"Vanessa" Panggil Kevin saat melihat Vanessa berada di kantin.
"Kenapa?" Tanya Vanessa saat melihat Kevin duduk disampingnya.
"Lo.. sangat pintar mendandani Megan." Puji Kevin. Vanessa tersenyum lebar saat mendengar pujian yang dilontarkan Kevin.
"Terima kasih." Ucap Vanessa sambil meminum milo yang ia pesan.
"Tapi.. apa gue bisa melihatmu dandan seperti itu?" Ucap Kevin sambil menatap Vanessa.
"Aahh.. gue berdandan seperti itu.. untuk orang yang kucintai sajaa." Ucap Vanessa sambil mencoba mengalihkan pandangannya.
"Apa bisa orang itu adalah aku?" Ucap Kevin dengan serius. Vanessa hanya menatapnya tidak percaya.
"Aaa.. gue ke toilet dulu yah." Ucap Vanessa dan pergi dari kantin meninggalkan Kevin yang termenung dengan pikirannya.
"Apa ini.. kenapa lo katakan itu, kevin." Ucap Kevin sambil memukul kepalanya sendiri.
Vanessa yang sedari tadi bercermin di toilet sambil mencuci mukanya berulang kali.
"Mana mungkin ia mencintaiku.. ah gue bisa gila." Teriak Vanessa frustasi sambil mengacak ngacak rambutnya sendiri. Zahra yang baru masuk kamar mandi langsung teriak.
"Uaaaaahhhh.. setan..." Teriak Zahra sambil menunjuk Vanessa.
"Yaak.. lo jika berteriak gue hajar lo." Bentak Vanessa. Zahra langsung mendekatkan mukanya ke Vanessa.
"Ouhh lo Vanessa." Gumam Zahra. Vanessa hanya menghela napasnya dengan kasar.
"Ra.. tadi Kevin bilang seperti ini ke gue 'apa bisa orang itu adalah gue' karena sebelumnya gue mengatakan bahwa gue akan berdandan bila bersama orang yang gue cintai.. apa cintaku tidak sepihak." Ucap Vanessa sambil menjelaskan apa yang ia alami.
"Jujur saja.. gue sangat mengatakan bahwa dia lagi ngungkapin perasaan ke lo." Ucap Zahra sambil mencuci tangannya.
"Jangan dipikirkan.. urusi dulu wajah lo." Ujar Zahra dan pergi dari toilet.
"Yatuhan.. ngeri sekali muka gue." Gumam Vanessa saat melihat wajahnya dicermin.
.....
"Keduanya saling mencintai... tapi tidak ada yang ngaku." Gumam Zahra saat ia sedang duduk di salah satu bangku di taman sekolah dengan menggunakan headset. Tiba-tiba ada yang duduk disamping kanannya. Dia adalah Fajar. Zahra hanya menghela nafasnya.
"Gue sedang tidak ingin bertengkar." Lirih Zahra dan langsung melepaskan headsetnya
"Gue juga." Ucap Fajar lalu mengambil salah satu headset dan dipakaikan untuk Zahra dan satunya buat dirinya.
"Apa yang lo lakukan." Ucap Zahra saat dipasangkan headset oleh Fajar.
"Tenanglah." Ujar Fajar dan keduanya larut dalam keheningan.
Tiba-tiba Zahra merasakan pundak sebelah kanannya berat karena Fajar yang sudah terlelap dan bersandar dipundak Zahra. Tanpa ia sadari Zahra memperhatikan wajah polos Fajar yang sedang tidur.
"Ternyata.. lo tampan juga." Ucap Zahra saat ia terus melihat wajah Fajar dari dekat.
"Hufftt.. sayang sekali setiap kita bertemu selalu saja bertengkar." Lirih Zahra.
Sebenarnya tanpa Zahra sadari, Fajar sama sekali tidak tidur dan ia mendengar semua apa yang dikatakan Zahra dengan senyum kecilnya.
.....
"Ngapain lo Farhan?" Tanya Becca saat ia baru masuk ruang padus.
"Heii.. apa lo tau artinya Gomapta?" Tanya Farhan balik.
Becca yang mendengar pertanyaan Farhan hanya menjawabnya dengan gelengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince And Queen
Teen FictionKisah persahabatan empat wanita Yang manis dengan kisah cinta Yang rumit