5. Rangga

52 4 0
                                    

Sabtu, 18 Maret

Ican (kraimmastah) : Kakak ipar, 😘
Ican (kraimmastah) : Ijin mau jemput princess sekolah hari ini 💕

Genji menjatuhkan ponselnya. Pesan yang Ican kirimkan membuatnya ingin muntah. Sayangnya masih terlalu pagi untuk itu, kesadarannya saja belum sepenuhnya terkumpul. Dia baru saja bangun, dan melakukan hal pertama yang dilakukan semua remaja milenial ketika bangun, memeriksa gawai. Notif pesan dari Ikhsan muncul paling pertama, penunjuk waktunya menunjukkan pesan itu dikirim pukul tiga pagi.

Genji menarik nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diri. Orang gila itu hanya ingin membuatnya marah saja, jadi lebih baik kalau Genji tidak mengikuti keinginannya. Lagipula, sekolah apanya? Ini kan hari Sabtu! Memangnya Genji bodoh? Dia sudah bersiap menarik selimut lagi dan mengabaikan ancaman Ikhsan. Genji benar-benar mengantuk, kemarin dia baru tidur pukul satu setelah sebelumnya melakukan perjalanan jauh ke Tjimore untuk membeli roti. Pasti itu juga yang jadi alasannya tidak mendengar notif dari Ikhsan pukul tiga tadi.

Tapi suara denting piring di bawah membuatnya ragu. Mungkin tak ada salahnya memastikan apa Sora benar-benar sekolah hari ini.

Genji sebenarnya langsung tau ketika melihat Sora dalam seragam pramukanya. Meski begitu ia masih saja berharap kalau Ikhsan hanya menggertaknya.

"Sora, memangnya hari ini kau sekolah?"

Sora hanya bergumam mengiyakan. Sial. Genji memutar otak, ia tak mau Ikhsan dekat-dekat adiknya. Bukannya apa-apa. Masalahnya dia kenal baik bagaimana Ikhsan itu, dan tipe orang seperti itu adalah jenis terakhir yang ia sudi supaya dekat-dekat keluarganya.

"Kapan kau berangkat? Aku akan mengantarmu"

Sepertinya itu satu-satunya solusi yang baik. Setidaknya untuk saat ini. Kalau Ikhsan mencoba macam-macam lagi, Genji akan pikirkan nanti.

"Satu setengah jam lagi"

Kedengarannya bagus. Masih cukup waktu baginya untuk merapikan diri.

"Baik-" ucapan Genji berhenti karena bunyi notifikasi Line dari sakunya.

Bang Rangga: ada yang ingin kubicarakan
Bang Rangga: aku di warung cokelat.

"Kita berangkat sekarang!"

***

Warung Cokelat, seperti namanya punya nuansa coklat yang kental. Entah itu dari segi warnanya maupun penganannya. Lokasinya tidak jauh dari SMA Banjarsari dan karenanya juga tak heran banyak siswa yang menjadikan tempat itu tempat tongkrongan yang murah meriah.

Genji tau kenapa Rangga memilih warung cokelat sebagai tempat bertemu. Satu, karena meskipun Warung Cokelat sudah didapuk menjadi salah satu tempat tongkrongan anak-anak Banjarsari, makanan yang mereka sajikan bisa dibilang 'terlalu-manis' untuk anak-anak Garda. Anggota Garda memang kebanyakan laki-laki, tapi bukan itu masalahnya. Genji juga tidak tau siapa yang pertama kali menyebarkan isu bahwa Warung Cokelat adalah tempat yang dapat menurunkan kemaskulinan Garda. Jadi kalau Rangga dan Genji bertemu di sini, jelas tak akan ada Garda yang menguping.

Kedua, yah, tempat yang manis untuk pertemuan yang manis, eh?

Genji masih duduk di motornya di halaman parkir Warung Cokelat. Untuk saat ini dia belum bisa masuk, karena dia belum keluar.

Ia bisa melihatnya, mereka berdua duduk tidak jauh dari jendela. Zalia duduk berhadapan dengan Rangga. Ia mengaduk-ngaduk eskrim di depannya tanpa minat sementara mulutnya bergerak-gerak. Genji tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan tapi Rangga kemudian tertawa.

Surat Cinta Cahaya PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang