Masa Lalu

11 2 2
                                    

"Jadi sebenarnya dia sudah tau kau???" Tanya Bayu dengan tenang sambil menatap Gerry.

"Ya, karena dia kami bisa di sini." Gerry menjawab dengan santai.

"Bahkan, Tn. Devian juga???"

"Jangan panggil aku Tn. Devian. Panggil Devian saja." Devian memberi tahu.

"Ooooo, memangnya apa yang dia lakukan kepada kalian???" Kali ini otak Bayu dipenuhi pertanyaan.

"Kita adalah korban penculikan, dulu, Gerry dan aku bersebelahan selnya. Di sana kita di latih, di berikan makanan yang sama sekali kami tidak tahu, dan ketika kita salah, hadiah pukulan yang kita terima." Devian menjelaskan dengan santai.

"Yang melakukannya adalah Paman nya Diki. Bukan ayahnya. Ayahnya Diki dan Ayahmu adalah partner. Dan ketika ayahnya Diki memberi tahu ayahmu tentang culik menculik, langsung saja ayahmu mengirim agen terbaiknya, untuk mengumpulkan bukti bukti. Tetapi sayang, dia tewas ketika ingin kembali membawa bukti." Gerry menjelaskan secara detail ke Bayu.

"Jadi, Pak Diki adalah orang jahat???" Kini Adam berbicara.

"entah apa yang dia pikirkan, dia mengikuti pamannya, padahal, jika dia mengikuti ayahnya, dia bisa mendapatkan lebih dari yang sekarang." Gerry menjelaskan kepada Adam dan Bayu.

"oh iya, aku punya pertanyaan, memangnya, apa bukti yang dibawa agen terbaik ayahnya Bayu???" Adam kembali melontarkan pertanyaan.

"Buktinya??? Kita adalah buktinya. Aku dan Gerry adalah buktinya." Devian memberi tahu Bayu dengan nada seperti kejutan.

"Hah??? Apa maksudmu???" Bayu bertanya dengan nada sedikit kencang.

"Hei, santailah dulu. Sabar. Gerry akan menceritakannya. Dulu dia yang mengajaku untuk kabur. Entah pakai cara apa." Devian dengan nada cepat menjawab pertanyaan Gerry.

"Hmmmmm, jadi begini ceritanya...

6 tahun yang lalu...

Ruangan sempit, gelap, bau dan ada beberapa pengawas sedang berdiri di depannya. Dengan sebuah alat yang di pegang oleh 2 tangan dan berbentuk huruf 't' yang dirotasikan 90° searah jarum jam, menambah kesan suran dalam ruangan ini.

Pencahayaan yang minim, dan beberapa bau busuk sangat tercium disini. Entah darimana asalnya, jika ini sebuah kamp penyiksaan, sudah jelas bau busuk ini berasal dari manusia manusia yang membusuk. Selain itu, ruangan yang di buat sempit menambah kesan negatif. Dengan desain polos dan beberapa cat yang terkelupas, sudah di pastikan ini sudah sangat tua dan lama.

Para penjaga yang berganti rutin dan selalu berbentuk pola untuk masalah pergantian penjaga. Mungkin mereka tidak menyadari jika melakukan sebuah kegiatan secara monoton pasti akan membuka kesempatan mendapat kesalahan lebih besar.

Setiap jam 5 sore dan jam 5 pagi, akan terjadi pembebasan sementara. Semua 'tahanan' akan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kebersihan.

Namun dibalik semua penderitaan itu, secercah cahaya datang menyinari jalan buntuku. Kaget, tidak percaya, heran, bingung, takut, senang di campur menjadi satu. Perpaduan nikmat untuk seorang yang yang mendapat kesempatan dua kali 'hidup'.

Berpakaian seperti mereka para bos. Orang ini terlihat berbeda. Beberapa menggunakan Kacamata untuk melindungi diri dari calon monster. Tetapi, baru pertama kali ada seseorang yang tidak menggunakan kacamata untuk melihatku.

Penampilan yang elegan, berjiwa muda dan inovatif membuatku sedikit sedikit menjadi percaya. Semoga dengan usaha sedikit ini dapat menjadi hasil yang tidak ada nilainya. Jika kita melihat latar belakang yang dia ceritakan, hidupnya lebih parah dibandingkan aku. Terlahir tanpa sentuhan pemerintah, keluarga yang sangat jauh dari kata mampu.

Namun, itu hanya sehari, selanjutnya seseorang tersebut pergi. Entah kenapa. Beberapa penjaga membicarakan tentang kunjungan. Entah kunjungan apa yang mereka bicarakan. Mereka menggunakan bahasa asing. Sulit dimengerti. Dan ketika aku sedang memperhatikan nya, mereka menengok kepadaku. Kaget.

"Kau beruntung." Ucap penjaga yang di sebelah kiriku.

"Apa maksudmu dari beruntung."

"Dia menginginkan dirinu Gerry." Ucap seseorang yang berada di sebelah sel ku.

"Hei, diam kau Devian." Ucap penjaga yang berada di sebelah kananku.

"Kau berbakat, mungkin dia sudah melihat bakatmu. Tetapi yang terpenting, apakah bos para penjaga ini mau membiarkan satu calon bidaknya hilang??? Aku pikir itu sangat kecil kemungkinannya."

"Hei kamu, sudah kubilang hentikan omong kosongmu." Kini penjaga di sebelah kanan terfokus pada Devian.

"Bagaimana dengan kau???"

"Hahahahahahahahaha, kalian pikir kalian akan bebas??? Kenapa kalian menginginkan kebebasan disini sudah nyaman kan???" Tiba tiba muncul seseorang bermuka jahat. Mata nya menatap tajam seperti silet ke araku.

"Kebebasan adalah hak seseorang." Devian mengucapkan kalimat itu dengan datar.

"Hahahaahahahahah, di sini, hak kalian, para pecundang, telah dirampas. Jika kalian menginginkan nya kembali, mengabdilah kepadaku."

"Untuk apa bekerja kepada sebuah seseorang berkepala kosong." Kini Devian mencoba membuat emosi si Misterius.

"Hei, diam kau. Mau di setrum kamu???" Kini penjaga sebelah kanan sudah kehabisan kesabaran, hingga dia mengancam menyetrum Devian.

"Hei hei, sudah. Aku senang, kau bisa memancing amarah. Tetapi, itu kurang 'mematikan' bagiku."

"Silahkan menyombongkan dirimu, dan untuk Gerry, semoga kau bebas, aku tidak berminat berbicara dengan mereka." Sepertinya Devian ingin keluar dari pembicaraan.

"Hahahaahhahahahaha, tadi kau optimis Gerry tidak akan keluar, dan sekarang???"

"Apa salah nya berharap."

Karena sudah cukup berbicara, akhirnya Devian diam. Dia tidak melakukan perkataan yang membuat si misterius ini terpicu. Karena Devian sudah diam, si misterius merasa bosan, akhirnya pergi. Para penjaga yang dari tadi cuma menonton kini berjaga kembali. Akhirnya suasana kembali seperti biasa. Sunyi.

Dengan tubuh tegap, sepertinya dia adalah bosnya. Berpakaian layaknya orang penting. Rambut yang klimis, jas, celana polos dan sepatu kulit. Jam tangan emas dipakainya pada pergelangan tangannya. Berpakaian serba mahal hanya untuk melihat penjara.

Seperinya Devian sudah tahu sebelumnya. Dia sengaja membuat seorang bos kesal. Sepertinya dia hanya iseng saja. Entah apa yang dipikirkannya pria yg sama misteriusnya dengan si Misterius.

Memiliki hal yang sama dengan si Misterius tidak membuat Devian merasa risau. Malah sebaliknya. Dia bangga dengan kesamaan si Misterius atau pelaku yang menculik dia. Cara berfikirnya yang unik kadang kadang susah dipahami bagi yang belum terbiasa.

Ketika Gerry sedang melamun sambil menatap langit langit, tiba tiba terdengar suatu ledakan dari luar. Gerry, Devaian dan dua penjaga terkejut. Dan tidak lama setelah suara ledakan itu, terdengar bunyi alarm dan shrine. Dua penjaga kini dalam keadaan waspada. Salah satu dari mereka memeriksa bagian luar. Nihil.

"Hmmmm, sepertinya negoisasi gagal. Salah satu pihak sepertinga sedang mencoba memaksa. Hei Gerry, perisiapkan dirimu." Kini Devian bangkit, dan kembali bersemangat.

Setelah berkata sepeti itu, ada seseorang berjaket kulit mendekat. Dengan cerutu yang berada di tangan kiri, dan di tangan sebelah kanan terdapat postol thyphon. Penjaga yang kaget, langsung membuat kuda kuda bersiap menembak, tetapi itu percuma, pergerakan tangan dan peluru dari pria berjaket kulit ini lebih cepat. Dua penjaga tergeletak. Dengan santai dia bergerak ke Gerry.

"Hmmmmm, tempat yang buruk untuk orang yang berpotensi." Ucap pria berjaket kulit.

"What the.... bagaimana kau bisa kesini." Ucap Gerry kepada pria berjaket kulit.

"Siapa dia Gerry???" Devian terkejut ketika Gerry berbicara dengan kencang kepada orang asing tersebut.

"Dia adalah orang yang menginginkanku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

In Your MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang