Skye Allen hanyalah seorang pramusaji di sebuah restoran hotel. Dia adalah perempuan kota yang modern, sederhana dan menyenangkan. Bagi Skye, hidupnya sangat damai, tenang dan menyenangkan.
Sampai natal tiba.
Hanya karena Skye mulai khawatir akan or...
Skye berjalan menuju tempat kerjanya secepat yang ia bisa. Jam yang melingkar di tangannya menunjukkan angka pukul 01:50 PM menandakan ia harus segera sampai dalam kurun waktu 10 menit.
Skye adalah orang yang mudah cemas. Dan sangat gugup. Bahkan cenderung cengeng. Juga pesimis. Setidaknya dia tidak pernah menghina dirinya sendiri.
Beruntung saat itu natal. Jadi Skye tidak perlu berganti bus dua kali untuk sampai ke hotel. Di kota yang Skye tinggali, tanpa berganti bus untuk sampai ke tempat tujuan dengan jarak 35 kilometer adalah suatu hal yang mustahi--kecuali saat natal sampai tahun baru.
Bip!
Ponsel Skye berbunyi disakunya. Skye segera membuka pesan itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Skye menggeram.
"Tuhan, aku menyesal bekerja di hotel terbesar di kotaku. Tolong ampuni dosaku!"
Beruntung dia bisa tiba tepat pada waktunya. Skye segera melakukan finger print dan menuju lokernya.
"Hei, Skye!" seorang gadis berambut hitam legam dengan iris mata gelap menyapa Skye.
"Hei, Lea!" sahut Skye sambil tersenyum.
"Omong-omong, segeralah bersiap. Sebentar lagi kita akan briefing," ujar Lea basa-basi sambil memasang harnet dirambut tebalnya.
Lea Rondhuis adalah istri dari seorang milyarder terkaya di kota Skye, yaitu Nils Rondhuis. Dia berumur dua puluh lima tahun dan baru saja menikah beberapa minggu yang lalu. Skye sangat ingat dulu dia dengan Lea tidak seberapa dekat, hanya sebatas tahu saja. Tetapi semenjak Lea memintanya untuk menjadi pengiring pengantinnya, hubungan mereka semakin dekat. Lea dulu hanyalah seorang mahasiswi low budget yang makan sehari hanya sekali, namun sekarang dia telah berubah menjadi istri dari laki-laki paling dipuja.
"Bagaimana? Apa ada kemajuan?" Skye memasang name tag di baju apronnya.
Lea menghela napasnya. "Nils masih tidak mau menyentuhku. Padahal aku sudah menuruti semua saran, sampai-sampai aku malu sendiri. Dia bahkan tidak sudi melirikku yang hanya menggunakan lingerie, katanya kalau pakai itu bisa membuat terangsang. Apanya? Nils malah lebih tertarik dengan biografi Adolf Hitler. Betapa sialannya!"
Skye terkikik geli. Nils rupanya memiliki pertahanan yang sangat baik. Sedangkan Lea, disuguhi bisep saja sudah megap-megap.
"Ck, kapan kau menyusul? Kau sudah dua puluh empat, sudah pas untuk menikah."
Skye menutup lokernya dengan keras. "Kau tidak benar-benar bertanya, 'kan? Karena kalau kau bersungguh-sungguh, aku akan membencimu."
"Easy, girl!" Lea mengangkat kedua tangannya ke udara. "I'm just asking, Skye. Don't take it too serious."