Kali ini, aku bukan cuma merasa jadi tikus got yang salah masuk rumah. "Jamuan makan sederhana" ala Roy ternyata bukan jamuan makan malam biasa. Sejak tadi pagi, aku ditemani dua orang karyawan wanita dari hotel yang sibuk memilihkan pakaian, sepatu dan perhiasan yang harus dikenakan. Roy sendiri sedang menjemput kedua orang tuanya, dan mengatur segala sesuatu yang diperlukan.
Beberapa tempat penyewaan gaun pesta rancangan desainer kondang tanah air juga sempat dikunjungi. Mereka memilih sebuah gaun krem keemasan yang panjangnya cocok untuk mengepel lantai. Gaun dengan bahu terbuka dan sedikit ketat di bagian atas, tapi cukup panjang dan lebar di bagian bawahnya.
Dengan lapisan brukat putih yang terlihat seperti lukisan, dan lapisan rok tutu yang mengembang ala pengantin, aku benar-benar merasa jadi boneka barbie. Apalagi ditambah stiletto yang mungkin tingginya lebih dari sepuluh sentimeter. Uh! Aku berdoa semoga tidak masuk angin setelah mengenakan gaun, dan wanti-wanti agar Irna membawakanku sendal jepit takut pegal.
Mulanya Papa memang terkejut mendengar acara makan malam dengan keluarga Roy. Irna juga sedikit kesal karena rencananya terlalu mendadak. Sementara Mama tetap menanggapi dengan tak acuh.
"Kamu sudah yakin dengan Roy, Key? Acara makan malam seperti ini biasanya untuk melamar, loh! Kamu tahu apa tentang Roy?" Papa hanya bisa geleng-geleng sambil merapikan jenggotya yang tak rata. "Remaja sekarang, nggak bisa liat jidat bening sedikit langsung lengket!"
"Apaan sih, Papa" seruku sewot. "Aku mau sama Roy bukan karena jidat beningnya aja, lagian dia keponakan Bu Waty, kok!"
"Tetep aja karena dia kinclong, Kak!" Irna menimpali. "Kalau tampang Roy kayak si Mas Min tukang soto itu juga Kakak mana mau!"
Papa dan Irna tertawa licik. Tapi saat Roy datang, Papa dan Irna tiba-tiba jadi anak manis yang cuma jawab iya, oke, tentu saja, silakan, dan salam!
Aku tahu, siapapun sulit menolak kharismanya. Apalagi setelah Papa mengetahui siapa sebenarnya Roy dengan pekerjaannya yang mapan dan janjinya untuk selalu menjagaku. Aku sendiri hanyut dengan kata-kata manisnya kalau tidak ingat dompet.
Tentu saja Papa tidak tahu kalau aku hanya kekasih bayaran. Aku juga tidak cerita pada Mey dan Vina, khawatir mereka akan terus mengganggu. Biar saja mereka melompat-lompat mengira itu semua sungguhan.
Setelah salon terkenal berhasil me-makeover-ku, gantian Mama dan Irna yang jadi boneka barbie edisi spesial. Lalu rombongan barbie ini memasuki gedung hotel yang esklusif.
Suara gembira Megan Trainor Wanna Be Me too berumandang dari ponsel. Roy pasti sudah menunggu sejak tadi.
"Sudah siap, Key?" Roy melongokkan kepalanya dari balik pintu lift. Aku mengangguk sambil sedikit merapikan rambut dan pakaian.
"Wow! Aku hampir nggak kenal!" pujinya.
Aku tersipu, satu-satunya masalahku sekarang adalah berjalan. Tentu saja! Dengan pakaian seperti ini, ditambah sepatu super tinggi, sama saja menyuruhku berjalan di atas tali ala pemain sirkus!
Aku tidak sempat melihat siapa yang menelepon, tapi kurasa itu bukan masalah. Kalau bukan Roy, pasti Mey atau Vina.
Mama, Papa, dan Irna melangkah di belakangku. Suara pintu lift yang membuka tiba-tiba saja membuat jantungku terjun bebas dan berdetak kencang. Sementara Roy menggandeng tanganku yang dingin menuju meja besar di tengah ruangan. Kuremas jemari Roy, berharap dia mengerti kalau aku sangat gugup, setidaknya aku ingin memindahkan sedikit kegugupanku padanya.
Beberapa pasang mata menatap kami dengan penuh keingin tahuan. Aku menunduk salah tingkah sampai mataku terasa berair. Berkali-kali kutarik napas dalam-dalam, hingga Roy ikut mengusap punggungku yang terbuka. Ups! Buknnya membantu, itu justru membuat sensasi lain dalam diriku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With The Prince (Completed On Platform KUBACA)
Chick-LitMemiliki keinginan dan impian itu bukan dosa. Tapi, untuk sebuah keinginan besar, tentu ada pengorbanan yang besar juga! Mendahulukan kepentingan orang banyak, serta mengorbankan diri demi kebahagiaan orang lain adalah salah satu jalan untuk mempero...