Andai saja ada ember, Skye pasti sudah menggunakannya dikepala saat itu juga. Rupanya Tuhan tidak sudi mengabulkan doanya, mungkin Dia sedang tidak ingin baik kepada Skye karena dia sudah tidak pernah lagi beribadah.
Skye mencengkram erat kardusnya hingga buku-buku jarinya memutih tatkala Martin berhasil menyeretnya memasuki kedai terkutuk itu lagi.
Demi seribu kuda, lebih baik aku tersesat di Gurun Sahara daripada harus berada di satu tempat dengan Kygo!
Matanya bergegas mencari-cari Josephine ditengah keramaian yang sedang berlangsung. Tak butuh banyak waktu untuk menemukan rambut pirang milik pemakan kacang itu, Skye berhasil menemukannya berdiri memunggunginya dan sedang berbicara dengan seseorang.
"Kau mau memesan sesuatu, Skye?" tanya Martin yang berdiri disisinya, tangannya masih setia memegangi lengan kiri Skye.
"Tidak perlu Martin, terima kasih," tolaknya halus. Martin terbilang sangat ramah dan rendah hati, ditambah dengan wajah polos dan cengiran tanpa dosanya membuatnya semakin terkesan tidak tahu apa-apa.
"Sudah temukan temanmu?"
Skye mengangguk sembari menunjuk keberadaan Josephine dengan dagunya, "si pirang itu."
Mata jernih Martin berbinar, "tahu tidak, jika temanmu itu sedang berbicara dengan orang yang mau kutemui!" serunya.
Entah mengapa perasaan Skye semakin tak karuan, perutnya berkontraksi seperti ingin melahirkan. Asap menyembul keluar dari dalam mulutnya saat ia menghembuskan napasnya dengan pasrah.
Martin menggaet lengan Skye menuju keberadaan Josephine yang sedang berbincang dengan temannya.
Keduanya tidak menyadari keberadaan mereka, bahkan mereka tertawa dengan lepas hingga membuat Josephine membungkuk karena tawa.
Siapa sih yang dia ajak bicara? Skye mengernyit bingung.
Martin pun berdehem, sehingga membuat kedua orang yang tampak asik sendiri itu menghentikan tawanya.
"Hey, dude!" sapa Martin sambil mengangkat kedua tangannya ke udara.
Keduanya menoleh, Josephine dengan raut wajah kebingungan saat melihat Skye sedang bersama Martin, dan—
Holy cow!
Betapa mimpi buruknya menjadi nyata!
Skye mengumpat dengan seribu bahasa dalam hati tatkala matanya bersinggungan dengan mata light blue milik seseorang yang akhir-akhir ini mengisi otaknya.
Kygo tersenyum kecil kearah Skye.
Demi seribu kepiting yang berada di pantai! Rasa-rasanya Skye ingin menjedotkan kepala Kygo ke tembok saat ia melihat wajah menyebalkannya yang dipadukan dengan wajah sok polos.
"Kau," desis Skye penuh dendam. Matanya berkilat,sedangkan jarinya mengepal.
"Hai, Miss Allen!" sahut Kygo dengan seutas senyuman--seolah-olah mereka baru pertama kali bertemu.
Skye menggeram, "sedang apa kau disini?" sinisnya.
Kygo menyeruput minumannya sembari berkata, "minum coklat panas," sambil menunjukkan cangkirnya. Dia tersenyum.
"Enyahlah kau!" napas Skye terengah.
"Skye, tenanglah. Kau kenapa sih sedaritadi kuperhatikan kau seperti ingin mencekik Kygo hidup-hidup," ujar Josephine menengahi.
Skye melirik Josephine dengan tatapan maut, "bagaimana aku tidak ingin mencekiknya? Gara-gara dia aku dipecat! Andai saja kau tidak datang kesini, aku pasti tidak akan ditimpa sial!" dia menunjuk Kygo dengan telunjuknya yang runcing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistletoe [KYGO]
FanfictionSkye Allen hanyalah seorang pramusaji di sebuah restoran hotel. Dia adalah perempuan kota yang modern, sederhana dan menyenangkan. Bagi Skye, hidupnya sangat damai, tenang dan menyenangkan. Sampai natal tiba. Hanya karena Skye mulai khawatir akan or...