Author Point Of ViewTerdengar suara ketukan dari kamar Stephia.
Tok tok tok tok
"Oi! Bangun! Kebo" teriak Karrel dari penjuru kamar. Karrel adalah tetangga Stephia dari kecil bisa dibilang hanya satu teman yang ia punya, hanya Karrel yang mampu menampung semua cerita Stephia mulai dari kecil.
Cklekk..
"Apaan sih!" Saut Stephia kesal karna ritual mandinya terganggu oleh si-kampret Karrel.
Karrel menatap Stephia yang terbalut oleh handuk, ia menatap curiga pada sahabatnya karna ini adalah hal yang jarang terjadi, biasanya sahabatnya itu akan baru bangun dan membentaknya karna tidur paginya terganggu oleh dirinya.
"Mau kemana lo?" Tanya Karrel datar mentap curiga.
"Bukan urusan lo!" Ucap Stephia kesal, ia hendak menutup pintu, dengan sigap Karrel menahan pintu dengan salah satu kakinya. "Lo mau kemana?" Tanya Karrel datar, ia tak rela jika Stephia pergi. Ia bisa mengetahui dalam waktu sedetik dengan hanya menatap matanya, seolah ada kesedihan dan rasa bersalah dalam tatapannya.
Stephia yang melihat itu langsung menginjak kaki Karrel dan menutup pintunya "Rel, gue pake baju dulu" katanya sebelum menutup pintu lagi.
Karrel hanya menatap sendu pada pintunya.
Ia merasa tak bisa melakukan apa-pun demi Stephia selain berdoa bukannya tak ingin membantu tapi Karrel sadar diri ia bukan hanya saja ia siapa-siapa nya Stephia selain tetangga dan sahabat.
Selang beberapa menit Stephia sudah memakai baju santai dengan handuk dikepalanya. "Rel, dibawah aja yuk" ajaknya pada Karrel yang masih melamunkan sesuatu hal.
Stephia menatap Karrel heran, tak biasanya Karrel akan melamun.
"Rel" ucap Stephia sambil menyentuh pundaknya.
Karrel tersentak dan langsung memeluk Stephia, mata Stephia memerah, tanpa sadar air matanya keluar.
"Stef, maafin gue" ucap Karrel bersalah.
Memang bukan salahnya, tapi Karrel merasakan bahwa ini semua memang salahnya. Jika saja ia tak sibuk berpacaran pasti Stephia tak akan sendirian dengan ditemani kesedihannya.
Stephia menggeleng cepat "bukan salah lo Rel, gue masih belum bisa ngomong sama bokap, andai aja gue lebih berani" ucap Stephia lirih.
Karrel menjauhkan wajahnya dan melonggarkan pelukannya lalu memegang kedua bahu Stephia. Ia menatap Stephia sendu tapi dengan cepat ia ganti raut wajahnya menjadi serius.
"Stef walaupun lo pergi ke kolong jembatan terus tinggal sama mimiperi jangan lupain gue" ucapnya serius.
Stephia yang tadinya berlinang air mata, kini sekarang ia memandang kesal ke Karrel. Ingin sekali melenyapkan spesies seperti Karrel. Jika ada percobaan mengirimkan manusia ke bulan ia harus mendaftarkan Karrel. Harus!.
Stephia menepis tangan Karrel dan pergi menuju ruang tengah untuk duduk, ia menghiraukan bacotan Karrel yang menunurutnya sangat tak berguna.
"Kau berhutang cerita padaku Ms.Pinky" kata Karrel tersenyum sambil melipat kakinya.
Stephia terkekeh mendengarkan ucapan Karrel.
"Dengan senang hati Mr.Black" jawab Stephia sembari terkekeh mengingat nama panggilan masa kecilnya ketika berumur 5 tahun itu. Dulu ketika berumur 5 tahun ia senang sekali dengan film The Pinkky Parther sampai semua barang-barangnya bercorak pink begitupula dengan Karrel, Karrel sangat senang dengan warna hitam sampai saat ini ia juga masih suka dengan warna hitam dan alasannya adalah "warna hitam tuh elegan dan berwibawah".
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DREAMS
عاطفيةBagaimana rasanya menpunyai mimpi yang sangat ingin kita capai? Melihat orang tersenyum, tertawa bahagia karna melihat impiannya tercapai dengan dipenuhi kerja keras. Itulah yang hal yang ingin dirasakan oleh Karina Stephia yang menjadi boneka oran...