"Halmeoni, mengapa halmeoni suka sekali mendengarkan radio?" tanya Hye-Rin kecil yang sedang duduk di pangkuan neneknya. Kepala mungil dengan dua kuncir di kanan kirinya itu mendongak menatap sang nenek. Mulutnya membentuk huruf O penasaran.
"Agar halmeoni tidak kesepian," jawab halmeoni . Gurat keriput mulai muncul di tangannya yang sedang membelai pelan poni cucu semata wayangnya itu.
"Memangnya halmeoni kesepian? Kan ada aku, ada Appa."
"Dulu, sebelum Appa-mu lahir, halmeoni sering sendiri di rumah karena harabeoji pergi bekerja."
Hye-Rin memiringkan kepala. Matanya membulat. Terlihat antusias mendengarkan cerita neneknya.
"Suatu hari, Harabeoji membelikan halmeoni sebuah radio. Saat itu, penghasilan harabeoji belum mampu untuk membeli televisi. Harabeoji berkata pada Halmeoni, 'Yobo, dengarkan radio ketika aku sedang tidak ada di rumah. Dengan begitu, kau tidak akan kesepian. Orang-orang radio itu pandai menghibur. Kau pasti senang.'"
Halmeoni menghela napas sejenak, kemudian kembali melanjutkan ceritanya.
"Orang-orang yang bekerja di radio itu sangat mulia. Bayangkan, mereka bekerja untuk menghibur orang. Memutar lagu-lagu bagus untuk didengar orang seantero negeri. Mengajak bicara orang-orang yang kesepian. Menemani orang-orang yang sendirian."
Hye-Rin kecil bangkit dari pangkuan. Ia berlutut sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher sang nenek. Wajah gadis kecil itu berubah serius. "Halmeoni, aku ingin bekerja di radio. Aku ingin menghibur orang agar tidak kesepian,"
Halmeoni tertawa bahagia. "Hye-Rin-aaa, kesayanganku." Wanita tua itu memeluk erat cucu yang paling disayanginya.
***
"Bagaimana ini? Aku sudah terlambat hampir satu jam?? Aku tidak berani masuk," seloroh Hye-Rin yang sedang diserang kepanikan. Sambil mondar-mandir di depan gedung VBS tempat ia akan melangsungkan magang di hari pertamanya, ia menelepon Yoon-Si.
"Kau sih, sudah tahu hari pertama kerja, malah begadang," jawab Yoon-Si asal dari seberang.
"Begadang kepalamu!" seru Hye-Rin. "Kalau bukan karena ada hantu di apartemenmu aku tidak akan kesiangan. Aku tidak bisa tidur karena ketakutan!"
"Ya, Hye-Rin-a, kau tahu tidak, di dekat butik baru ibuku, ada kedai kopi enak sekali! Baristanya tampaaan! Aku baru saja membeli kopi di sini. Kau harus ke sini denganku kapan-kapan! Nama kedainya Mansonia."
"Ya!! Kau tidak mendengarkanku?!!"
"Ya!!" Yoon-Si balas berteriak. "Kau tahu tidak? Kepanikanmu berlebihan. Lebih baik kau masuk sekarang ke gedung itu. Semakin lama kau panik tanpa alasan, semakin terlambat kau datang, Pabo!"
"Ya, Yoon-Si-ya!! Aissh," Hye-Rin menggeram kesal karena Yoon-Si memutus sambungan telepon begitu saja. Lalu sebisa mungkin Hye-Rin menenangkan diri, mengabaikan rasa paniknya dan bergegas memasuki gedung VBS.
Setelah menyerahkan id card dan bertanya pada resepsionis di lobi gedung, Hye-Rin segera menuju lantai 3 untuk memasuki kantor manajemen VBS. Lift gedung sedang rusak mau tidak mau ia harus menaiki tangga untuk mencapai ke sana. Dengan berlari-lari menaiki tangga ia mencoba merapikan diri. Tidak lucu kalau mereka semua akan semakin membencinya karena penampilannya yang asal.
Semalam setelah mendengar bunyi-bunyi aneh dari radio milik Halmeoni di kamarnya, Hye-Rin mengungsi ke kamar Yoon-Si. Tapi selanjutnya ia malah tidak bisa tidur karena merinding dan ketakutan. Matanya baru benar-benar berat dan tidak kuat lagi menahan kantuk ketika matahari mulai muncul. Dan Hye-Rin baru terbangun di pukul 8 ketika seharusnya ia datang ke kantor VBS pukul 8 juga!
Saat ia sampai di kantor VBS, seseorang memberitahunya bahwa seluruh karyawan masih mengikuti briefing pagi. Hye-Rin bisa bernapas lega. Setidaknya ia tidak harus langsung berhadapan dengan seseorang yang bisa saja mengomelinya. Ia masih memiliki sedikit waktu untuk mengatur napas lebih dulu dan menyusun alasan yang tepat tentang keterlambatannya. Tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya pada mereka bahwa ia bangun kesiangan karena tidak bisa tidur setelah dihantui oleh radio tua. Konyol.
Sembari menunggu hingga briefing selesai, Hye-Rin hanya duduk-duduk santai di sofa di depan ruang meeting. Tak banyak yang bisa ia lakukan karena semua orang yang ada di sana tampak sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Walaupun baru beberapa menit, gadis itu sudah merasa bosan. Ia melangkah mendekati ruang meeting yang berdinding kaca. Meski ditutupi oleh gorden yang mengelilingi hampir seluruh ruangan, masih ada sedikit celah untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Hye-Rin yang penasaran mengintip melalui celah tersebut.
Lima orang. Hye-Rin tidak tahu berapa orang yang ada di dalam sana karena hanya lima orang yang bisa dilihatnya. Tiga di antaranya menghadap ke depan sehingga Hye-Rin hanya bisa melihat punggung mereka. Dan satu orang lagi terlihat dari samping. Tetapi Hye-Rin bisa melihat dengan jelas orang yang sedang berbicara di depan ruangan.
"Wah, dia memang setampan seperti yang dibicarakan," gumam Hye-Rin saat mengenali bahwa orang itu adalah Kang Chul-Min, produser VBS, yang juga penyiar favorit Hye-Rin. Hye-Rin semakin bersemangat menunggu briefing selesai dan bertemu dengan Kang Chul-Min. Rasa-rasanya ia lupa resiko kena tegur karena keterlambatannya.
Sepuluh menit berlalu dan briefing telah selesai. Saat orang-orang mulai keluar dari ruang briefing, Hye-Rin mulai bersiap-siap untuk menemui mereka. Ia bertanya pada salah satu karyawan yang sudah keluar dari ruangan, ke mana seharusnya karyawan magang melapor.
"Ah, kau karyawan magang yang terlambat itu ya? Semua sudah menunggumu sedari tadi. Masuk saja, dan hati-hati, PD Kim akan memakanmu, dia sudah senewen dari tadi karena menunggumu!" jawab karyawan itu untuk menakuti Hye-Rin.
Hye-Rin mengernyit, "PD Kim?" Ia lantas menggelengkan kepala dan bergegas masuk. Karena gugup ia hampir saja mendobrak pintu ruangan meeting itu.
"Annyeonghasimnika, juiseonghamnida, aku terlambat!" serunya sambil membungkuk dalam-dalam. Setelah itu ia menegakkan kembali tubuhnya dan memberikan senyum terbaiknya, berharap senyuman itu bisa meluluhkan senior-senior yang ada di sana dan memaafkan keterlambatannya.
Mendadak ia jadi kikuk karena semua orang di dalam ruangan itu menatap ke arahnya. Di saat yang sama, Hye-Rin mengenali seseorang. Ia berdiri kaku sambil menatap lurus ke arahnya, memberikan wajah yang sama yang pernah Hye-Rin lihat sebelumnya. Sorotan mata yang pernah Hye-Rin puja, tapi sekaligus ingin ia lupakan. Semua orang di dalam ruangan itu membalas sapaannya kecuali dia. Segalanya di sekitar Hye-Rin mendadak samar, karena ketika Hye-Rin menatap lelaki itu, yang terlihat jelas adalah bayangan luka lama.
Bibir Hye-Rin bergetar. "Seo-Seong-Joon Oppa," sebutnya.
Amarah dan rasa sakit yang telah lama berhasil dilupakannya, perlahan-lahan muncul kembali mengambil alih ketenangan hatinya selama ini.
***
Mianhae......
Maaf bangeeet karena saya telat banget update draft Radio's Heart (^^)' Sekarang sedang berusaha banget untuk mengejar ketinggalan dari series yang lain.
Jangan lupa vote dan komen kalau kalian suka dengan kelanjutan kisah Hye-Rin dan Seong-Joon ini.
Jangan lupa juga buat baca dan ikuti series memento lainnya di HandiNamire99 piadevina AsmiraFhea dan dhamalashobita ^^
Love, Lia ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RADIO'S HEART (Memento Series #4) SUDAH TERBIT
General FictionHai! Ada kabar baik yang pengen banget saya share ke kalian semua. Masih ingat kan kalian dengan Memento Series yang dulu pernah saya publish di sini?? Yha~~~ maklum kalau pada lupa kok, karena emang udah berdebu banget ini cerita gara-gara nggak p...