"Hi I'm Miguel" Sapa pria berperawakan sedang didepanku. "You must be Sabrina, right" Ku usahakan memberikan senyuman manis untuk Miguel. Dia ga tau aja rasanya udah campur aduk diperut, di dada pun kaya lagi dengerin konser Metallica. I even cannot eat today (pasti ini termasuk salah satu kejadian luar biasa, Sabrina ga mau makan... padahal seumur-umur hanya satu hal inilah yang tidak bisa ku tolak)
"Just sit and I will brief you all you cant do in the interview. Just relax, you can do this" Kata Miguel sambil tersenyum simpul. He has this kind of reassuring smile, they kind that make you feel good, well probably that is why he was choosen becoming Arego PA. Sambil mengeluarkan catatan, mataku tak urung memandang sekitar penthouse yang dipilih Arego sebagai tempat wawancara kami, benar-benar mewah dengan sentuhan klasik khas jaman pertengahan. Its so Arego, expensive and classy.
Miguel then explaining all the detail selama skitar 1 jam, sementara pikiranku melayang kemanapun. Gue mengenakan setelah hitam terbaru dengan rambut pendek yang tergerai natural, only natural make up this morning. Saat kami sedang serius mendengarkan penjelasan Miguel, pintu ruang utama terbuka menampakkan perempuan langsing dengan tubuh bak gitar Spanyol mendekat. Dia mengenakan gaun sutra berpotongan leher rendah yang menampakkankan kaki jenjangnya ditambah dengan sandal gladiator yang dipopulerkan klan Kardhasian. She look amazing!
Gue aja yang perempuan sampai terpesona apalagi lelaki dengan testosteron tinggi macam Arego. "Miguel darling here you are.." Senyumnya yang mengundang decak kagum smua orang yang ada di ruangan. Miguel langsung berbalik dan seketika bangkit menyambut perempuan itu dengan kecupan di kedua pipinya "olá querida, good sleep last night?" Sambil tersenyum dia mengibaskan rambut hitamnya yang panjang dan mengkilap.
"Hi my name is Alma, Arego girfriend. So which one from you that will interview my baby?" Perempuan cantik itu tampak sedang memandangku dan mbak Dessi, elegan namun auranya menakutkan, hingga tanpa sadar Mas Rastra yang kemudian menjawab pertanyaan Alma. "The girl in suit, she's the one that will interview Arego. Nice to meet you Alma"
Dia kemudian mengalihkan pandangan matanya ke arahku, meneliti dari atas kebawah. Sumpah pandangan matanya seakan menembusku, dia seperti menilai kelayakanku. Oh no, here it goes again my low self esteem, I just want to runaway right now. Persetan dengan wawancara ini, persetan dengan Arego.
"Oi, sabrina. Prazer em conhecê-lo" gue mengulurkan tangan sambil berusaha tersenyum.
"Oh, você fala portugues?"
"Falo pouco portugues" senyumku malu-malu. Dia tersenyum lebar, kemudian sambil berlalu menuju Miguel, "I don't think I need to be here Miguel, she's not pretty, there is nothing to be concern of" Gue ternganga, ga cuma gue, everyone in there was shocked. Jadi dia kesini cuma mau liat kaya apa gue, trus apa dia bilang, gue ga cantik, well hello, ini gue masih belum dandan ya mbak, meski dandan apa ga juga kadang ga ngaruh. But still, it is so rude to telling other people not pretty.
Miguel yang salah tingkah kemudian tersenyum dan melanjutkan briefingnya tanpa menyinggung perkataan Alma tadi. We then continue the meeting beberapa saat sebelum akhirnya kami sadar bahwa sang tamu sudah berada di belakang kami.
"Hi"
Kami semua langsung menoleh ke sumber suara, sambil berjalan santai, pria yang menjadi bunga tidurku selama bertahun-tahun muncul dengan kemeja putih longgar dipadu dengan celana putih. Rambutnya yang basah tampaknya hanya dikeringkan dengan handuk menambah kesan seksi dan maskulin. Oh God i'm in heaven ketika dia mulai tersenyum kepada kami semua.
"Hi I'm arego" dia menyodorkan tangannya berkenalan dengan kami semua namun justru aku yang tertinggal karena sofaku terletak di bagian belakang, aku sedikit terhalang mas Rastra ketika Arego maju dan berkenalan dengan kami.
"That is Sabrina, she's the one that will interview you"
Dia beranjak maju dan mengulurkan tangannya, sementara getaran di tangan dan degupan jantung ini tidak mau berhenti. Oh please dear heart, stop embarrasing me!
"Hi, I'm Sabrina, you can call me Sabi" jawabku sambil gemetar. Damn, padahal gue dah latihan percakapan awal pake bahasa Portugis, skarang I look like a moron.
"Hi Sabi, nice to meet you too"
Dia hanya menjabat tanganku sesaat sambil memberikan senyumannya. Just that, not like the scenario I imagine in my head, ya iyalah Sab, its not like you Bar Rafaeli or something. I just stood by and looking him like crazy, still cannot believe this kind of thing happen. He continue smile sambil beranjak dan berbisik ke Miguel sebelum pergi meninggalkan kami.
Shoot, how if dia ga mau diwawancarai sama gue secara gue kan ga cantik, maybe he prefer the tall and slim one not buntelan lemak kaya gue. Mbak Dessi tampaknya bisa membaca kegelisahanku, dia tersenyum dan meremas pelan tanganku seakan memberikan kekuatan. Yes Sab, everything is good, everything is okay.
"So Sab, Arego said that he would like to have lunch with you, so he know what things that you will ask to him. He will meet you his penthouse at 12."
Duaaaaaarrrrrrrrrrrrrr
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lady that waiting
RomanceGa ada yang cinta sama perempuan gendut model Sabrina, apalagi pria ganteng sekelas Arego. Selama ini Sabrina betah menyendiri karena dalam mimpinya dia telah memiliki Arego, pria bergelar pemain sepakbola termahal di dunia. Namun perlahan mimpinya...