Pelarian

8 1 0
                                    

   Beberapa karyawan jalan dengan tenang. Kami pun ikut tenang. Lift tidak di gunakan dan tangga darurat kini ramai. Dengan ramainya tangga darurat membuat penyamaran kami semakin sempurna. Aku berbisik pada Bayu agar cepat turun ke tempat parkir. Aku meyakinkan dia.

   Di tempat parkir aku mencari bagian D-8. Dan, ketemu juga. Sebuah mobil sport sedang terparkir disana. Waw. Aku langsung mengambil kunci di saku celana. Membuka pintu mobil. Dan mempersilahkan Bayu masuk.

   "Bagaimana kau bisa dapat mobil???" Bayu bertanya.
   "Aku bertemu dengan seseorang ketika di toilet. Dia berkata, 'selamatkan dirimu, ini di D-8.' Aku bingung. D-8??? Apa itu. Dan aku baru sada kalo itu nomor tempat parkir."
   "Baguslah. Dan sejak kapan kamu bisa menyetir."
   "Itu bukan masalah, tetapi didepan ada masalah."

   Ku lihat ada pemeriksaan sebelun keluar. Haduh, bisa gawat nih. Kebakaran begini kok ada pemeriksaan. Aneh saja.

   "Ini pakai ini, jadilah seperti dia." Aku memberikan kartu nama pada Bayu.
   "Darimana kau tahu???" Bayu bertanya
   "Entah, tetapi dari tanda pengenalnya tidak ada fotonya, disitu ada barcodenya nggak???"
   "Hmmm... nggak, nggak ada."
   "Bagus, coba cari lagi, kita putar putar saja dulu."
   "Nggak usah, udah gak ada lagi."
   "Ya sudah."

   Di tempat pemeriksaan kami hanya di tanya tanya saja. Para petugas hanya meminta untuk dibuka bagasi mobil. Dan hasilnya kosong. Nggak ada. Dan setelah itu kami keluar gedung tanpa diketahui menggunakan mobil sport. Okelah.

   Berapa detik setelah keluar dari gedung, ada panggilan dari dalam mobil. Bayu mencari sumber bunyinya, tetapi nihil. Di bagian dashbard mobil terdapat layar yanh besarnya kurang lebih 8 inch -Entah layar apa itu Mungkin orang iseng pengen nonton tv. Bayu yang dari tadi mencari akhirnya kebingungan. Tanpa ia sadari ia menyentuh layar tersebut dan ternyata panggilan dari situ.

   "Kalian berhasil. Tolong pergi ke jalan Rrugë, dan carilah tempat makan Non Jan." Kata seseorang yang terdapat pada layar.
   "Hey, siapa kau???" Bayu terlihat kesal dan penasaran.

Tetapi telepon sudah ditutup.

   "Ahhhh... kenapa juga kita nurutin dia. Apa jangan jangan mau memberi jus lagi???" Bayu bertanya.
   "Entahlah, yang penting sekarang, apakah kamu tau jalan Rrugë???"
   "Ya, lurus saja nanti belok kiri lurus terus terus terus terus, ketemu."
   "Area pelabuhan???"
   "Sebelumnya... disitu tempat mobil mobil seperti ini tinggal."
   "Orang kaya???"
   "Seperti itulah."

   Setelah mengikuti arahan Bayu, ketemu juga jalan Rrugë. Mobil mewah dimana mana. Orang kaya dimana mana. Perhiasan dimana mana. Yang menjadi pertanyaan darimana Bayu tahu. Biasanya dia hanya mengurusi hal yang ada sangkut paut dengan dia. Okelah, mungkin ini pertama kalinya dia memperhatikan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dia.

   Jalan Rrugë, jalan orang kaya. Banyak restoran, cafe, bar, dll. Pokoknya yang berbau orang kaya (baca:sultan) ada di sini. Tidak heran, mobil mobil mewah banyak mangkir di pinggir jalan.

   Setelah menyetir beberapa menit, tanganku rasanya capek. Menit ke menit, rasa kantuk menghampiri. Aku mencoba mencari hiburan. Aku pencet lagi layar 8 inch, berharap ada gambar atau siaran televisi hari ini. Dan, waw. Bener. Itu televisi.

   Aku mencari saluran yang menayangkan berita hari ini. Dan benar saja, insiden alarm 'palsu' masuk dalam berita. Dengan ditampilkan nya rekaman cctv membuatku hampir terekspos.

   "Hampir saja kau Dam."
   "Ya, mungkin sekarang mereka sedang kesal. Tidak menemukan mukaku dan mukamu. Jadi ngga ada bukti."
   "Bagaimana kamu tau???"
   "Gampang, kenapa kita harus berbaur di kerumunan??? Agar kita tidak ketahuan. Dengan banyaknya karyawan yang berada di tangga darurat, kita lebih mudah lolos."
   "Hmmm... oke juga."

   Reporter terus memberikan laporannya. Dia menjelaskan ini itu yang sama sekali nggak nyambung. Terlihat susana di luar mulai sepi, beberapa karyawan yang tertipu terlihat kembali masuk ke kantornya. Sedangakan beberapa mereka yang tidak terlalu serius dalam bekerja malah ngumpul, ngerumpi.

   Tempat makan atau bahasa kerennya restoran yang bernama Non Jan masih belum terlihat. Mungkin kurang terkenal disini. Mungkin juga letaknya yang kurang strategis. Akhirnya, penantian lama berbuah hasil. Ketemu.

Tetapi, kali ini aku merasakan hawa aneh.

In Your MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang