Bab 2 [Rejected]

222 23 29
                                    

Sekarang Skye sudah tidak punya muka lagi untuk dipajang. Dia merasa sangat malu, bahkan dia berharap bumi menelannya saat itu juga. Bagaimana dia masih tetap santai setelah mencium orang tidak dikenal, lalu semua mata di jembatan itu mengarah pada mereka berdua?

Laki-laki itu tidak membalas ciumannya. Skye memang jarang melakukannya, tapi dia merasa dia bukan orang yang payah dalam berciuman.

Lalu, laki-laki itu mendorong Skye hingga ia mundur beberapa langkah. Laki-laki itu...tampak marah! Tidak ada lagi sorot ramah dan hangat diwajahnya, yang ada hanyalah kemarahan, kemarahan yang dilihat dengan jelas oleh semua orang.

Bahkan suasana jembatan mendadak sunyi. Seolah-olah mengejek Skye akan perbuatan memalukan apa yang sudah ia lakukan.

Dibelakang, Gabriela mengumpat kecil. "Jo, kurasa kita punya masalah serius."

"Ini bukan lagi masalah, tapi...bencana!" sahut Josephine dengan raut wajah pias.

"Menikmati itu, huh?" kini laki-laki itu berbicara dengan keras, seperti menyuruh Skye mendengarkannya dengan jelas.

Skye meneguk salivanya dengan susah payah. Sesuatu mengganjal di tenggorokannya hingga membuatnya tidak bisa berbicara.

"Bitch! What the hell are you doing?! Fuck off!"" laki-laki itu mendesis

Skye tertegun.

"Kau pikir apa yang baru daja kau lakukan?! Skandal? Sensasi? Popularitas?!"

Sedangkan Skye hanya diam seribu bahasa. Ia kehabisan kata-kata untuk diucapkan.

Bahkan untuk menyangkal hinaan itu.

"Jesus," ucap Kyrre. "Kau fans yang tidak punya malu!"

"Wh-what?! Fans?!" Skye membelalak kaget.

Gabriela segera menghampiri Skye, lalu menenggelamkan wajah Skye secara tiba-tiba kedalam ketiaknya. Kalau saja saat itu suasananya sedang bercanda, sudah pasti Skye mencubit ketiak Gabriela. Sayangnya, kali itu bukanlah saat yang tepat untuk bercanda. Bahkan Gabriela yang terkesan cengengesan menutup mulutnya rapat-rapat dengan wajah pucat pasi.

Sedetik kemudian mata Skye menangkap sebuah lampu flash kamera sedang membidiknya.

"Oh, sial! Ayo kita kabur!" ujar Josephine yang entah sejak kapan sudah berdiri didekat mereka--Skye dan Gabriela. Sorot matanya menampilkan kekhawatiran yang sangat kentara.

Josephine segera menarik kedua temannya tidak peduli jika cengkramannya menyakiti kedua tangan temannya.

Partikel salju mulai turun ke bumi. Saking kalutnya, Josephine tidak memperbolehkan kedua temannya untuk berhenti guna memasang hoodie mereka.

Sekitar lima menit mereka berjalan mengarungi hujan salju yang semakin deras, tak urung membuat Josephine menghentikan langkah untuk berteduh.

"Jo, saljunya semakin tebal!" dari belakang Skye berteriak memberitahu.

"Kau kira aku buta? Aku tahu, bodoh!" sahut Josephine ikut berteriak.

"Jo, kita seharusnya berteduh di tempat hangat. Kau tidak mau terkena hipotermia, 'kan?" Ujar Gabriela.

Josephine tidak menyahut. Skye tahu dia sedang kalut, tapi entah untuk hal apa? Skye tahu Josephine sering kesal kepadanya, itu karena Josephine adalah seorang perfeksionis. Tapi, segila apapun kemarahan Josephine, dia tidak mungkin membiarkan kedua sahabatnya berjalan ditengah-tengah hujan salju tanpa sempat menggunakan hoodie.

Mistletoe [KYGO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang