The Offer

9 0 0
                                    

"So how is Faisal" perjalananku ke meja editor terhenti, saat berbalik gue menemukan Mbak Ranti, senior produser sport news mendatangiku sambil tersenyum. Sambil merebut gorengan yang dibawanya, gue langsung menceritakan segala sepak terjang si Faisal pagi ini. "Gila ya tuh faisal, masa gue tanya apa dijawab pake bahasa inggris, yang bener aja. Emang mau nunjukin kalo dia bisa gitu yah pake bahasa inggris? Lagian kapan si ferdy masuk, gue malas nie liputan bola bersaing sama cabe-cabean. Mendingan juga liputan basket atau angkat besi" lanjutku sambil mengunyah bakwan langganan depan kantor. 

"Sab sab, dikasih liputan asyik kok malah bete. Lagian sepakbola itu penghasil rating utama lho" Mbak Ranti terus berjalan menuju meja kerjanya dan gue terus mengikuti di belakang. Mbak Ranti itu cantik manis, usianya 5 tahun diatas gue, belum menikah juga namun menikmati hidupnya menjadi wartawan olahraga yang setahun bisa 5x liputan ke Luar Negri, dia sudah pernah liputan Olimpiade, Piala Dunia dan Piala Eropa. Sementara gue baru koleksi id card Sea Games. 

She is beautiful but she still single. She is smart and yet talented tapi tetap melajang. Jadi sebenarnya cantik dan menarik bukan syarat utama menemukan cinta? Tapi gimana mau cinta kalo nengok kedua aja ga pernah. 

"Kenapa bengong?" Mbak Ranti beralih memandangiku yang masih berdiri sambil memegang bakwan. "Gpp cuma si Faisal tadi nolak wawancara gue dan lebih milih ngobrol sama Dea, itu si presenter KTV yang baru, yang kalo bawain acara olahraga pake baju ala-ala pesta mbak. Ya jelaslah aku kalah. Bukan tampang WAGs si akunya" Mbak Ranti makin ngakak dengar penjelasanku. 

Sambil mencomot tahu goreng di mejanya, gue memandangi Mbak Ranti "Mbak kenapa masih single sih?" Wajahnya nampak terkejut langsung memukul gue dengan gulungan naskah didepannya. "Ih nanya ga kira-kira, single itu pilihan bukan kutukan. Gue single bukan karena ga mau nikah tapi karena belum ada calon potensial aja. Menikah bukan hanya soal dua orang tapi juga menyatukan dua keluarga" Gue semakin terpana sama Mbak Ranti. "Udah sana buat berita, jangan lupa masukin juga detail kedatangan Arego Sanchez di Bali yah, kita bakal ada liputan khususnya lho"

Gue beranjak meninggalkan meja kerja mbak Ranti. Sejenak aku berhenti dan memperhatikan divisi sport yang membawahi setidaknya 5 reporter dan 3 produser. Mereka yang sejak awal mengasahku mencari berita, mengisi suara dengan baik dan juga menerimaku menjadi bagian penting dalam hidup mereka. Disini aku tidak hanya sekadar bekerja, namun seakan aku juga punya keluarga. 

"Arego Sanchez datang ke Bali" gumanku. 

Gue segera duduk di kubikel ku yang hanya berjarak 10 langkah dari meja Mbak Ranti. Jemariku mulai mengetik Arego Sanchez di layar pencarian google. Siapa yang tidak tahu Arego, pemain termahal dunia yang baru dibeli klub raksasa Spanyol, Real Madrid. Kiprah midfielder itu selalu jadi bahan pemberitaan mulai dari tradisi gonta ganti rambut, hingga ratusan wanita yang dikabarkan menghangatkan tempat tidurnya. Pria ini akan tiba minggu depan di Bali, untuk serangkaian aksi kemanusiaan sebelum terbang ke Singapura dan Thailand. NTV akan menjadi TV pemegang hak siar semua kegiatan Arego di Indonesia. Mbak Dewi, penyiar berita andalan NTV itu akan menjadi perempuan paling beruntung yang bisa mendapatkan kesempatan one on one with Arego. 

"Woi ngelamun aja" gue menoleh ke arah Panji, presenter/ reporter tengil yang seharusnya juniorku ini memang ga tahu sopan santun. "Apaan si lo ngagetin aja, gue tuh bukan ngelamun keleus, ini lagi disuruh buat preview Arego" Tatapanku kembali beralih ke layar didepanku. "Emang lo berangkat?" "Kaga, cuma disuruh Mbak Ranti bikin beritanya, lagian siapa si gue sampe harus dikirim ke Bali buat ketemu dia" Panji cuma beda beberapa tahun dibawahku, lagi-lagi dia juga betah melajang. Kadang gue berpikir apakah emang kerjaan ini yang bikin manusia macam jurnalis harus terus single yah, kadang gue berpikir ini semacam kutukan buat kami para jurnalis. 

"Emang lo ga pingin berangkat, Arego kannnnnnn...." tiba-tiba Mas Rastra, executive producer sport news mendatangi kubikelku dan Panji. "Arego kan kenapa nji?" tanyanya sambil tersenyum memandangku... "Ayolah Sab, seantero NTV juga tau lo stalker abadi Arego, fans nomor satunya, meski ngakunya enggak, tapi Saby paling tau segala hal soal Arego" cicit Panji. Kalo ga didepan Mas Rastra, udah gue goreng nie anak, seenaknya aja ngomongin gue. Mendengarnya Mas Rastra tertawa terbahak-bahak, "Nji, ini anak yang bikin berita sport NTV jadi menarik lho, dia masukin instagram Arego, trus gosip perempuan yang dipacarinya, terakhir cerita kedekatan Arego dan Junior dapet rating paling tinggi lho." Aku tersipu, dari dulu aku suka gosip dan dunia artis, dan setelahnya baru dunia olahraga. Well simply just because I think kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Olahragawan ya artis, dunia mereka selalu menarik buat digunjingkan. 

"Iya mas, dia makanya ngambek, katanya marah ga diajak ke Bali" Aje gile ni anak, belum pernah dikubur idup-idup dianya. Mata gue mulai mencari apa saja yang bisa gue lemparkan ke arah Panji. Mas Rastra semakin terbahak melihat gue sama Panji. Namun saat tawanya berhenti dia mulai menatapku serius "Sab, we want to try something different with Arego, something that no other TV done it. Kami ingin Arego diwawancara dengan pertanyaan yang berbeda, dengan seseorang yang sangat mengenalnya. Tadi saya baru ngobrol sama Mas Pandu, dan saya teringat obsesimu sama Arego" 

Mendengarnya jantungku berdetak makin kencang, obsesi, mereka menyebutnya obsesi. Saby dan Arego... Apalagi ini. "We want you Sab, kami mau kamu as his biggest fans yang akan mewawancarai Arego di Bali"




The Lady that waitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang