Part 3 : Cooking......START!!!!

29 2 0
                                    

"Nawati mendapat bahan dasar 'tahu', dan Putra 'kubis'. Bahan mereka itu benar-benar biasa, ya?"

Rio bergumam diantara penonton.

"Bukannya dengan begitu akan lebih mudah untuk menentukan menunya? Bahan itu bisa menjadi senjata ampuh."

Gilang menanggapi sembari menaikkan kacamatanya.

Sekarang ini kumpulan penonton lelaki itu sedang berkomentar dengan serunya mengenai keadaan pra-duel. Layaknya pakar dalam bidangnya, mereka membawa keadaan di sekitar bahkan lebih riuh lagi. Ada yang membicarakan siapa yang agaknya menjadi pemenang. Ada juga yang mengatakan masakan apa yang paling mungkin dibuat dengan bahan itu. Ada juga yang berkata apakah lelaki loyo itu bisa memasak. Maksudnya pasti aku.

"Baiklah, kalian akan diberi waktu sepuluh menit untuk menentukan menu dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan."

Suara Bu Maia memecah ruangan.

"...Semua tersedia disini, jadi jangan ragu-ragu." 

Dia berkata seolah mengenal tempat ini dengan baik. 

Benarkah anda pernah memasak disini? Ah, tidak. Benarkah anda bisa memasak?

"Waktu memasak yang diberikan mulai sembilan puluh menit setelah mengumpulkan bahan. Aturan selengkapnya akan dijelaskan nanti." tambah Bu Maia.

Aku mendekatkan mulutku sedikit ke arah telinga Fuyuki, agar omonganku tidak terdengar orang lain.

"Jadi, bagaimana denganmu?"

"Kyaah!!"

Fuyuki mengerang lucu. Ia melindungi telinganya dan menghindar seperti seekor kucing.

"E-eh?!"

"Kau ini...!! Bisa hentikan menggoda orang disaat seperti ini, tidak?" Bisiknya dengan nada kesal.

"Ma-maaf..."

Memang seberapa tegang kau saat ini?

Fuyuki terlalu berkonsentrasi sehingga menanggapi rangsangan kecil dari luar terlalu berlebihan. Reaksinya barusan menandakan bahwa dia sebenarnya begitu grogi sekarang. Kurasa tangannya juga sudah basah kuyup kali ini. Dalam kasus Fuyuki, yang salah disini tetaplah aku.

"Huff..." dia menghela pelan. 

"...Untuk itu... aku sekiranya sudah mendapat gambaran masakanku nantinya. Tapi melihat keadaan ini aku akan banyak berimprovisasi."

"Kau cukup yakin, huh?"

"Bukankah lebih baik mengkhawatirkan dirimu sendiri? Maksudku, benarkah lelaki sepertimu bisa memasak?"

"Ini bukan berarti aku tidak bisa memasak. Itu... yah... Kau tahu, aku tidak begitu yakin dengan semua itu. "

"Dasar pengecut, setidaknya bawalah harga dirimu ke tempat ini. Atau kau tidak akan kuampuni."

"..."

Celaan Fuyuki mengakhiri percakapan berbisik kami. Aku tidak lagi menanggapinya.

Aku menyadari tatapan aneh dari Ira di belakangku. Diantara kerumunan orang, dia menatap sendu. Mungkin dia ingin mengatakan "Apakah kalian akan baik-baik saja?". Atau bisa juga hal yang lain. Tapi yang jelas perasaan aneh menjalar di belakang leherku setelah ditatap Ira. Apa-apaan sensasi barusan itu?!

Aku mundur beberapa langkah dari Fuyuki. Di hadapanku terlihat punggung Fuyuki yang penuh ketegaran. Melihat kokohnya tekad gadis ini entah kenapa aku memikirkan sesuatu yang tidak asing.

Side Story : Kami Bertarung Bersama?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang