Part 14: Penilaian Terakhir

9 1 1
                                    

Cabbage Roll Vs Mushroom Risotto. Cita rasa Jepang melawan Italia.

Berbeda dengan kloter pertama, dimana dua gadis itu menggunakan makanan bergaya Asia Tenggara. Kami melakukan hal yang berbeda dengan menarungkan masakan benua Timur dan Barat. Seperti lelucon pada perang dunia. Sayangnya kita kembali ke politik luar negeri bebas aktif setelah revolusi orde baru.

"Hehehe..." sebuah tawa lelaki memasukiku.

"Kenapa?"

Aku menoleh kesal.

"Aku tidak tahu kau coba melakukan apa, tapi risotto itu tidak wajar bagi lidah lokal." Putra berkata sambil mendekatiku.

"Apa maksudmu? Lidah Bu Maia menerimanya."

Putra menggeleng. "Itu terlalu berat untuk dua yang lain, mungkin kak Nayla terlihat penasaran dengan hidanganmu, tapi dia yang biasa memasak masakan khas pasti berpikir sebaliknya dari si guru pembimbing."

"Aku tidak masalah dengan itu. Setidaknya dengan ini posisi kami aman sekali."

Pertandingan ini akan berakhir seri, itu maksudku. Tapi lebih dari itu—

"Juga, Putra... kau tahu," lirikanku mengarah pasti, "sejak awal ini bukan pertandingan yang adil."

"Haha, lucu juga caramu bilang—"

"Tidak, aku serius."

Putra yang kata-katanya terpotong tampak kesal. Ia menatapku, lebih geram dari sebelumnya.

"Kata 'adil' tidak akan ada jika sejak awal pertandingan kau bisa memilih lawanmu. Tapi, logika ini juga berlaku pada 'juri'."

"Tentu saja Juri bisa memilih masakan yang mana. Itu yang menentukan pertandingan ini, kan? Pilihan juri. Apa kau berusaha mengoceh hal yang tidak jelas lagi, Riki?"

Napasku terbuang sia-sia.

"Sampai situ saja. Kurasa tidak apa-apa." kataku mengakhiri percakapan.

Selanjutnya aku hanya memperhatikan gerak-gerik tiga wanita di balik meja. Mereka sebelumnya diam sesaat. Setelah member isyarat dengan lirikan satu sama lain, mereka mengangguk setuju. Kelihatannya ini suara bulat mereka.

"Baiklah, kami akan memulai membandingkan kedua masakan ini!" bu Maia meninggikan suara.

"Sebelum itu," kataku sambil mengangkat tangan.

Semua perhatian menuju padaku.

"Aku memang belum tahu apakah aku atau Putra yang menang. Tapi... dengan hasil begini..."

Bu Maia termanggut, mengerti maksudku dalam satu tegukan. "Aku paham itu. Aku yakin penilaan kali ini pasti memenuhi harapanmu. Dari kali terakhir kau memang tidak ditakdirkan untuk bersinggungan di panggung ini."

Apa ia benar-benar mengejekku?

"U-uh... baiklah, tolong penilaiannya." Senyum masam tampak di wajahku.

Dengan itu sudah terkonfirmasi, ini benar-benar sesuai perkiraanku.


*****


"Risotto, hidangan khas Italia, berwujud masakan nasi yang diubah hingga seperti krim, umum disajikan di restoran di Italia sebagai makanan pembuka. Makanan itu populer di seluruh dunia sebagai salah satu makanan terenak dari Italia."

Gilang, sang ketua kelas, sedang bergumam di balik beberapa orang. Sekarang ini dia tidak dikerumuni seperti tadi, jadi tidak ada salahnya bagi dia bicara sendiri begitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Side Story : Kami Bertarung Bersama?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang