ia merasakan terpaan nafas disamping wajahnya, kemudian kecupan ringan yang datang selanjutnya.
"Jungkook. Kau tahu betul aku tidak suka saat seseorang menyuruhku," Taehyung menarik dagu Jungkook, membimbingnya untuk menatap langsung padanya.
"Apalagi menyuruhku pergi hanya untuk memikirkan orang yang sudah menyakitimu, aku tidak bisa menerimanya."
Mata mereka berdua bertubrukan, masing-masing merefleksikan kekeras kepalaan juga kata yang tertahan diujung lidah. "Kau seharusnya takut padanya, dia hampir membunuhmu Jungkook. Kenapa malah merindukannya dan memohon untuknya kembali?"
Seandainya saja lidahnya tidak kelu karena takut yang menyergap. Yang bertatapan dengannya sekarang memang Taehyung, tapi Jungkook tidak mengenali siapa yang ada didalam pantulan jernih di obsidian milik pemuda dihadapannya.
Dia bukan Taehyung yang selalu menjaganya, bukan Taehyung yang akan memeluknya saat ia merasa takut ataupun marah, bukan Taehyung yang akan menghujaninya dengan kecupan berisik diwajahnya.
Taehyung yang ada dihadapannya membuatnya merasa tidak nyaman dan takut.
Ini bukan Taehyungnya dan Jungkook amat takut padanya.
YOU ARE READING
+ the half [yoonkook/taekook]
FantasyA Half Angel, Half Demon and Fairy. ㅡOn hiatus.