011

1K 146 9
                                    

Kubah utama penuh sesak dengan kepanikan yang meletup diluar lingkaran kubah. Hoseok sibuk berusaha untuk menenangkan para penduduk dengan anggota tim lainnya. Sementara Jimin kalang kabut mencari Jungkook yang tiba-tiba tidak ada di dalam baraknya.

"Anak itu, kenapa ia selalu menghilang disaat genting seperti ini?"

Hanya Jimin dan Hoseok yang tahu tentang kabar hilangnya Jungkook. Mereka sengaja tidak memberitahukan anggota lainnya, bukan ide yang baik untuk menambahkan kepanikan dalam kepanikan bukan?

Jimin dengan segala doanya yang ia panjatkan dalam hati, berharap Jungkook baik-baik saja. Jimin amat sangat mengetahui seberapa kuat Jungkook jadi ia tidak terlalu khawatir, tapi lain cerita jika anak itu sedang dalam kondisi buruk. Ia sudah cukup kenyang melihat seberapa pesakitan Jungkook selama ini dan semua itu sukses membuat jantungnya lari hampir keluar dari tempatnya.

Telinganya samar-samar bisa menangkap suara Hoseok yang tengah berteriak mengkomando anggota lainnya untuk mengecek para penduduk. Ia harus segera menemukan Jungkook sebelum Hoseok dan dirinya semakin gila karena terlalu khawatir.

Jimin menatap jauh pada lapisan kubah terluar. Dalam keadaan seperti ini, Jungkook adalah orang pertama yang akan maju untuk mengeceknya. Ia kemudian berlari menembus tiap lapisan kubah, berharap jika tebakannya benar.

Kepalanya menoleh ke segala arah mencoba menemukan sosok Jungkook, tapi hasilnya nihil. Tidak ada hawa keberadaan Jungkook di sekitarnya. Untuk informasi, Jimin merupakan petarung garis depan yang tidak perlu diragukan lagi kekuatannya. Dengan kemampuannya mendeteksi hawa keberadaan disekitarnya sangat membantunya dalam mengambil tindakan pertama.

Dan sekarang Jimin benar-benar panik. Bukan karena ia tidak bisa merasakan hawa keberadaan Jungkook. Melainkan retakan besar pada dinding kubah di depan matanya. Bisa ia perhitungkan, kubah tersebut hanya akan bertahan untuk beberapa menit ke depan sebelum akhirnya hancur.

Ia harus memberi tahu peri pelindung musim tentang hal ini sebelum terlambat. Namun belum sempat Jimin melangkahkan kaki, sebuah lubang setinggi dua meter kini muncul tepat didepannya. Jimin sudah bersiap dengan kuda-kuda miliknya.

Dan, boom! Tubuhnya terpental jauh kebelakang hingga melewati lapisan kubah lain. Ia sempat berpikir kalau sebenarnya ia tengah terbang di udara untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya rasa sakit pada bagian belakang tubuhnya menyerbu karena ia mendarat di atas tanah.

Oh, juga beban berat di atas perutnya. Sial, apa demon itu berhasil menangkapku?

"-min hyung? Jimin Hyung? Halo?" 

Heh, demon macam apa yang memanggilnya dengan sebutan hyung?

"Jangan pura-pura pingsan, aku tahu kalau kau seratus persen sadar." 

Matanya membuka memperlihatkan sosok yang hampir membuatnya gila karena panik. "Halo? Uh, kau baik-baik saja?" Jungkook memekik terkejut saat Jimin menariknya dalam pelukan tanpa aba-aba.

Ia hanya dapat merasakan dekapan hangat Jimin hanya untuk beberapa saat sebelum kepalanya berdenyut sakit karena jitakan manis dari Jimin.

"Kenapa kau suka sekali menghilang di saat genting? Kau tidak tahu seberapa paniknya aku dan Hoseok hyung mencarimu, hah?"

"Hehe, maaf." balas Jungkook dengan cengiran lebar.

Telapak tangan Jungkook menangkup pada wajah yang lebih tua, "Kupikir orang yang lebih pantas untuk kau omeli bukan aku, hyung." dengan hentakan ringkas Jungkook mengarahkan pandangan Jimin ke arah Yoongi yang berdiri canggung tidak jauh dari mereka.

"Nah, itu dia sasaranmu."

Jimin terdiam dengan wajah tanpa ekspresi. Ia menatap pemuda yang masih duduk diatasnya, tangannya naik menutupi ke dua telinga Jungkook. Kemudian perlahan senyum itu keluar.

Woah, Jungkook hapal betul dengan tarikan bibir itu. Aku harap kau selamat, Yoongi hyung. Ucapnya dalam hati dan samar-samar Jungkook bisa mendengar desisan marah Jimin.

"Bajingan gila."

***

Dilain tempat, Taehyung tengah sibuk melemparkan tembakan spiritnya. Kubah pelindung baru tengah dibangun oleh para peri musim dingin.

Jarak puluhan kilometer dari tempatnya berdiri, matanya menyaksikan dengan jelas kepulan-kepulan asap yang membumbung tinggi. Jantung negerinya hancur hampir sama ratanya dengan tanah.

Rahang Taehyung mengetat, ledakan besar dari gerbang Hades merupakan akibat portal besar yang berhasil dibangun oleh para demon. Ia khawatir bukan main saat mengetahui hal tersebut.

Jarak dari gerbang Hades dengan tempat pengungsian hanya sekitar dua kilometer dan Taehyung tentu saja khawatir dengan kondisi Jungkook. Taehyung tidaklah munafik untuk berpura-pura khawatir dengan keadaan penduduk disana, yang ia khawatirkan hanya Jungkook.

Akibat ledakan besar tersebut, komunikasi antara sub-distrik terputus dan dengan situasi tersebut Taehyung hampir saja meluncur terbang ke distrik selatan. Tidak ada yang tahu pasti kondisi satu sama lain.

Tubuhnya berbalik cepat lalu menembakan spirit tepat ke kepala demon yang terbang ke arahnya. Tubuh Taehyung menghindar setiap kali demon menuju ke arahnya lalu menembakkan spirit cepat ke arah targetnya. "Namjoon hyung, bagaimana perbaikannya?"

Taehyung berteriak sambil berguling menghindari tembakan spirit. Sudut matanya menangkap Namjoon yang melesat memisahkan kepala sekumpulan demon dengan pedangnya.

"Bagian timur kubah masih rumpang," pedang besar milik Namjoon kembali menebas kepala demon di hadapannya. "Taehyung, kau sebaiknya pergi membantu disana. Aku bisa mengatasinya sendiri disini."

Taehyung tanpa harus disuruh dua kali segera melesat menuju arah timur kubah. Tangannya sesekali menembakkan spirit skala kecil ke arah demon yang mendekat.

Tepat saat dirinya berada di depan lubang menganga tersebut, salah satu peri penjaga mati tertusuk lemparan bilah pedang.

Untuk beberapa saat Taehyung berdiri termenung menyaksikan tubuh yang jatuh menabrak tanah dibawahnya. Rahangnya mengeras menahan emosi yang akan meledak.

Taehyung lalu memposisikan masing-masing tangannya ke atas dan ke bawah. Kemudian memutarnya searah jarum jam dan menepukkan kedua telapak tangannya kencang.

Tembakan spirit skala besar dengan jaring-jaring sihirnya yang merambat ke setiap sudut arah datangnya demon berhasil mengusir mahluk-mahluk tersebut cukup sampai perbaikan dinding kubah selesai.

Matanya mengedar cepat mengabsen apakah ada demon yang tersisa. "Cepat selesaikan perbaikannya!" perintah Taehyung. Sayap besar miliknya mengepak kencang di udara, mengisi bising di sekitarnya.

Perasaan tidak enak menyerbu hatinya secara tiba-tiba. Seperti sesuatu telah direbut darinya. Telapak tangannya merambat tepat diatas dentuman jantung yang berdetak menggila.

Taehyung gelagapan bukan main.

Entah karena sebab apa ia sendiri tidak mengerti. Tatapannya lurus kedepan, menatap tajam seakan bisa melihat sesuatu yang jauh di belahan distrik lainnya.

Tangan kanan Taehyung naik selurus dengan pundaknya dan dentuman besar kembali terdengar dari telapak tangan pangeran tersebut. Menyisakan belasan demon yang mati terpisah tubuhnya.

"Jungkook..."

***

semoga notif ini masuk ke kalian ya:') eh btw, dapet thr berapa kalian? kalau aku sih cuma dapet kue kering doang:') beginilah nasib kalau bukan bocil lagi, tiap tahun thr menipis:')

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

+ the half [yoonkook/taekook]Where stories live. Discover now