Bagian 9

29 3 0
                                    

"Ndah!!!!"

"jangan lari!!! nanti jatuh" 

Rava balas berteriak pada karin yang sedang berlari ke arahnya

"kenapa bandel banget sih jadi cewek??"

"kenapa bawel banget sih jadi cowok??" Karin membalas Rava persis seperti apa yang dia ucapkan untuk Karin 

"bisa nggak hari ini jangan ngomelin gue dulu??" Karin menatap Rava dengan mata memohon "gue bisa budek kalau di omelin setiap hari" lanjutnya kemudian mengaitkan tangannya di lengan Rava agar mereka bisa berjalan beriringan ke kelas

"emangnya di omelin sama siapa pagi ini?"

"sama bocah-bocah twins di rumah"

"Karena??"

"pulang sekolah nanti nemenin gue ke toko buku ya!!!" mengalihkan topik pembicaraan. itulah kebiasaan Karin jika tak ingin membahas sesuatu, dan saat ini dia sedang tak ingin membahas kejadian pagi tadi pada siapapun. termaksud pada Rava.

kupingnya masih panas karena omelan Rangga dan Arga pagi ini. dia bahkan memilih naik bus ke sekolah dari pada harus berangkat bersama Rangga dan Arga dan melanjutkan mendengar omelan mereka. dan sepertinya Rava juga elah memahami kebiasaan Karin saat mengubah topik pembicaran sehingga dia akhirnya memilih mengikuti alur pembicaraan yang baru di buka Karin dan tidak lagi menyinggung perihal Karin yang di omeli oleh Rangga dan Arga

Karin tak ingin membahas masalah kemarin. Bukan. dia bukan hanya tak ingin, tapi benar-benar membencinya. dia membenci mengingat kejadian itu, dia benci pada dirinya yang masih bisa menangis karena kejadian itu, dan dia juga benci pada dirinya yang masih bisa menari, dan merasakan kebahagian dari tarian itu.

kejadian itu... kejadian yang ingin Karin lupakan. kejadian empat tahun lalu yang membekas dalam ingatannya. Kecelakan yang membuatnya melepas satu-satu hal yang bisa membuat dia tertawa penuh bahagia.

kejadian empat tahun lalu masih segar dalam ingatan Karin. sore itu, entah karena di rasuki oleh makhluk apa, Karin memohon pada Arga untuk mengajarinya mengendarai motor hanya dengan alasan agar dia bisa terlihat keren di semester keduanya di SMP karena bisa membawa motor.

Karin ingat betapa tak setujunya Rangga dan Arga saat dia mengutarakan keinginannya tersebut seminggu yang lalu. Arga bahkan berhenti membawa motor ke sekolah dan lebih memilih di antar jumput oleh supir_bahkan sampai sekarang Arga lebih memilih membawa mobil dari pada motor. Karin bahkan hingga sekarang merasa bersalah karena membuat Arga mengalami hal ini. padahal dia tahu betul bahwa Arga sangat mencintai motor_dan menyimpan motornya di garasi agar Karin tak dapat mendekati motor itu. namun bukan Karin namanya bila keinginannya tak dapat ia penuhi.

setelah ngambek, dan tidak berbicara dengan Rangga dan Arga selama seminggu penuh, Karin akhirnya mendapatkan Keinginannya setelah mengancam tak akan berbicara lagi dengan mereka seumur hidupnya. alhasil sore itu Arga akhirnya kembali mengeluarkan motornya untuk mengajari Karin.

matahari sudah sangat condong ke barat, cahayanya pun sudah tak begitu mampu menerangi jalan, sehingga Rangga_yang sedari tadi menemani Arga dan Karin dengan raut khawatir_menyuruh mereka menghentikan latihan dan melanjutkannya besok. seharusnya Karin tak melawan dan hanya mengikuti perintah Rangga, seharusnya dia tak keras kepala dan pulang seperti apa yang di perintahkan oleh Rangga. Tidak. seharusnya dia tidak pernah memaksa Arga untuk mengajarinya mengendari motor.

kejadian itu terjadi begitu cepat bahkan Karin tak sempat menyadari apa yang terjadi. dia masih berusaha meloloskan diri dari motor yang menindih tubuhnya saat matanya menangkap sosok Rangga yang berlari kencang melewatinya dan menggendong anak laki-laki di dekatnya yang berlumuran darah dan berlari meninggalkannya, dia belum sempat mencerna kejadian itu saat Arga juga berlari dengan panik menghampirinya dan membantunya menyingkirkan motor dari tubuhnya

Wajah Arga di banjiri air mata dan tubuhnya bergetar saat dia memeluk Karin. Karin tahu Arga sedang menangis tapi dia sama sekali tak dapat mendengar suara tangisan Arga, dia juga melihat Arga meremas kakinya, dan Ada darah berlinang di dekat kakinya namun dia sama sekali tak merasakan apapun. dunianya tiba-tiba menjadi sunyi, dia bahkan tak dapat merasakan sentuhan Arga di kakinya

"Ga!!! ARGA!!!" 

Karin yakin dirinya sudah berteriak. namun dia sama sekali tak mendengar suaranya 

"ARGA!!! GUE NGGAK DENGAR SUARA GUE!!!!" 

Karin berteriak lagi dan Arga makin mengeratkan pelukanya pada tubuh Karin, dan perlahan-lahan kegelapan mulai menghampirinya.... kegelapan yang dingin, sunyi.... dan yang asing baginya

"Rin" Rava menyentuh pelan Bahu Karin dan dengan seketika menarik Karin dari ingatanya empat tahun lalu "lo kenapa??"

Karin membulatkan matanya karena tak mengerti dengan apa yang di katakan Rava "Eh??"

"Lo pucat. kita pulang aja ya kalau lo sakit" Rava langsung menarik tangan Karin agar Karin mengikutinya "nanti gue telpon Rasti buat minta izin"

"Rav!!!" Karin menarik tangan Rava agar sahabatnya itu berhenti "Gue nggak sakit"

"tapi lo pucat" 

Karin menghembuskan nafas terlihat sedikit kesal. dia mengambil tangan Rava yang ada dalam genggamnya dan meletakannya di dahinya "nggak Panaskan??"

"Ia sih" Rava mengangguk sambil meletakan tangannya yang lain di dahinya untuk membandingkan suhu tubuhnya dengan suhu tubuh Karin 

"Tapi nggak panas belum tentu nggak sakit" raut kekhawatiran masih kental di Mata Rava, dan Karin dapat melihat hal itu

"serius. gue baik-baik aja." Karin menurunkan tangan Rava dari dahinya "Super duper baik malah"

"yakin??"

nggak. nggak sama sekali. gue sakit Rav, rasanya gue mendekati gila sekarang ini. 

Namun Karin tak mengucapkannya dia hanya mengangguk penuh keyakinan dan menyeret Rava untuk segera ke kelas.

***CELANDINE***

HAY!!!! Setelah sekian lama, akhirnya Celandine UP juga.

maafkanlah Disny yang malas ini. maklum, mahasiswa baru sibuknya minta ampun...

semoga cerita Celandine yang baru ini bisa memuaskan rasa rindu kalian akan keseruan Karin, Rava dan kembar ganteng.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 08, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Celandine"Aku Terluka Untuk Sembuh"Where stories live. Discover now