Pagi itu setelah melewati serangkaian pertengkaran mulut antara Arga, dan Karin_Untuk menentukan apakah mereka akan membawa mobil atau motor, dan siapa yang akan mengemudikan mobil_akhirnya mereka tiba disekolah juga. Dan pemenang persoalan pertama adalah Karin. Jadi mereka menggunakan mobil, dan pemenang persoalan kedua, jatuh pada Arga, dan Argalah yang mengemudikan mobil tersebut, dan Tentu saja itu membuat Karin mogok bicara sepanjang jalan. Rangga yang sudah duduk sedari tadi didalam mobil menanti mereka bertengkar, hampir menamatkan satu Novel yang baru dibacanya pagi itu.
Mobil berwarna silver itu masuk keparkiran sekolah, dan Karin langsung keluar begitu mobil itu berhenti. Dia membanting pintu mobil sekuat tenaga, hingga Arga, dan Bahkan Rangga yang masih duduk diMobil terkejut bukan main. Sebelum melangkah kekelas, Karin masih menyempatkan diri menendang mobil Arga terlebih dahulu.
"obat lo habis ya? Pagi-pagi udah rese." Arga yang baru keluar dan melihat Karin sempat-sempatnya meluangkan waktu untuk menendang mobilnya berteriak kesal pada Gadis itu.
Karin yang tahu bahwa Arga sedang berbicara dengannya langsung berhenti dan berbalik.
Dia menggerakan bola matanya kiri dan kanan ke pangkal hidung dan memeletkan lidahnya. Dia terlihat seperti Tiara. Tetangga mereka dulu yang sangat disayangi oleh Arga. Lebih tepatnya kasihan. Tiara gadis cacat mental yang diadopsi, dia sering menunjukan ekspresi itu jika Arga berbicara padanya.
Dulu Arga pernah Bilang pada Karin dan Rangga, kalau dia besar nanti dia mau nikah sama Tiara. Karena pasti nggak ada orang yang mau sama Tiara, dan dia nggak mau Tiara itu kesepian selama hidupnya. Benar-benar kebaikan hati yang aneh.
Saat melihat ekspresi Karin, Arga tahu bahwa saat ini Karin sedang mengolok-olok kejadian di masa kecilnya. Tanpa menunggu lama, dia langsung berlari mengejar Karin. Dan tentu saja Karin yang melihat hal itu juga langsung berlari sambil tertawa. Ternyata dia berhasil menyindir Arga dengan ekspresi itu. Tidak sia-sia usahanya berlatih ekspresi itu seminggu lebih didepan cermin. Sampai otot-otot matanya sakit semua. Sementara Rangga yang baru keluar dari mobil setelah Arga berlari mengejar Karin, hanya bisa memandang tak percaya kearah kedua adiknya itu.
"Mereka nggak capek apa?" dia memandang lelah kearah Karin dan Arga yang sudah berlari berkejaran sepanjang lapangan sekolah. Kemudian berjalan menuju kelas, tanpa kembali melihat Ke arah dua adiknya yang sudah sinting itu.
***
"Ih, udah dong. Kan gue udah minta maaf." Karin dengan napas tersenggal-senggal berhenti di jarak aman. Dia kemudian segera berjalan mundur saat Arga mulai bergerak maju "Gue minta maaf!! Please maafin gue, Okay??" Karin menautkan kedua telapak tangannya didada sambil terus berjalan mundur.
"nanti gue traktir Bakso dikantin, gimana?" dia membuat penawaran karena Arga sepertinya tak termakan dengan permintaan maafnya
"Hari ini gue bawah uang jajan lebih. Nggak butuh ditraktir"
"Gue masakin deh. Spageti Karbonat, Okay??" Karin kembali membuat penawaran
"Bosan gue. Kalau nggak Spageti, Ya pasti berikutnya mie instan kan? Cuma dua menu itu aja yang bisa lo masak, tanpa ngeracunin orang lain."
Mendengar kaliamt yang benar-benar menusuk hati, namum tak bisa diprotes, karena itu adalah kebenaran membuat Karin menghentikan langkahnya, dia menatap Arga dengan kesal. Dan hal itu membuat jarak diantara dia dan Arga semakin menipis karena Arga terus bergerak mendekatinya.
"Please, don't Kill Me!!" Pupus sudah harapan Karin untuk bisa dimaafkan Oleh Arga kali ini. Setidaknya dia masih punya kesempatan untuk meminta nyawanya. Arga ikut berhenti. Dia melihat kearah Karin dengan senyum kemenangan tergambar jelas diwajahnya.
YOU ARE READING
Celandine"Aku Terluka Untuk Sembuh"
Teen FictionPERHATIAN!!! Ada beberapa part yang di private. jadi follow akun ku dulu Ya, Biar bisa baca dengan lengkap kisah seru hidup Karin. Karin Febriani. cewe jahil yang kesehariannya selalu dipenuhi dengan berjuta kegiatan gila untuk menjahili dua sahabat...