chap 10

1.4K 187 14
                                    

"Hadiah untuk penggemarku," sahut Kim Taehyung sambil memandang Kookie sebentar, lalu kembali menatap ke depan. "Untuk di bagikan dalam acara jumpa penggemar Sabtu nanti."

"Untuk semua orang?"

"Tidak, hanya untuk beberapa orang yang terpilih."

"Oh." Kookie mengangguk-angguk. "Kenapa kau baik sekali? Ku kira artis tidak membeli sendiri hadiah untuk penggemarnya. Ku pikir hal-hal semacam itu di urus orang lain."

"Aku lebih suka membelinya sendiri. Karena kebetulan kau tidak sibuk, kau bisa membantuku."

Kookie menoleh cepat. "Hei, siapa bilang aku tidak sibuk? Dua jam lagi aku harus menemui Mister Lee. Lagi pula menurut perjanjian, kita hanya akan berfoto bersama. Tidak pernah disebut-sebut soal aku harus menemani atau membantumu mengerjakan apa pun."

"Bukankah sejak awal sudah kukatakan, kita anggap saja kesepakatan ini sama dengan aku menawarkan pekerjaan untukmu. Kau tidak menolak. Jadi intinya, kau sekarang bekerja untukku. Bukankah begitu?" kata Taehyung sambil tersenyum. "Soal Mister Lee-mu itu, tidak usah cemas. Kau akan bisa menemuinya tepat waktu. Sudah kubilang aku tidak akan mengganggu pekerjaanmu di sana."

Kookie merasa tidak perlu memberitahu Kim Taehyung bahwa ia tadi bersama Park Jimin. Bagaimanapun, masalahnya dengan Park Jimin adalah masalah pribadi yang tidak ada hubungannya dengan Kim Taehyung maupun Kim Seokjin. Di tambah lagi kenyataan bahwa pertemuan dengan Park Jimin tadi hanyalah perbincangan singkat tanpa arti khusus.

Kim Taehyung memberhentikan mobil di depan toko pakaian yang kelihatan mewah di Apgujeong-dong, salah satu kawasan paling trendi di Seoul, di penuhi restoran kelas atas dan toko pakaian dari para desainer terkenal. Kookie tahu toko itu karena ia sering melewatinya. Kadang-kadang ia berhenti dan mengagumi pakaian yang di pajang di etalasenya, tapi tidak pernah sekali pun ia menapakkan kakinya di dalam toko itu. Ia tidak perlu masuk ke toko itu untuk tahu bahwa harga barang yang di jual di toko itu pasti mahal, sama seperti butik Mister Lee. Ia lebih suka berbelanja di di Myeong-dong yang sering di sebut Ginza-nya Seoul, salah satu kawasan perbelanjaan yang populer. Harga barang-barang di Myeong-dong memang tidak jauh berbeda dengan harga barang di Apgujeong-dong, tapi Kookie merasa lebih nyaman karena sudah terbiasa berbelanja di sana.

Kookie mencondongkan badan dan mengamati bangunan itu. "Hei, kau mau masuk ke sana? Memangnya tidak apa-apa kalau kau di kenali orang? Lalu aku bagaimana? Aku tidak ingin terlihat bersamamu."

Kim Taehyung melepaskan sabuk pengamannya dan mendesah. Ia menatap Kookie dengan kening berkerut, lalu berkata, "Aku ini bukan narapidana yang tidak boleh ke mana-mana. Lagi pula apa gunanya jadi artis kalau tidak ingin di kenal orang?"

Kookie masih tidak berniat melepas sabuk pengamannya. "Oh, begitu? Kau merasa senang kalau orang-orang mengenalimu, jadi histeris, lalu jatuh pingsan di hadapnmu?"

"Orang-orang tidak akan pingsan begitu melihatku," kata Kim Taehyung. "Kau tenang saja. Aku kenal pemilik toko ini. Dia tidak akan banyak bertanya. Aku sering ke sini dengan staf manajemenku. Soal dirimu... anggap saja kau salah satu anggota stafku."

Kim Taehyung membuka pintu, lalu mulai beranjak dari kursi ketika ia berhenti dan menoleh ke arah Kookie lagi. "Tunggu dulu. Kau kan memang anggota stafku. Kau kan bekerja untukku, bukan? Ayo, turun."

Kookie mengangkat bahu, melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil.
.
.
.
.
"Sebenarnya kau ingin beli apa?" tanya Kookie bingung. Ia melihat-lihat barang-barang yang di jual di toko itu dan ia benar, harganya sama sekali tidak murah.

"Entahlah, aku belum tahu," jawab Kim Taehyung sambil melepas kacamata gelapnya. "Bagaimana kalau kau saja yang pilih. Ayo, kita naik."

"Hei, Kim Taehyung!"

From a Lie•vk (gs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang