One Cent: Cantik?♥️

2.4K 213 102
                                    

Now Playing: You are saipul, saipul, saipul! Kamu cantik, cantik, dari belakang~!🎵 - Cherrybelle

Ada yang pernah manggil kamu begitu? "Halo, cantik", digodain preman gitu misalnya? Atau yang lebih tulus, "kamu cantik kalau lagi senyum" kata doi dalam dunia impian gitu? Atau yang pasti diterima setiap anak perempuan, "duh.. anak mama (kalau abis ngepel rumah) cantik banget, sih?"

Secara gamblang, "cantik" itu kurang lebih artinya sesuatu yang indah dipandang. Membuat yang melihat merasa senang (dan pengen ngegebet), serta bersyukur atas ciptaan-ciptaanNya. Menurut saya pribadi, kata sifat "cantik" itu pasti sesuatu yang sangat hebat dan powerful. Kenapa? Soalnya, semua bahasa, pasti punya kata-katanya sendiri yang bermakna cantik. Maksudnya, misal kalau kata sifat "tipsy" dalam bahasa Inggris aja, enggak ada terjemahan langsungnya dalam bahasa Indonesia. Dalam Bahasa, transliterasi yang paling mendekati adalah: "sedikit mabuk".

Saya terka, alasan kenapa kata "tipsy" enggak ada dalam bahasa Indonesia, adalah karena di Tanah Air enggak ada bro budaya mabuk-mabukan. Oke, banyak sih yang ngelakuin, tapi enggak "terekspos" secara bebas, dan mungkin malah dianggap momok. Minoritas lah. Karena budaya kita enggak memerlukan kata "tipsy" jadi enggak terciptalah kata itu. Beda hal sama, misalnya, orang Indo terkenal humoris. Tapi banyak yang ngelucu dan enggak lucu. Maka teciptalah ungkapan "jayus"--oke kejauhan, balik lagi ke topik awal!

Nah, jadi keren 'kan? Padahal sejelek-jeleknya orang dari suatu ras (menurut kita sih) tetep aja di sana ada kata "cantik" (tanpa maksud rasis OKE). Berarti, menurut orang itu, jelas ada satu atau lebih "tipe" orang dalam komunitas mereka yang dianggap cantik.

Lagi-lagi, ini artinya, sekalipun cantik merupakan sebuah konsep yang dipahami (secara lahiriah) dengan universal, cantik itu sendiri sekaligus merupakan konsep yang enggak universal. Nah loh gimana nih, saya yang nulis bingung sendiri. Maksudnya, cantik itu berbeda-beda buat orang yang berasal dari ras berbeda. Di internet banyak oke, post yang membahas tentang ragam pendapat orang dari berbagai belahan dunia mengenai persepsi "cewek cantik". Misalnya, orang Asia suka orang putih kayak kertas. Tapi orang Barat suka yang rada-rada karamel (teringat episode Spongebob)

Bagaimanapun juga, bisa kita sepakati kalau apapun minumannya, minumnya Teh Botol Sosro--eh maksud saya, apapun persepsi tentang cantik, orang yang dianggap cantik itu pasti mendapatkan suatu "apresiasi" atau "privilege" akan kecantikan wujudnya.

Sebenernya yang mau saya omongin itu adalah, bahwa tempo hari saya menyadari bahwa banyak orang cantik dengan pekerjaan tertentu yang banyak jadi sorotan media. Kadang, pekerjaan ini (kayaknya) menurut kebanyakan orang enggak umum dilakukan sama orang-orang secantik mereka. Misalnya, sebut aja, wakil Indonesia pada sebuah forum internasional yang dianggap "cantik". Atau, politikus idealis yang dianggap "cantik". Atau, aktivis perdamaian di suatu tempat rawan konfik yang "cantik". Atau bisa juga, atlet cabang olahraga angkat beban yang katanya "cantik.

Apa pendapat kamu soal ini? Karena banyaknya artikel yang menulis tentang jasa-jasa yang telah mereka lakukan dengan embel-embel "Seorang Blablabla Cantik" gede-gede di headline berita, dianggap apa sih kecantikan orang-orang ini? Apa cuma sebagai clickbait supaya mas-mas jomblo yang keranjingan buka LINE TODAY mau baca berita?

Saya lebih ke arah pengen nanya pendapat kalian, sebenernya layak enggak sih, kalau "kata-kata" cantik dimasukkan ke dalam headline? Apakah itu membuat orang jadi "melenceng" gara-gara bukannya fokus ke prestasi orang-orang ini, malah fokus ke bagian "cantik"-nya?

Di satu sisi, kasian mereka, karena kok menurut saya penambahan kata "cantik" itu bisa memicu timbulnya pemikiran "ah, lu diberitain cuma gara-gara cantik 'kan elah" oleh para pembacanya. Yang mungkin saja benar, mungkin saja enggak, karena prestasi yang mereka raih itu memang hebat sekali.

Atau... enggak? Karena perlu diakui bahwa, misalnya kamu seorang relawan yang kerjanya berat nih, pasti susah dong mempertahankan kecantikan? Banyak debu, angin, hujan badai menghadang, sis! Begadang bikin jerawat subur, sis! Bisa-bisa kulitku kering dan kusam!! Maka dari itu, kata "cantik" itu merupakan bentuk apresiasi terhadap segelintir orang ini karena prestasinya, selain prestasi utama (misalnya) mengharumkan nama Indonesia; tapi sekaligus dibarengi dengan prestasi menjaga kecantikan dalam kondisi ekstrem. Bisa aja 'kan?

Atau karena kita tahu, orang-orang cakep ini bisa aja hidup damai sebagai entertainer, tetapi nyatanya mereka memilih menyusahkan diri memilih pekerjaan yang rada hardcore.

Di lain sisi, well... cantik itu 'kan emang rada susah yak. Oke deh, banyak post-post yang bilang, "you're beautiful the way you are" atau "every girl is beautiful". Tapi gimana ya? Masuk sekolah aja ada NEM minimumnya. Kalau kata mba JK Rowling, "dunia itu enggak terbagi atas orang jahat dan orang baik". Jadi, meskipun kamu enggak jelek, belum tentu kamu bisa dibilang cantik. (Maafkan saya. Saya juga ga cantik oke. Don't sue me lol)

Apakah memasukkan embel-embel "cantik" membuat orang "jelek" dengan prestasi setara merasa bete dan disiskriminasi? Meskipun saya secara implisit bilang di atas bahwa cantik itu butuh usaha, tapi emang banyak sih orang yang terlahir "cantik". Dan kesel ga sih? Seolah kalian berdua sama-sama disuruh nanam pohon, lahannya sama, bibitnya kualitasnya sama, tapi lahan si doi udah ada irigasi sementara lahan eike tanah gersang. Ga adil, mz!

Hmmm, tapi coba deh buka Yutub! Banyak 'kan, channel-channel tutorial make up di mana yutubernya mengakui bahwa tanpa makeup mereka cuma setitik debu dalam galaksi, tapi setelah dimakeover habis-habisan, mendadak jadi bintang besar pusat gravitasi. Jadi, enggak ada yang namanya putus harapan. Karena yang enggak bisa disambung lagi itu cuma tali sorga (oke Car diem kamu mulai lapar)

Eitssss tapi tetep aja! Analoginya, meskipun tanah gersang tadi bisa eike bikin irigasi, tetep aja, berarti eike kudu belajar cara bikin irigasi dulu, bikin selokan dulu, gali-gali dulu sampai bersimbah peluh, baru deh bisa nanem pohon. Itu juga, kalau sumber airnya ketemu. Kalau enggak ketemu, gimana. Hm, ya emang sih, itu artinya kedua sisi argumen ini masih seimbang. Enggak ada yang menang.

Katanya, "cantik" itu mata uang universal. Dengan menjadi "cantik", kamu bakal disambut baik sama semua orang di dunia. Eh, tapi masa sih. Cantik aja beda-beda parameternya. Dan itu juga... kalau semua orang mengapresiasi kecantikan.

Maksudnya, nyatanya banyak orang yang enggak peduli-peduli banget sama kecantikan(?) kayak, fak dat. Gue enggak cantik, enggak apa-apa. Gue enggak disukai, enggak apa-apa. Yang penting gue bahagia. Eh, tapi masa ya? Tapi Allah aja suka yang indah-indah. Barangkali, orang kayak gitu bukannya enggak suka yang "cantik", melainkan persepsi mereka akan "cantik" itu berbeda. Atau, lebih longgar daripada kebanyakan orang. Entah deh.

Ada yang bilang, cantik secara universal itu dinilai dari kesimetrisan bentuk wajah. Ada yang bilang, cantik itu konsep yang diberikan masyarakat (feminist banget yak). Menurut saya, mungkin karena otak manusia pada dasarnya suka sesuatu yang "teratur" atau mendekati "kesempurnaan bentuk" karena jadi lebih mudah dicerna oleh otak. Kayak komputer aja. Pasti lebih suka garis lurus daripada garis yang lekukannya unpredictable.

Ada lagi yang bilang, yang terpenting itu inner beauty. Jadi enggak penting kovernya gimana, yang penting dalemnya bagus. Oke, ambil aja contoh buku Wattpad. Emang sih akhirnya kita ngelihat jumlah reader atau sinopsis, tapi kalau awal-awal publish, pasti ngelihat kovernya dulu, 'kan? Nah, nanti kalau bukunya udah terkenal banget, bisa-bisa malah ada reader yang menawarkan bikin kover buat kamu. Sama lah kayak manusia. Kalau kamu "cantik di dalam", orang bakal menyukai kamu, dan akhirnya kamu pun "cantik". Jadi intinya... ya namanya manusia pasti suka yang cantik-cantik. Masa udah dikasih kover premade dibiarin aja gitu enggak dipake. Ga mungkin 'kan.

Anehnya, emang kadang stereotip "cantik" ini dikaitkan sama "kekurangan di bidang lain". Kasarnya, katanya orang cakep kemungkinan besar bego. Kasian ya orang cakep? Mungkin ini gara-gara kepercayaan bahwa "Tuhan itu adil" jadi enggak mungkin lah ada orang perfect-perfect banget.

Eh, tapi bagaimanapun juga, lebih kasian orang "jelek", oke. Karena enggak ada pendapat yang menggaransikan bahwa "orang jelek pasti pinter". Lose-lose solution banget yah.

Jadi... akhirnya gimana? Layak enggak sih, suatu orang yang berprestasi, diberitakan dengan embel-embel "cantik"? Atau lebih jauh lagi... masih butuh enggak sih verifikasi "cantik" itu sendiri?

Jujur Aja Deh [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang